Membahas tentang cinta, memang tiada habisnya. Kenapa? Karena cinta itu luas dan tidak terbatas. Ia bagaikan curahan yang deras yang mengucur kepada umat manusia dari tahun ketahun sampai mungkin nanti hari kiamat. Coba saja dilihat lagu-lagu dari zaman dal sampai sekarang atau nanti, yang membicarakan tentang cinta tiada bosan-bosannya. Drama, film, novel dan lain sebagainya, seakan tiada habisnya untuk mengangkat tema-tema cinta. Ya begitulah!!!!! Tetapi perlu kita bertanya, apa itu cinta?????? Kenapa banyak orang merindukan cinta???? Kenapa mereka bahagia dengan cinta dan kenapa pula ada yang bersedih pun karena cinta?
Pertanyaan sederhana tentang definisi cinta, sebenarnya sulit sekali untuk menjawabnya. Kenapa? Karena tiap kali mendefinisikan tentang cinta pasti akan bias. Sebagaimana digambarkan di dalam puisi yang saya nukil di novel ketika cinta bertasbih:
“Mmm…cinta! Menurutku,
Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar.
Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang.
Namun tanpa lidah,
Cinta ternyata lebih terang
Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai
Kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta
Dan percintaan!
Di teruskan dalam puisi lain:
Cinta adalah kekuatan
Yang mampu
Mengubah duri jadi mawar
Mengubah cuka jadi anggur
Mengubah malang jadi untung
Mengubah sedih jadi riang
Mengubah setan menjadi nabi
Mengubah iblis jadi malaikat
Mengubah sakit jadi sehat
Mengubah kikir jadi dermawan
Mengubah kandang jadi taman
Mengubah penjara jadi istana
Mengubah amarah jadi ramah
Mengubah musibah jadi muhibah
Itulah cinta!
Ya begitulah!!!!!Ya begitulah..............................cinta adalah misteri. Ia hadir tiba-tiba dan terkadang pergi tiba-tiba. Kita tidak mampu menangkapnya. Dan banyak orang terjebak bahkan menafsirkan salah tentangnya. Mereka hanya mampu menangkap secara parsial tidak utuh seperti halnya kenapa cinta itu ditaruh di dada manusia. Membicarakan tentang taruh menaruh cinta, kita perlu melihat dari sisi lain hakekat cinta itu yang sebenarnya.
Saya dalam tulisan ini, mencoba untuk rememory perjalanan cinta saya dan bagaimana mendefinisi ulang dari sebuah proses perjalanan panjang memahami kehidupan khususnya tentang cinta. Lompatan-lompatan tentang proses memahami cinta dari cinta yang sekedar dalam ranah muka kepada cinta yang mengekspresikan ketauhidan inilah yang kemudian saya menamai dalam tulisan ini dengan istilah quantum cinta. Tentang ceritanya, begini.......
Saya merasakan ketertarikan dengan lawan jenis itu sebenarnya mulai dari SD. Namun ketertarikan itu kemungkinan besar hanya sekedar insting yang ditiupkan oleh Alloh seperti halnya hewan-hewan. Kalau ada perempuan cantik saya suka. Namun bagi saya kala itu, ukuran cantik itu bila ada perempuan berkulit kuning dan memiliki rambut panjang. Entah itu karena idealis saya dalam memandang wanita, atau memang itu adalah arketip budaya yang memandang wanita ideal adalah berkulit kuning dan berambut panjang. Bandingkan dengan perkembangan sekarang, opini wanita yang dibentuk adalah berkulit putih, menandakan bahwa warna putih yang memiliki kesamaan dengan orang eropa, adalah tataran ideal. Inilah budaya opini yang telah dikalahkan oleh budaya superior.
Bagi saya, Isno kecil kala itu, memandang wanita cukup sederhana saja. Berkulit kuning berambut panjang. Pasti saya suka. Nah, wanita ideal yang kuidealkan itu ternyata juga ada di kelasku. Aku merasakan sebentuk insting untuk ingin merasakan bentuk cinta. Tapi entahlah, saya adalah laki-laki introvert. Aku pendam rasa itu. Tetapi, seperti ada hukum tersendiri, tiap anak di kelasku sering menghubung-hubungkan aku dengan dirinya. Padahal, saya tidak pernah mengekspresikan rasa cinta saya. Namun hati saya merasa senang. Tapi takut. Takut diketahui rasa ini. Hingga lulus SD aku tidak pernah menyatakannya.
Waktu SMP, penyakit suka sama perempuan yang berkulit kuning itu tetap aku rawat. Namun dari kelas satu sampai kelas dua, aku tetap bersikukuh tidak bisa untuk menyukai wanita atau menyatakan cinta kepada satu wanita. Semua wanita aku suka, yang terpenting kulitnya kuning. Sampai di kelas 3, menjelang EBTANAS, saya dikejutkan dengan titipan surat, yang kubaca ternyata ada temanku seorang perempuan berkulit kuning, menyatakan cinta kepadaku. Aku begitu kaget. Masa ada perempuan yang bisa menyukai aku. Laki-laki ndeso!!!!!!! Namun kala itu kebimbangan melanda pada saya, pertama ada perempuan berkulit kuning suka sama saya, dan saya senang dengan perempuan berkulit kuning tersebut, namun saya takut. Takut karena saya sedang menyiapkan untuk persiapan EBTANAS dan menargetkan bisa menjadi juara satu SMP, kalau gagal????? Padahal saya berkeinginan untuk sekolah lagi???????. Kedua, saya merasa minder. Namun saya, bagaimanapun merasa tidak tega jika menyakiti hati perempuan. Bagaimana nanti jika bertemu dengan dia??? Bagaimana perasaannya??? Mungkinkah dia akan dendam karena sakit hati? Atau jangan-jangan dia akan nekad???? Bagaimana jika hatinya akan penuh kebencian dengan saya??????? Aduh-aduh bingung........ Dilema dan dalam ketidaktegasan ini, akhirnya menjadikan saya terjebak dalam lingkaran cinta. Ia akhirnya benar-benar menjadi pacar dalam alam surat menyurat.
Aku menuliskan angan-angan dan gejolak hati kepadanya. Dan dia menyambut dengan belaian tulisan yang indah. Ah!!!! Aku mulai merasakan kebahagiaan cinta namun juga aku merasakan kepedihan cinta. Kerinduan, kecemburuan, ketidakrelaan, keegoisan mulai saya merasakan. Dan ternyata cinta menampilkan sisi emosional bahagia dan sedihnya. Hingga, pada titik endingnya, pasca dari SMP aku berpisah dengan dirinya, saya meneruskan di SMA N 1 Ngimbang. Dia akan ke Sumatera. Sebuah perpisahan yang aku merasakan kesedihannya. Namun toh dalam hatiku ingin aku merawat dan setia dengan cinta dengan mengharap siapa tahu dia benar-benar jodohku yang nanti akan dipertemukan ALLOH dikemudian hari.
Kuingat-ingat kisah cintaku pada si dia
Sua dengannya sungguh habiskan waktu lama
Antara diriku dan dirinya begitu lekat
Serupa gambar tato yang lekat dikulit
Kunanti ia meski tak kuyakin kedatangannya
Tanpa puutus asa, kumenangis
Dan terus menangis hingga surya lusa tiba
Mereka cemooh segala kedukaan
Jangan kau binasakan dirimu dalam penantian
Kata mereka menambah-nambah kepedihan
Mereka lakukan segala cara
Agar aku segera terpisah darinya
Serupa perahu itulah perpisahan dan pertemuan
Yang lama dicari nelayan kemudian ditemukan
Setiap suka pasti diiringi duka
Mudah berubah semudah balikkan telapak tangan
Dia yang kunanti melemparkan senyuman
Indah menawan seumpama Zabarjad berlian (Puisi Majnun)
Di bangku SMA, aku menemukan kehidupan yang baru. Teman baru, guru baru dan lingkungan baru. Cinta yang kupertahankan, ternyata sering digoda oleh teman-teman cewek baik di SMA maupun di pergaulan lain. Namun toh demikian, aku adalah lelaki yang benar-benar tangguh dalam mempertahankan cinta. Tetapi setangguh-tangguhnya cintaku, pada akhirnya juga jebol oleh keadaan. Aku mulai berpikir, bagaimana aku bisa mempertahankan cinta, jika aku tidak tahu ujung perjalanan cinta dan kehidupanku????? Dia yang kucinta ke Sumatera, apa nanti dia benar-benar masih mencintaiku????. Mungkinkah aku akan bertemu lagi. Mana mungkin, disana pasti ada laki-laki yang lebih ganteng dari aku?????? Ah!!!!!! Dia tidak mengontak aku!!!!!!
Betapa lama kau terpisah jauh dariku
Dan kini kau datang mengobati kerinduanku
Sayang seribu sayang
Kau datang sekejap saja, bertegur sapa
Lalu pergi untuk masa yang lama
Ya, kehadiranmu Cuma sekejap mata
Kau berikan bahagia, pergi lagi berucap cinta
Jangan berputar
Dan aku terjebak di kegelapan malam
Sekejapan, cahaya menyingkap sang kegelapan
Malampun kembali gulita
Pada saat saya masih kelas satu, saya memiliki sebuah perkumpulan dzikir (Insya Allah nanti saya akan menceritakan dalam judul lain “Quantum Iman”) di desa sebelah. Di sana saya melakukan dzikir dan kegiatan-kegiatan lain yang berbau agama. Di Musholalah kegiatan tersentral. Biasanya, sehabis maghrib, anak-anak baik laki-laki dan perempuan satu kampung mengaji al-Quran dibimbing langsung oleh Nurhasyim, saya memanggilnya Gus Nur. Saya pun tertarik untuk ikut mengaji al-Quran meskipun saya sudah khatam sejak kelas lima SD. Di mushola itu saya banyak kenal dengan anak-anak satu kampung. Semakin lama semakin akrab. Ternyata, ada beberapa gadis yang begitu memperhatikan aku. Tanpa kusadari, ada dua gadis yang sama-sama mencitaiku. Mereka bertengkar. Aku dituding biang keroknya. Saya dipanggil oleh Gus Nur untuk menyelesaikan masalah dua muridnya. Dan aku harus meredam perasaan mereka dengan memilih diantara keduanya. Dan dengan terpaksa seperti halnya pada cinta pertama, dilema, tidak tega, akhinya terjebak pada lingkaran cinta lagi.
Menjelang naik ke kelas dua, aku dikegetkan dengan kehadiran pacar pertamaku di sekolahanku itu. Aku datangi dia, dia bercerita tentang kegagalannya untuk pindah ke sumatera. Dia ingin sekolah di SMA Ngimbang saja. Aduh!!!!!! Antara senang dan khawatir. Akhirnya aku berjalan bersama dengan dirinya lagi. Namun sungguh, aku tidak pernah membayangkan bahwa aku memiliki dua pacar sekaligus. Aku merasa memiliki beban dosa yang terus bertambah karena membohongi mereka. Lama kupendam tidak mampu kupertahankan. Aku menceritakan kepada mereka berdua apa adanya. Namun sungguh aneh, mereka berdua menerima apa adanya. Tetapi aku lebih baik memutuskan salah satunya. Aku sholat istikhoroh, dan yang terlihat adalah pacar pertama.
Sampai di kelas tiga, kala itu saya mengalami loncatan iman yang luar biasa begitupun dengan gonjang ganjing kehidupan dan cita-citaku (lihat the great power of mother), aku merasa sangat berdosa telah memiliki pacar. Setiap aku memandang dia adalah maksiat. Setiap aku berharap kepada dia adalah nafsu de el el. Oh!!!! Sampai kapan aku terlepas dari dosa-dosa maksiat. Aku ingin memutuskan, tetapi aku tidak tega menyakiti perasaannya. Akhirnya tetap aku pertahankan sampai lulus kelas 3.
Beberapa minggu setelah saya menjadi Mahasiswa, ada sepucuk surat darinya. Dia memutuskan hubungannya dengan aku. Aku bahagia!!!!!!!!namun juga sedih. Bahagia karena aku terlepas dari kemaksiatan sedih karena dalam isi surat tersebut, ternyata dia meremehkan cintaku. Sejak saat itu aku berjanji kepada ALLOH tidak akan berpacaran lagi. Saya tidak ingin memiliki pacar hingga ada cewek yang benar-benar akan menjadi pendampingku selama-lamanya. Maka sejak saat itu, perspektifku tentang wanita berubah. Aku tidak lagi menyukai perempuan yang berkulit kuning dan berambut panjang, atau perempuan yang cantik-cantik. Aku lebih memandang perempuan dari sudut subtansi. Buat apa cantik, kalau akhlaknya jelek? Buat apa cantik, kalau egois? Buat apa cantik, kalau tidak bisa menjaga aurot? Buat apa cantik, kalau tidak cinta seutuh hati? Akhirnya aku benar-benar tidak bisa melihat perempuan cantik. Karena yang kulihat subtansinya.
Di perguruan tinggi, ALLOH benar-benar menjagaku, saya tidak pernah akrab dengan perempuan. Kecuali teman-temanku di Lembaga Pers EDUKASI. Tetapi kita di lembaga itu, bersama dengan teman baik laki-laki dan perempuan berkomitmen untuk menjaga nama lembaga dengan mengikrarkan satu sama lain adalah muhrim, artinya antar teman dalam lembaga diharamkan untuk pacaran. Di IQMA (Ikatan Qori-qoriah dan dakwah) memang sempat terjadi gesekan emosi dengan aggota perempuannya karena saya yang membidani bidang keilmuannya, tetapi saya masih bisa menjaganya dengan selalu menanyakan getaran hati itu nafsu atau benar-benar cinta. Di FORMULA (Forum Mahasiswa Masjid Ulul Albab) IAIN Sunan Ampel Surabaya, saya adalah pemimpinya. Sebenarnya, saya bisa saja memiliha anggota saya yang cantik, tetapi janji kepada ALLOH itu begitu kuat. Hingga lepas dari kuliah, saya baru merasakan kebutuhan akan cinta itu.
Sebenarnya, janji saya kepada ALLOH itu adalah “saya tidak akan berpacaran selama saya kuliah S1 itu”selain janji untuk memilih pasangan langsung yang bersedia mendampingi. Karena saya sudah lepas dari kuliah, berarti saya boleh dong mencari pasangan. Ternyata mencari pasangannya itu mudah tetapi juga tidak mudah. Mudahnya, banyak rekan-rekan di Mojokerto yang menjadi teman mengaji sering menawarkan sanak familinya. Ketika saya berkunjung ke salah satu kyai, juga ada saja yang menawarkan jamaahnya. Begitupun kerabat-kerabat dikampung, banyak yang ingin menjodohkan anak, atau familinya dengan saya. Dari dokter, putri kyai, penghafal Al-Quran, perawat, guru, PNS, dan lain-lainnya. Ah ternyata bukan itu yang aku cari.
Bahkan setelah banyak orang mendengar, bahwa saya menjadi PNS, semakin banyak orang yang menginginkan saya. Tetapi saya tidak bergeming dari sebuah prinsip dalam memandang wanita. Pendamping hidup itu harus dipilihkan oleh ALLOH. Karena ALLOH-lah yang menentukan yang terbaik untuk kita. Aku bermunajat kepada ALLOH untuk menemukan jodoh yang terbaik untuk saya. Saya tidak ingin salah memilih pasangan hidup padahal untuk selamanya. Memiliki istri dokter itu pasti keren, tetapi apakah menjamin kehidupan itu bahagia?????? Salah-salah memperistrinya niatnya biar keren. Memperistri putri kyai pasti bangga, tetapi kalau nikahnya niatnya ingin dibanggakan?????????
Sampai kemudian, aku dihadirkan Isyarat lewat mimpi yang memberi petunjuk tentang perempuan yang menjadi jodohku. Ngomong-ngomong, sebenarnya saya sudah dapat bocoran tentang jodohku itu sejak SMA. Saya pernah bermimpi wajah anak SD yang muncul kemudian ada suara “INI JODOHMU”. Sampai tiga kali. Pada saat proses pencarian itu, ternyata dia hadir kembali, tetapi sudah berwujud anak SMK kelas II. Seakan adalah petunjuk yang harus aku wujudkan, aku berusaha untuk mendapatkannya. Lewat perantara seseorang aku layangkan ungkapan isi hatiku kepadanya. Dan dia menerimanya.
Tetapi berbeda dengan konsep cinta awal, yang lebih mementingkan tubuh dan nafsu. Kini cinta itu hadir dalam wujud amanah. Saya mencintai karena saya diberi petunjuk oleh ALLOH. Saya ingin mengikuti kehendak ALLOH. Sampai kemudian takdir benar-benar membawa cinta itu ke dalam cinta keabadian. Aku memperistrinya.
Sampai perjalanan ini, baru aku benar-benar memahami cinta itu. Kenapa cinta itu tiba-tiba ada dalam hati? Karena cinta itu memang telah dikehendaki. Bagaimana kita tahu bahwa cinta itu dikehendaki? Ya!!!! Lewat petunjuk bisa lewat isyarat, atau lewat kemantapan hati. Kalau sudah mantap hati? Ya segera memilih cinta yang diriloi. Cinta yang diriloi itu cinta yang bagaimana? Cinta yang tidak terlarang? Cinta yang terlarang itu bagaimana? Cinta yang melanggar syariat? Cinta yang melanggar syariat itu yang bagaimana? Cinta yang tidak mengenal batas dengan hanya mementingkan hawa nafsunya saja. Cinta yang tanpa nafsu liar itu bagaimana? Cinta yang sudah disyahkan dengan pernikahan? Kenapa harus menikah? Karena itu perintah? Siapa? ALLOH? Jadi????
Ternyata cinta itu adalah ekspresi dari rasa cinta kita kepada ALLOH. Aku mencintai ALLOH sehingga aku mencintai manusia. Aku mencintai ALLOH sehingga aku mencintai istriku. Aku mencintai Alloh sehingga aku mau menikah. Aku mencintai Alloh sehingga apapun dalam kehidupannya aku mempersembahkannya untuk Alloh. Jika kehidupan itu pahit bagaimana? Tidak apa asal Alloh mencintai aku. Jika diberi nikmat? Aku tidak mengharap apapun kecuali cinta-Mu.
Mungkinkah kita bisa mengharap cintanya Alloh? Wallahua’lam. Kita sebagai manusia, hanya iktiar untuk mengharap cinta-Nya. Untuk mencintai dan diterima cinta kita oleh seseorang saja biasanya kita banyak menggunakan cara. Tentu mengharap balasan cinta kepada Alloh seharusnya juga banyak cara agar dibalas cinta kita.
Orang jatuh cinta itu tidak mengharap apapun kecuali cinta itu sendiri. Karenanya Harapan terbesar adalah bertemu dengan Dia. Hanya Dia. Huwa. Huwa. Huwa. Hidupku matiku Hanya untuk Huwa. Alloh. Alloh. Alloh.
Oh Tuhan di depan umum kupanggil Kau Junjungaku, tetapi dalam kesunyian kupanggil Kau Kekasihku.
Apakah gerangan akhir cinta? Oh Tolol cinta itu tak mengenal akhir. Kenapa? Karena kekasih tak mengenal akhir.
Cinta berarti bahwa kau tetap berdiri di depan kekasihmu, ketika kau tidak menyandang sifat-sifat lagi dan ketika penyifatan datang dari penyifatan-Nya saja.
Oh kekasih hati, aku tak akan memberikan apa pun kecuali bagi-Mu karenanya kasihanilah hari ini si pendosa yang datang kepada-Mu. Oh harapanku dan istirahatku dan kenikmatanku, hatiku tak bisa mencintai apa pun kecuali Kau Satu.
Oh Gustiku bagian apapun dari dunia ini yang Kau anugerahkan kepadaku, anugerahkan kepada musuh-Mu, dan bagian apapun dari akherat yang Kauberikan kepadaku, berikan kepada sahabat-sahabat-Mu. Kau sudah bagiku.
Oh Tuhan, berikan dunia dan akhirat kepadaku agar aku bisa membuat dunia ini menjadi sepotong daging untuk kulemparkan ke mulut anjing, dan membuat akhirat menjadi sepotong roti untuk kulemparkan ke mulut Yahudi, sebab keduanya merupakan halangan ke tujuan yang sebenar-benarnya.
Oh Tuhan, malam telah berlalu dan fajar pun tiba. Betapa ingin aku mengetahui, apakah Kau telah menerima atau telah menolak doa-doaku. Karenanya, hiburlah daku karena kata-katamulah yang bisa menghibur keadaanku ini. Kau telah memberiku hidup dan menjagaku, dan kata-kata-Mu itulah kejayaan itu. Jika Kau hendak mengusirku dari pintu-Mu, aku tak akan meninggalkannya, karena cinta yang kusimpan dalam hatiku terhadap-Mu.
Aku akan melemparkan api ke surga dan mengguyurkan air ke neraka agar penghalang itu lenyap, dengan demikian akan jelas siapa yang memuja Tuhan karena cinta, dan bukan karena takut akan api neraka atau harapan akan kenikmatan surga.
Dari sini, saya ingin berbagi kepada anda semua. Bahwa ada masa-masa kelam dalam kehidupan kita. Tetapi bisakah kita kembali menemukan jalan kebenaran. Orang yang baik bukannya orang yang tidak pernah berbuat salah. Namun orang yang baik adalah orang yang menyadari kesalahannya kemudian memperbaikinya. Termasuk saya. Saya masih berproses. Tentu potensi sesat tetap ada. Karenanya kita disuruh untuk berdoa Ihdinasyirotol mustakim. Tunjukkan jalan yang lurus.......
Berproses dalam menemukan kebenaran cinta, tentu penuh dengan lika-liku. Dari memahami cinta yang salah sampai cinta yang benar. Yakni cinta sejati Cinta yang sebenarnya. Berikutnya nanti saya akan bercerita tentang penemuan keimanan saya dari iman yang sesat menuju Iman yang untuk sementara saya anggap benar silahkan baca lagi dalam Quantum Iman..........Insya Alloh.
Silahkan tuliskan kesannya.
Hamba Alloh Yang Masih Terus Berproses
Jogodayoh, pukul 05:09
13 Nopember 2009
Jumat, November 13, 2009
Quantum Cinta
Diposting oleh Goze Isno0 komentar Label: Tasawuf
Sabtu, November 07, 2009
KPK VS POLRI : Pertarungan Kekuasaan
Diposting oleh Goze Isno“Kekuasaan itu tidaklah dipersempit hanya pada kekuasaan negara. Namun kekuasaan menemukan dirinya menyebar dimana-mana”
(Disarikan dari buah pikiran Michael Foucoult)
Sekilas Pandang
Pemberitaan diberbagai media tentang perang dingin kepolisian dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangatlah menyita perhatian semua pihak. Pasalnya, Bibit dan Candra yang mewakili KPK, menurut masyarakat, diperlakukan sewenang-wenang. Mereka didakwah dengan tuduhan yang tidak jelas, dari kasus penyuapan sampai kasus melakukan penyalahgunaan wewenang. Dan pada titik puncaknya Polisi memasukkan Bibit dan Candra ke bui. Perlakuan polisi yang memperkarakan Bibit dan Candra, secara tidak langsung menohok KPK yang selama ini dipuja masyarakat sebagai Pahlawan pemberantas Korupsi. Penahanan Bibit dan Candra, yang meskipun menurut Polisi adalah penahanan individual bukan karena KPK-nya, tetap dianggap oleh masyarakat sebagai bentuk kriminalisasi KPK. KPK diserang. KPK dibonsai. KPK dikerdilkan.
Secara kasat nyata, kesewenang-wenanangan dan ketidakadilan yang dilakukan polisi, mengusik ulu kesadaran keadilan masyarakat. Rakyat menyuarakan harapan untuk melawan ketidakdilan polisi. Melalui Facebook, twiter, demo, unjukrasa, media, jaminan penahanan pun dilakukan. Bahkan beberapa tokoh nasional bersedia pasang badan untuk Bibit dan Candra.
Gelombang respon yang besar dari masyarakat itu menyebabkan Presiden memberi pernyataan untuk membentuk Tim pencari Fakta (TPF) terkait kasus perseteruan POLRI dan KPK. Sehari setelah dilantik, TPF bergerak dengan mendengarkan rekaman penyadapan KPK, yang sebelumnya diminta oleh Mahkamah Konstitusi untuk diputar dalam sidang. Dalam rekaman yang diperdengarkan melalui Media Televisi tersebut, menceritakan tentang kelihaian Anggodo, adik dari Anggoro pemilik perusahan MASARO yang sedang menjadi Buron KPK, mengatur-atur kepolisisan dan kejaksaan untuk menutup kasus yang menimpa sang Kakak, Anggoro. Sejumlah nama yang disebutkan dalam rekaman tersebut, Wakil Kejaksaan Agung AW. Ritonga, dan Kabareskrim Susno Djuadji, Wisnu, Ketut, putra revo dan beberapa nama lainnya. Diceritakan pula, Anggodo telah memberi milyaran rupiah untuk disebarkan kepada pejabat-pejabat baik di ring satu sampai bawahnya. Namun ternyata, entah bagaimana Bibit dan Candra tetap bersikukuh, dan pada akhirnya menyebabkan Anggodo marah, dan menyuruh pihak kepolisian untuk menangkap Bibit dan Candra. Dalam rekaman tersebut diceritakan pula, bahwa Anggodo akan melenyapkan Candra dipenjara nanti.
Rencana besar yang dilakukan Anggodo sampai pada rencana melenyapkan Candra, membuat bergidik semua orang. Bambang, Kuasa Hukum KPK, memohon kepada MK, agar mengeluarkan Candra dan Bibit dari tahanan Polisi. Permohonan Bambang ini, ditindaklanjuti oleh TPF, dengan merekomendasikan kepada Polisi untuk menangguhkan penahanan Bibit dan Candra. Pembebasan Candra dan Bibit disambut gempita oleh masyarakat. Bagitupun dengan aktivis-aktivis mahasiswa. Namun yang masih tersisa, anggodo otak dibalik rencana besar, setelah diperiksa oleh POLRI, masih belum dijadikan tersangka, padahal jelas-jelas dia mengakui kebenaran suara rekaman itu adalah dirinya. Bahkan santer terdengar, selama 24 jam, jika polisi belum menemukan bukti kuat, maka Anggodo akan dibebaskan.
Babak baru, perseteruan POLRI dan KPK, masih berlanjut. Setelah dipanggil oleh DPR, Polisi ternyata mengeluarkan Kartu baru dengan menggelindingkan statemen kepada DPR, bahwa mereka akan tetap melanjutkan pemeriksaan kepada Bibit dan Candra, karena mereka memiliki bukti kuat, bahwa Bibit dan Candra menerima suap. Lalu kelanjutannya bagaimana? Kita menunggu.
Relasi Kekuasan
Sebenarnya, perseteruan antara KPK dan POLRI, meskipun tidak diakui oleh kedua pemimpin dari masing-masing intitusi, jelas-jelas itu terjadi. Itu terbukti dari keganjilan sikap, kebijakan dan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya. Kenapa Kabareskrim Susno Djuadji begitu marah ketika ditanya tentang penyadapan KPK, yang kemudian secara tidak sengaja, melibatkan nama dirinya? Ada makna apa, dibalik kata “ Cicak melawan Buaya”? kenapa Polisi begitu ambisius memenjarakan Bibit dan Candra? Kenapa KPK berani mengeluarkan rekaman yang katanya merupakan rahasia negara kepada masyarakat? Kenapa pula POLRI akan tetap melanjutkan kasus Candra dan Bibit?
Dari sudut kekuasaan, kita akan memahami bahwa sebenarnya antara Polisi dan KPK, sama-sama memiliki kekuasaan, aparatus penegak hukum. KPK bergerak dalam ranah pemberantasan Korupsi dan Polisi bergerak dalam ranah baik hukum pidana maupun hukum perdata atau hukum-hukum lainnya yang sesuai perundang-undangan, ditangani oleh Polisi. Namun dalam perjalanannya, kedua institusi itu, bagaimanapun akan ada gesekan kekuasaan bahkan kewenangan. Hal ini karena kekuasaan yang ditafsirkan, menurut sudut mereka masing-masing. Kasus-kasus korupsi yang bisa jadi banyak terjadi di institusi Polisi, bisa menjadi bahan ganyangan KPK kepada POLRI. Dan kesalahan-kesalahan pidana yang dilakukan oleh perorangan yang dibuat oleh seluruh warga Indonesia termasuk anggota KPK, bisa jadi juga akan menjadi bahan Polisi untuk menangkapnya. Hal ini ditafsirkan dengan cantik oleh keduanya setelah berseteru. KPK bisa jadi ke depan akan menangkap Susno Djuadji, bahkan mungkin akan membuka bobrok korupsi di tubuh POLRI dan POLRI sendiri akan menjebloskan Candra dan Bibit atau sejumlah pemimpin di KPK, dengan alasan penyalahgunaan wewenang. Jika Konflik itu diteruskan!!!!!
Kekuasaan dalam kekuasaan
Memang kekuasaan bergerak sebagaimana mereka memiliki kekuasaan untuk menafsirkan pengetahuan, baik kesalahan maupun kebenaran atau lainnya. Menurut Foucault, kekuasaan menentukan pengetahuan dalam arti: “menetapkan” tipe-tipe diskursus yang benar dalam arti yang “works”; “menetapkan” mekanisme dan patokan yang memungkinkan untuk membedakan proposisi yang benar dan yang salah; “menetapkan” teknik dan prosedur dalam mencapai kebenaran di atas; “menetapkan” status dari mereka yang ditugasi untuk mengatakan hal-hal yang dianggap benar.
Ukuran kebenaran maupun kesalahan ditentukan oleh kuasa pengetahuan yang menjadi kekuasaan mereka. POLRI memiliki ukuran kesalahan dan kebenaran, KPK juga memiliki ukuran untuk menyatakan kesalahan dan kebenaran masing-masing. Dari sudut POLRI bisa jadi KPK salah, dari sudut KPK, bisa jadi pula POLRI yang salah. Lalu kebenaran dan kesalahannya dimana? Dari sudut birokrasi kekuasaan, yang jelas ukuran kebenaran dan kesalahan terletak pada Undang-undang. Namun Undang-undang adalah benda yang mati yang tidak akan hidup jika tidak ditafsirkan. Dalam menafsirkan Undang-undang, siapa yang memiliki otoritas kekuasaan untuk menentukan kebenaran dan kesalahan? Dasar pijakan KPK juga menggunakan Undang-undang, begitupun juga dengan POLRI.
Karenanya, diperlukan kekuasaan yang lebih tinggi untuk menentukan dan menafsirkan dari kebenaran dan kesalahannya. Karena logika kekuasaan adalah yang menguasai dan yang dikuasi. Dalam sistem birokrasi, yang jelas antara KPK dan POLRI, berada dalam kekuasaan presiden. Karenanya, Presiden tidak bisa melepas tangan dalam kasus itu. Presiden harus memiliki kebijakan untuk melerai dua lembaga dibawahnya itu bertengkar. Seperti halnya seorang ibu yang memiliki dua anak yang bertengkar, tidak mungkin Ibu hanya diam, menunggu anaknya yang bertengkar itu kalah dan menang, tetapi harusnya ketika anaknya bertengkar, segera melerai dan mendudukkan persoalannya.
Presiden dalam konteks kekuasaan memiliki hak-hak dan kewenangan untuk melakukan apapun asal tidak bertentangan dengan Undang-undang. Jika toh nanti ada kesalahan maka dia akan berhadapan dengan DPR atau jika diteruskan akan berhadapan dengan Mahkamah Konstitusi. Terkait dengan lembaga yang langsung berada di bawahnya, presiden seharusnya segera memiliki keputusan jelas semacam PERPU. PERPU yang diharapkan akan menjadi dasar pijakan bagi lembaga negara yang berseteru. Dibentuknya TPF adalah kebijakan lain yang perlu disambut dalam meredam konflik KPK dan POLRI. TPF seharusnya dihargai oleh semua orang, karena apapun yang diputuskan TPF, itu sebenarnya adalah keputusan Presiden. Jika keputusan TPF tidak dihargai, maka jelas tidak menghargai Presiden.
Kebijaksanaan Kekuasaan
Kekuasaan adalah amanah. Karena kekuasaan adalah sebuah pelimpahan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepada beberapa orang untuk mengatur hamba Alloh yang mengharap dengan adanya kekuasaan itu akan mampu meningkatkan kestabilan kehidupan mereka. Karena amanah, maka kekuasaan memiliki dampak baik di dunia dan akherat. Jika amanah itu disia-siakan maka dia pada hakekatnya menghianati amanah Tuhan. Karenanya dalam mengemban itu harus digunakan dengan sebaik-baiknya khususnya demi menjaga kedamaian di alam dunia Indonesia yang konon katanya adalah rahmatnya termulia yang diberikan kepada kita semua ini. Pemegang kekuasaan, baik di KPK maupun POLRI, seharusnya mengedepankan amanah ini. Sehingga diharapkan akan memunculkan kearifan dalam bertindak. Bukannya Nafsu yang terselelip dalam kebijakan kekuasaan yang diemban.
Salam.....
Hamba Alloh Yang Sedang Jatuh Cinta kepada Alloh
0 komentar Label: Pemikiran