Selasa, Desember 22, 2009

Buah Ibadah Sholat

Kalau anda pernah ikut training sholat khusu’ pasti anda akan banyak menemukan dalil-dalil tentang keutamaan-keutamaan sholat yang sangat luar biasa. Begitupun kalau kita pernah ikut menyaksikan acara yang diisi oleh Ustad Abu Sangkan, kita akan dipandu untuk menemukan betapa Indahnya sholat itu. Hal yang sama dengan apa yang digagas oleh Prof.Dr. Muhammad Sholeh (dosen saya waktu di Tarbiyah) tentang kehebatan dari para ahli Sholat Tahajud. Yusuf Mansur juga menganjurkan tentang keluarbiasaan dari orang-orang yang ringan dalam menjalankan sholat dhuha. Intinya mereka berbicara, Ada dampak dari ritualitas sholat itu.
Kalau kita buka al-Quran,

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. (Wa inna-ha…) Dan sesungguhnya shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`,(al Baqarah 45) (orang yang khusyu’ itu, yaitu) orang-orang yang meyakini, menyadari, bahwa mereka (saat shalat itu sedang) menemui Tuhannya, dan bahwa mereka (saat shalat itu sedang) kembali kepada-Nya. (Al Baqarah 46)"

“Sungguh-sungguh berbahagialah, sungguh-sungguh beruntunglah, sungguh-sungguh menanglah orang-orang yang beriman, (orang yang beriman, yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, (Al Mu’minuun ayat 1,2).


Belum hadis-hadisnya. Buanyak. Dan semuanya seakan koor bersama bahwa sholat itu jelas-jelas bermanfaat besar. Bagi diri kita dan orang lain, bahkan masyarakat, bahkan negara, bahkan dunia siisinya, bahkan seluruh alam. (kita akan buktikan nanti)
Tetapi dalam realitasnya, sekali lagi realitasnya. Orang-orang yang tertangkap KPK dan dijebloskan ke penjara, andai kita tanya, apakah mereka sholat????? 10 diantara 9 nya pasti akan mengaku “Ya saya Sholat”. Kalau kita tanya lagi, penduduk Hotel Bui (Red: Penjara), ketika ditanya, apakah mereka sholat??? Saya yakin banyak yang sholat. Begitupun dengan artis-artis yang berani-berani membuka auratnya, begitupun dengan anak didik kita yang mengalami kecelakaan hubungan, begitupun dengan mereka yang suka berantem, mereka seakan koor bersama menyatakan bahwa mereka sholat atau minimal mereka pernah sholat walau dalam ujian hendak lulus Ujian Praktek. Lalu kenapa bisa seperti itu???/ Bukankah mereka sholat???? Bukankah mereka tahu bahwa ada perbuatan dosa yang akan berujung pada panasnya api neraka??? Bukankah mereka percaya bahwa ada Malaikat-malaikat yang akan siap menanyai di alam kubur sana, dan akan menyiksa jika kita salah dalam menjawabnya????? Bukahkah mereka percaya akherat????................... Atau............. sholatnya yang salahkah?????? orangnya yang salah ataukah sholatnya????? Orangnyakah??? Atau sholatnyakah?????
Kalau saya buka dalam ilmu pendidikan yang pernah saya pahami. Disitu ada tiga komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran. Ada perencanaan, proses dan hasil. Pada perencanaan, ada rancang bangun, cita-cita, impian, idealisme, harapan, de el el. Pokoknya hal-hal yang indah-indah yang direncanakan. Kalau dalam dunia pendidik, ada Promes, Prota, Silabus, RPP. Tentu, tidak cukup hanya berkutat pada ide-ide, rancangan atau hal-hal tertulis yang idealis. Perlu action. Dalam istilah pendidikan namanya proses. Dalam proses itu sangat berperan penting untuk menentukan keberhasilan dalam rancangan proses pendidikan yang telah dibuat. Setelah proses, masuk ke wilayah hasil. Bagaimana menentukan hasil? Untuk menentukan hasil dari sebuah proses perlu yang namanya evaluasi. Dalam evaluasi ini akan mengetahui suatu rancangan yang diproses dalam pembelajaran itu berhasil ataukah tidak. Jika tidak berhasil, letak kesalahannya dimana, di rancangannya, kah??? Ataukah diproses, diaplikasi??? Kalau diperencanaan, guru perlu mengevaluasi, apakah sudah sesuai dengan teori ataukah tidak. Kalau sudah sesuai pasti benar. Itu guru. Kalau dalam konsep ketauhidan, yang merancang sholat, kehidupan itu Allah, pasti sudah benar dan tidak mungkin salah. Kemungkinan besar kesalahan itu diproses atau diaplikasi. Dalam aplikasi atau action, pelaksanaan dari sebuah rancangan, perlu penafsiran yang utuh. Kalau penafsirannya salah maka akan berujung pada kesesatan. Penafsirannya benar, tetapi aplikasi salah juga akan berujung ketidak berhasilan dalam proses. Hal yang sama dalam kontek sholat kita, bisa jadi penafsiran kita yang salah. Atau kalau sudah benar penafsirannya, bisa jadi aplikasinya yang salah. Begitu.
Dalam bahasa yang sederhana, sebagaimana yang telah saya tulis dalam buah ketaatan, seperti tanaman. Ada tanaman yang berbuah dan tanaman yang tidak berbuah. Kenapa??? Bisa jadi karena dalam proses itu ada virus. Atau bibitnya yang jelek. Atau lain-lainnya.
Sholat juga sama. Bisa jadi dalam proses itu ada virusnya. Atau ada hal-hal lainnya. Namun memang idealnya, sholat kita itu harusnya harus berbuah. Berbuah yang sedap yang setiap orang ingin memetiknya. Adapun buah sholat itu ada empat.
Pertama, sholat itu bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana surat al-Ankabut ayat 45, kata Inna, menunjukkan arti kepastian. Kepastian kalau dalam ilmu pasti, menunjukkan sesuatu yang tidak bisa ditawar. Seperti 2 x 2 sama dengan 4. Tidak bisa kurang dan tidak lebih. Kalau dalam ilmu hukum sebab akibat, kepastian artinya pasti, otomatis. Jika orang sholat pasti bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Ini buah dari sholat. Kalau sholat seseorang sudah bisa berbuah seperti ini, pasti dalam pribadi orang sholat tadi, akan muncul rasa aman. Dia tidak menganiaya diri sendiri. Hal-hal keji dan mungkar yang ia kerjakan lama kelamaan akan ditinggalkan. Minum-minuman keras, berjudi, berkelahi, medon, tipu daya dan lainnya, ia tinggalkan. Bukankah hal-hal itu pada intinya adalah menyakiti dirinya sendiri???? Kalau ia sudah bisa menciptakan rasa aman pada dirinya sendiri, maka ia akan menciptakan rasa aman kepada teman-temannya. Kalau teman-temannya sudah bisa tertular oleh rasa aman itu, maka akan tercipta masyarakat yang aman pula. Andai setiap pribadi, sholatnya bisa berbuah maka tak ayal, akan tercipta rasa aman pada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan dunia. Terciptanya baldatun toyyibatun warobun ghofur adalah dengan pribadi musholi.
Kedua, buah dari sholat adalah akan mendorong seseorang untuk meninggalkan dosa. Gambarannya begini, ketika anak itu dilahirkan, menurut Hadis, ia dalam keadaan fitrah, Kullu mauluddin yuladu ala fitrah. Ke fitrahan itu maksudnya, ia masih suci, masih polos, tak berdosa. Dalam perjalanannya ia akan dihadapkan pada lingkungan, pengetahuan dan lain lainnya yang menodai kesuciannya. Dosa demi dosa ia kerjakan. Maksiat demi maksiat ia kerjakan. Sehingga ke fitrahan itu lama kelamaan redup. Seperti nyala api lilin. Awalnya ketika dihidupkan, nyala lilin bersinar terang, namun semakin lama semakin redup dikarenakan tiupan angin yang kencang. Cuma sekarang, bagaimana menjaga api tetap menyala???? Dalam konteks menjaga kesucian diri, Allah memberi sebuah alat sebagai sarana selalu menjaga kefitrahan, sarana itu bernama sholat. Sholat itu pada hakekatnya adalah menjaga ke fitrahan. Sholat itu mampu untuk merangsang orang untuk kembali kepada Allah. Merasa bergantung kepada Allah (lihat al Baqarah ayat 46). Karenanya tidak heran, ada ayah teman saya, yang menasehati anaknya dengan nasehat “kamu boleh nakal senakal-nakalmu nak, tetapi pesan bapak, jangan tinggalkan sholat”. Meskipun anaknya nakalnya bukan main, tetapi karena dia sholat, suatu saat, ketika dia mempunyai problem, dia dinasehati, tersentuhlah hatinya, ia kemudian sadar, dan kembali lagi ke jalan Allah. Mungkin, karena nyala sholat itu masih ada, ketika diletup dengan letupan sedikit, maka dia akan menyala-nyala. Orang yang sholat akan masih terus ingat Allah. Hatinya tidaklah membeku seperti anak yang nakal tetapi tidak sholat. Ia masih mudah dinasehati untuk kembali kepada Allah. Cerita yang sama, ketika saya pernah beserta rombongan Mojokerto menghadiri acara seminar nasional yang diselenggarakan oleh Setiawan Djodi di Pasuruan, kami tersesat di pesantrennya Kyai Metal Pasuruan. Ternyata disana beliau banyak menerapi anak-anak muda yang stress, kecanduan narkoba, dengan dzikir dan sholat serta dengan rendaman air. Dalam pengamatan saya, mereka berusaha untuk dibangkitkan kembali atau dihidupkan kembali cahaya yang redup. Barangkali demikian.
Ketiga, buah dari orang sholat itu adalah menjadikan orang itu merasa takut kepada Allah. Sebelum saya jelaskan, saya ingin bertanya, takut mana antara Allah dengan melihat hantu??? Antara Allah dengan sundel bolong????Antara Allah dengan Kuntil anak???? Ayo uji coba, berani tidak anda ke kuburan sendirian??? Pas disana bagaimana membandingkan antara anda percaya kepada Allah dengan takut kepada jin yang merupakan ciptaan Allah sendiri?????? Kenapa anda takut???? Ketika gaib tampak maka akan menjadikan seseorang itu takut. Ketika tampak kemudian gaib itu juga menjadikan orang takut. Hantu itu gaib, ketika nampak maka akan menjadikan orang takut. Manusia itu tampak, tetapi ketika gaib maka akan menjadikan orang lain takut juga. Allah itu gaib ataukah tampak??????? Tidak ada tuh sifat Allah bahwa Allah itu gaib, yang ada adalah Allah itu bersifat wujud. (kapan-kapan kita bahas). Yang jelas, takut kepada Allah tidaklah sama dengan takutnya seseorang kepada hantu. Takutnya seseorang kepada Allah haruslah takut terhadap siksanya Allah, apabila kita melakukan dosa, maksiat, melanggar hal yang dilarang olehNya. Kita takut dengan murkanya Allah. Takut terhadap balasannya Allah. Makanya ada seorang ulama selalu mewanti-wanti agar dalam kehidupan ini haruslah selalu ingat 3 hal. Allah selalu melihat hatimu, Allah selalu hadir disampingmu, Allah selalu menyaksikanmu. Apapun gerak hatimu, Allah tahu, dan semuanya akan diperhitungkan. Kita Malu apabila melakukan dosa. Kita takut. Takut sekali kepada siksanya. Kenapa??? Karena siksa kubur itu haq, siksa neraka itu haq, akherat itu haq, malaikat itu haq, Al-quran itu haq. Tidak percaya!!!!! silahkan coba dulu !!!!!!
Keempat, memperkuat selalu ingat kepada Allah. Ketika kita sholat, kita menghadap kepada siapa????? Pasti Allah. Kalau kita menghadap Allah yang harus selalu diingat itu siapa??? Ya Allah, bukan lainnya. Tetapi kenapa dalam setiap sholat, bawaannya selalu nglambyar ingat sana ingat sini. Kenapa???? Karena kita masih banyak memasukkan dunia ke dalam hati kita. Sebelum sholat kita masih ingat sana-sini. HP tidak dimatikan. Urusan dunia belum diselesaikan. Akhirnya semua terbawa ke dalam sholat. Anda bayangkan, seandainya anda berhadapan dengan kekasih anda, tetapi jiwamu tidak disitu, tetapi melamun sana-sini, kira-kira kekasih anda tidak marah???? Mungkin begitu logisnya. Orang yang ingat Allah dalam sholat pahalanya lebih besar daripada ingat diluar sholat. Demikian kata Kyai Lukman. Makanya, perbanyaklah ingat Allah di dalam sholatmu. Kalau sudah ingat terus dengan Allah, tidak hanya didalam sholat, tetapi juga luar sholat, maka dia akan terus membawa Allah dimana-mana. Allah selalu menyertainya. Dengan demikian, dia akan takut, tetapi juga harap rasa cinta dan menunjukan baktinya, Innasholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin. Sesungguhnya ibadahku, sholatku, hidupku, matiku Hanya untuk Allah.
Mengakhiri tulisan ini, saya tegaskan kembali, keempat hal tersebut adalah buah dari ibadah sholat. Jika ibadah sholat belum sampai menghasilkan minimal keempat hal tersebut, maka ibadah sholatnya belum berbuah. Demikian logikanya. Sudah berbuahkah sholat anda????? kalau belum, kenapa ya????

Ingin Download. Please Klik Judul
21 Desember 2009

Buah Ketaatan

Salam.........kepada pembaca Blogger sekalian. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan selamat Tahun baru Islam yang ke 1431 H. Semoga amaliah kita semua selama satu tahun yang kemarin diterima Allah dan segala kekhilafan kita diampuni oleh Allah. Dan semoga tahun yang akan kita lewati menjadikan kita pribadi yang selalu inrtospeksi untuk memperbaiki untuk menuju insan kamil. Manusia paripurna, yang mengenal dan mampu menjadikan dirinya manusia seutuhnya dan manusia yang sebenar-benarnya manusia. Amin.
Pembaca sekalian, satu tahun yang telah kita lalui, banyak peristiwa yang dihadapkan kepada kita semua. Untuk dipahami. Untuk dimengerti. Untuk retrospeksi. Untuk dipelajari. Untuk Dijadikan ibrah. Kasus Bibit Candra, Kasus Prita, Bank Century, Kiamat 2012, Global warming, perceraian para artis, bencana alam, pembunuhan, perselingkuhan, tawuran, penggusuran, intrik, dan lain sebagainya. Kurang apalagi Allah memberikan pelajaran kepada kita semua?????? Masihkah perlu didatangkan pelajaran yang lebih hebat lagi untuk membuat kita sadar?????
Di usia peradaban kita yang sudah tua ini, seharusnya menjadikan kita semakin dewasa dalam menyikapi segala gerak kehidupan. Fenomena yang ada seharusnya menjadi ajang studi untuk meningkatkan kualitas kita. Manusia yang sebenarnya manusia. Bukannya manusia yang malaikat, atau manusia yang Iblis, atau manusia yang syetan atau manusia yang jin, atau manusia yang genderuwo, atau manusia yang anjing, atau manusia yang babi dan lain sebagainya. Manusia yang sebenarnya manusia itulah hendaknya tujuan dan pribadi kita. Manusia yang memahami sebenarnya kemanusiaannya!!!!!!!!
Manusia yang sebenarnya manusia itu yang saya maksudkan adalah Manusia yang memahami siapa dirinya??? Apa kewajibannya???? Apa haknya???? Apa Tugasnya????Apa manfaatnya??? Dan sederetan pertanyaan yang berkutat dalam bingkai ” manusia”.
Tugas manusia dalam kontek Agama kita (Islam) adalah Ibadah (QS: Adzariyat ayat 56). Entah di agama lain tugasnya seperti apa??? Atau ideologi lainnya???? Atau kepercayaan lainnya?????Apa hidup untuk makan??? Atau Makan untuk hidup????? Atau hanya sekedar memenuhi hasrat nafsu-nafsu Binal??? Atau sekedar pamer????? Atau hanya untuk meraih pangkat, glamor kehidupan????. Karena tugas kita hanya Ibadah.....Ya!!!!! sekali lagi, Hanya hanya hanya Ibadah. Lihat beberapa ayat dibawah ini.......

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah ayat 5)

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Ad zariyat 56)


Mungkin kita semua akan menjawab “Saya Sudah Ibadah”, dan kita telah selesai menjalankan semua kewajiban yang dibebankan Allah kepada kita semua. Bahkan dari sejak kecil kita telah melaksanakan sholat, puasa, zakat. Benar saya katakan, namun sudahkah kita melaksanakan pesan dari ibadah itu sendiri???? Seringkali kita beribadah masih berkutat pada untung dan rugi, takut jika tidak melaksanakan ibadah akan didamprat malaikat di alam kubur, atau takut dimarahi Allah. Karenanya Imam Nawawi membagi kualitas ibadah seseorang dibagi menjadi tiga, Pertama, orang beribadah yang bermentalkan budak, buruh, pembantu, atau pekerja. Dia akan bekerja total kalau ada majikannya. Ia takut kemarahan majikannya kalau melihat dirinya tidak bekerja. Namun jika majikannya tidak mengawasinya, maka dia akan seenaknya saja bekerja. Tipe budak juga, ketika melakukan sesuatu motivasinya diimingi dengan upah. Semakin banyak upahnya maka dia akan bekerja keras. Kalau upahnya sedikit???? Dia akan malas bekerja bahkan cenderung melakukan demonstrasi!!!!!Unjuk rasa!!!!!! Protes!!!!!!! Cloteh sana cloteh sini. Kebijakan Tuhan selalu dianggap tidak adil, kolot, tidak memihak, de el el. Kedua, orang beribadah yang bermentalkan pedagang, atau pebisnis. Dia menjalankan ibadah berdasarkan untung dan rugi, kalau beribadah untungnya apa? Kalau tidak beribadah ruginya apa????? Keinginannya atau motivasinya beribadah adalah hanya untuk menjadikan dirinya untung. Mendapatkan kebahagiaan. Ketika dzikir untungnya apa? Sholat dhuha untungnya apa? Sholat Malam untungnya apa??? Puasa untungnya apa??? Berbuat baik untungnya apa????? Mencitai Allah untungnya apa????? Menjadi pemimpin adil untungnya apa??? Kalau tidak melakukan, ruginya apa??????. Ketiga, orang beribadah bertipekan orang yang merdeka. Dia menjalankan ibadah tidak bertujuan apa-apa kecuali Allah. Dia tidak diperbudak oleh keuntungan duniawi. Dia tidak diperbudak oleh perasaan ingin bahagia, ingin dihormati, ingin ketenangan, ingin kedamaian, disanjung atau hal-hal yang membuat orang terpuaskan nafsunya. Namun yang ia tuju hanya Allah. Persoalan nanti dia merasa bahagia, itu hanya efek. Yang terpenting baginya Allah. Tipe yang manakah kamu?????????
Bukannya saya ingin merendahkan dalam tipologi tingkatan ibadah. Hanya sekedar membandingkan keafdolan memposisikan ibadah kita dihadapan Alloh. Kita yang sudah berkali-kali mengaku beribadah, sudahkan kita masuk dalam posisi ketiga. Lillah, Billah Fillah. Tidaklah salah jika kita ingin ibadah kita itu memiliki dampak. Karena memang seharusnya ibadah itu harus berdampak. Kalau saya ibaratkan ibadah itu seperti menanam tanaman, ambil contoh seperti padi. Ketika kita menanam, tentu kita ingin memanen dari hasil apa yang telah kita tanam. Percuma saja kita menanam tetapi kemudian tidak berbiji atau berbuah. Kalau padi yang kita tanam tidak berbiji maka tanaman kita, biasanya kita manamakan GABUK. Alias tanaman yang gagal panen. Kalau sudah begitu, percuma saja dibiarkan hidup, lebih baik kita ganti dengan tanaman lain. Karena, tanaman tersebut pertama, sudah banyak menghabiskan pupuk dan kedua, merugikan petani karena waktu yang digunakan tidak menghasilkan apa-apa, ketiga, kalau tidak segera ditanam dengan tanaman lain maka dijamin sang petani akan tidak punya makanan atau uang untuk meneruskan hidupnya.
Hal yang sama, seperti ibadah kita, sudahkah berbuah???????? Sudahkan ibadah kita menghasilkan panen yang nyata dalam kehidupan sehari-hari????? Ataukah dia hanya sekedar ibadah seperti tanaman tanpa ada buahnya??????? Sudahkan sholat kita yang kita laksanakan sejak kecil berbuah???? Sudahkah Jilbab atau Baju koko yang kita pakai berbuah??? Sudahkan membaca al-Quran kita berbuah??? Sudahkah puasa kita berbuah???? Sudahkah amaliah kebaikan kita berbuah????? Sudahkah dzikir kita berbuah???
Dalam realitasnya, masih banyak orang yang sholat tetapi masih suka maksiat, masih suka korupsi, suka berbuat dosa, suka berbohong, suka menyakiti temannya, suka menyakiti hati tetangganya, tidak peduli dengan orang lain de el el. Masih banyak orang yang berdzikir tetapi hatinya masih dipenuhi dengan amarah. Masih banyak orang berpuasa tetapi tidak mampu menahan diri dari segala godaan. Padahal ketika kita melaksanakan perintah Allah, ada dampak untuk membina pribadi menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang bermanfaat kepada diri dan orang lain. Bukankah begitu???
Menurut Kang Jalal (Red: Prof. Dr Jalaluddin Rahmat) bahwa orang yang sholat tetapi tidak memikirkan tetangga atau menyakiti tetangganya maka sholatnya tidak akan diterima oleh Allah. Orang yang tidak peduli dengan fakir miskin, anak yatim, dikatakan dalam surat al Maun sebagai pendusta agama. Orang shodaqoh tetapi hasil dari korupsi maka shodaqoh dia tidak akan ada gunanya. Artinya bahwa ibadah yang kita jalankan sebenarnya harusnya membawa dampak. Kepada diri sendiri akan menjadi orang yang memiliki pribadi yang tangguh. Kepada orang lain akan menjadi pribadi yang bisa bermanfaat bagi banyak orang lain. Bukankah Nabi mengatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”????
Menurut Kyai Djamal (Pengasuh PP. Al Muhibbin Jombang), Buah dari ketaatan dalam menjalankan Ibadah kepada Allah itu minimal setidaknya ada 3.
Pertama, hati orang yang beribadah itu akan menjadi bersinar, bercahaya, bersih, suci atau selalu dalam kondisi fitrah. Hatinya tidak dipenuhi oleh bibit penyakit hati seperti takabur, ujub, riya’, summah, suudzon, hasad, hubbudunya, de el el. Penyakit ini tersingkirkan karena ibadahnya berbuah. Hatinya diisi dengan sifat-sifat yang Mahmudah. Seperti sabar, syukur, khusnudzon, ikhlas de el el. Hilangnya penyakit hati kemudian tergantikan dengan sifat Mahmudah tersebut menjadikan hati orang tersebut terang benderang. Ia tidak khawatir terhadap hidupnya. Karena ia yakin Allah selalu bersamanya.
Kedua, orang yang beribadah menjadikan pribadinya semakin bagus. Karena orang yang beribadah tertarik oleh sebuah kekuatan untuk mengikuti nilai-nilai Ilahiah. Ia melepas diri dari perbuatan-perbuatan nista yang menjadikan pribadinya semakin terpuruk. Sehingga yang tampak hanyalah pribadi yang berakhlakul karimah. Pribadi yang telah mampu menerjemahkan sifat Allah, sifat Malaikat, sifat Rosul. Sifat itu telah “Nggetih” dalam tulang sumsumnya.
Ketiga, Amal Ibadah yang dilakukan mampu dirasakan dengan rasa yang penuh nikmat. Ketika melaksanakan sholat dia mampu menikmati sholat itu. Begitupun dengan zakat, puasa dan ibadah-ibadah lainnya. Ia mampu menikmati ibadahnya. Seperti sayyidna Ali, ketika kakinya terkena panah, beliau ingin mencabutnya. Sebelum dicabut, beliau sholat terlebih dahulu. Ketika sholat, barulah dicabut oleh sahabat lainnya. Sayyidina Ali tidak merasakan kesakitan. Karena dia merasakan kenikmatan sholatnya. Kenikmatan sholat itulah yang mengalahkan kesakitan tercabutnya anak panah dari pahanya. Sayyidina Usman, merasakan nikmat yang sangat luar biasa jika dalam seharinya dia mampu terhindar dari melihat kemaksiatan. Nabi Ibrahim merasakan nikmat jika beliau makan bersama tetangga-tetangganya. Begitulah!
Tiga hal tersebut adalah buah dari ibadah. Jika ibadah belum sampai menghasilkan minimal ketiga hal tersebut, maka ibadahnya belum berbuah. Demikian logikanya. lalu bagaimanakah ibadahnya selama ini??? kenapa tidak berbuah????
Salam damai.

Ingin Download. Please Klik Judul......

Jogo dayoh, 19:57
18 Desember 2009

Senin, Desember 14, 2009

SKI Jilid Ketiga dan keempat


Andai masih utuh lagi keluarga kita..........emane rek-rek. Manajemen konflik, Manajemen emosi, Manajemen nafsu, Manajemen Syetan, Manajemen Iblis, Manajemen Malaikat, manajemen........perlu diterapkan kali........

Ini Para Dedengkot Jidor SKI


Ini anak-anak SKI generasi kedua yang telah menorehakan tinta emas dengan menaburkan sholawat di dunia SMAN 3. Akan kukenang jasamu sampai.............kapanpun.

Tim Jidor SKI


Aduuuuuuh Kasihan tim Jidornya yang susah-susah dibentuk, dibiayai lagi, sudah terkenal sampai dimana-mana, kok dibuyarkan......sunggguh teganya teganya.......mana perasaanmu?????mana??????.........

Nyantri di PP. Temu Ireng


Ini gambar anak-anak SKI sedang membuat camping untuk melaksanakan out bond. buat anak-anak yang pernah ikut jangan lupa pas kita kekurangan air......belajar ngere.....

Rancangan Remidi SSN

Klik Judul ............

Silabus SSN

Klik Judul.....................

SKM

Klik judul..........................

Tugas Terstruktur

Klik Judul.............................

Tugas Mandiri Tidak terstruktur

Klik Judul ...............

Identifikasi SK KD

Klik Judul...........................

RPP

Ini RPP ku sendiri yang menurutku uapik.....

Klik Judul

Pengaruh Upaya Preventif Guru Agama Terhadap Sikap Siswa dalam Menghadapi Maraknya Penyebaran Ajaran Islam Sempalan pada Siswa di SMA Raden Rahmat Bal

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat pesat berakibat masuknya budaya-budaya asing melalui berbagai media elektronika maupun cetak telah menimbulkan pergeseran-pergeseran nilai budaya maupun nilai-nilai fundamental yang berasal dari ajaran agama.
Kemajuan dalam berbagai bidang ini menuntut bangsa Indonesia untuk mengimbangi perubahan dengan cara mengadakan seleksi dan saringan terhadap budaya asing yang masuk yang sekiranya dapat memberikan dampak negative dalam mengubah tatanan dan budaya bangsa Indonesia. Semakin cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi, dalam era globalisasi ini menuntut peranan agama secara aktif sebagai alternative dan filter terhadap masalah tersebut.
Untuk membentuk generasi bangsa yang berkualitas itu diperlukan suatu proses yang dapat menunjang kearah pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang utuh dalam pengertian manusia Indonesia yang memiliki indentitas kejuangan yang kuat, yang dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Salah satu proses pembentukan sumber daya manusia itu adalah melalui pendidikan agama.
Pada dasarnya proses pendidikan agama tidak dapat dipisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional yang telah digariskan. Sistem Pendidikan Nasional kita mengharapkan bahwa setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia di dasari dengan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan sistem pendidikan inilah tujuan pendidikan nasional dapat dicapai.Yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.1
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan.2
Dalam kurikulum tingkat SMA mata pelajaran PAI terdiri dari aqidah, fiqih, Alqur’an Hadist dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam pembahasan ini PAI yang diutamakan adalah pendidikan aqidah (tauhid). Karena aqidah merupakan aspek yang sangat fundamental dalam kehudupan seseorang, Aspek inilah yang dapat melandasi keimanan seorang muslim sehingga dapat menjawab tantangan keragaman keyakinan beragama yang ada didunia.

“Masyarakat dan Madrasah (Studi tentang Pandangan Masyarakat terhadap Madrasah di Desa Durung Bedug Candi Sidoarjo).”

Secara filosofis dalam kehidupan negara dan masyarakat, peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan penjabaran dari sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal demikian selaras dengan semangat Mukaddimah UUD 1945 yang secara tersirat mengandung makna bahwa berdirinya Republik Indonesia dilandasi oleh semangat Ketuhanan Yang Maha Esa mengiringi keinginan luhur bangsa untuk mencapai kemerdekaan.
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai karsa sila pertama Pancasila terbentuk melalui proses kehidupan dan terutama melalui proses pendidikan, khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama. Bangsa Indonesia telah berketetapan bahwa melalui proses pendidikan itulah setiap warga negara Indonesia dibina dan ditingkatkan keimanan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian meningkatkan keimanan dan ketakwaan, sebagai salah satu unsur tujuan pendidikan nasional, mempunyai makna yang dalam bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Pemupukan iman dan taqwa melalui pendidikan Islam tidak hanya dapat menumbuhkan kesuburan bagi tumbuhnya kesadaran beragama secara individual saja, tetapi juga secara sosial. Dengan demikian, kekuatan iman dan akhlak menjadi motivator yang menggerakkan seluruh sendi kehidupan masyarakat dalam menilai dan melaksanakan pembangunan pada berbagai bidang kehidupan serta menyertakan iman dalam menyelami ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Lebih lanjut H. A. Malik Fajar menyatakan telaah filsafat sebagai berikut :
“Masyarakat yang maju dan modern ialah masyarakat yang di dalamnya ditentukan suatu tingkat pendidikan yang maju, modern dan merata baik dalam bentuk kelembagaan maupun jumlah dan tingkat yang terdidik dan pendidikan yang maju dan modern pula. Sebaliknya, masyarakat yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan akan tetap terbelakang, tidak hanya dari segi intelektual tetapi juga dari segi sosial kultural. Begitu pula jika penyelenggaraan dan sistem pendidikan di dalam masyarakat bersifat pasif dan konservatif, masyarakat yang dihasilkannya akan kurang produktif dan kreatif.”

Memperhatikan telaah filsafat pendidikan tersebut serta tujuan dari pendidikan nasional di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan maka diperlukan komprehensifitas dari berbagai wahana pendidikan harus mampu mentransformasikan nilai-nilai dan pengetahuan kepada subjek didik secara totalitas pada segala aspek kemanusiaan. Salah satu model lembaga pendidikan yang mempunyai peluang besar untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah madrasah. Pengakuan ini secara kultural sungguh tepat mengingat bangunan peradaban suatu bangsa bisa sangat kuat ketika bertumpu pada akar dan kesinambungan budaya. Pandangan keseharian, baik dari aspek budaya maupun pandangan ilmiah membenarkan kenyataan bahwa madrasah merupakan bagian dari tradisi pendidikan yang hidup di Indonesia.
Selanjutnya kehadiran madrasah dituntut peran gandanya, yang tidak hanya sebagai pusat pendidikan saja, tetapi juga merupakan pusat informasi dan pusat pengembangan diri.

Klik Judul........

Pendidikan Seks Untuk Remaja Dalam Perspektif Para Kyai di Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan

Negara Indonesia terletak di bagian timur belahan dunia yang nota benenya dikenal memiliki kultur budaya yang tinggi dan sama sekali berbeda dengan dunia barat. Budaya timur dikenal menjunjung tinggi keluhuran budi, adat istiadat, nilai-nilai religius, mengedepankan sopan santun, tata krama dan sejenisnya, hingga pada hal-hal yang bersifat pengetahuan pun ukurannya adalah sopan santun. Peletakan dasar yang tidak proporsional terkadang dapat memasung kreatifitas dan berkembangnya pengertian terhadap suatu hal.
Sama halnya ketika kita membicarakan masalah seks, image yang muncul di masyarakat kita adalah masalah itu tabu dan tidak usah dibicarakan karena kotor dan jorok. Apalagi yang bertanya adalah anak-anak maka yang didapat bukanlah jawaban yang benar akan tetapi malah sebuah larangan atau bahkan kemarahan orang tua. Pemahaman seperti ini masih menjadi tradisi sebagian besar orang tua dalam masyarakat kita.
Betapapun banyak orang beranggapan bahwa masalah seks amatlah tabu untuk dibicarakan, namun kenyataan sehari-hari tidak lepas dari kebutuhan seks. Seks adalah kebutuhan asasi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kebutuhan seksual pada diri manusia merupakan kebutuhan dasar. Dalam agama islam, dorongan seks juga tidak dipandang kotor dan maksiat...
Klik Judul........

Implementasi Kurikulum Pendidikan pada anak Autisme di Yayasan Cakra Autisme Terapi Surabaya

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang – undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Pendidikan merupakan sarana strategi untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya. Pernyataan tersebut juga diyakini oleh bangsa ini. Namun pada kenyataannya, sistem pendidikan Indonesia belum menunjukkan keberhasilan yang diharapkan. Pendidikan masih belum berhasil menciptakan sumber daya manusia yang andal apalagi menciptakan kualitas bangsa. Krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini, diyakini banyak kalangan, akibat gagalnya sistem pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di mengerti secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa-susila.4 kata “ pendidikan “ mengandung sekurang-kurangnya empat pengertian, yaitu bentuk kegiatan, proses, buah atau produk yang dihasilkan oleh proses tersebut, serta sebagai Ilmu.5
Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional merumuskan hakekat pendidikan sebagai usaha orang tua bagi anak-anak dengan maksud menyokong kemajuan kehidupannya, dalam arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan rohani dan jasmani yang ada pada anak-anak. Pendidikan juga dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan yang ada agar masyarakat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.6 Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup lahir dan batin, baik sebagai anggota masyarakat sosial.
Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang di kecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima disekolah. Apa yang dicapai disekolah, ditentukan oleh kurikulum sekolah itu. Jadi barang siapa yang menguasai kurikulum memegang nasib bangsa dan negara. Maka dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu bangsa.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.7
Setiap orang diciptakan unik, tak ada duanya. Mungkin ada dua, tiga atau empat orang yang mirip. Namun dalam segala abad, baik pada masa lampau maupun pada masa mendatang, tak pernah dan tak akan ada orang yang persis sama. Keunikan itu ditentukan oleh berbagai faktor seperti keturunan yang datang dari orang tua dan nenek moyang, lingkungan fisik......
Selanjutnya KLIK JUDUL

Kamis, Desember 03, 2009

Quantum Iman




Idealnya orang beriman itu Imannya kuat dan semakin kuat. Karena seiring dengan umur dan bertambahnya ilmu, hijab dirinya dan Allah semakin terkikis. Allah terlihat nyata, malaikat nyata, alam kubur nyata, akherat nyata dan semuanya nyata. Maka tidak ada alasan lagi untuk tidak beriman. Dalam bahasa sufi dikatakan untuk bisa beriman yang semakin bertambah, memang ada tingkatan-tingkatan di dalam prosesnya. Tingkatan yaqin, yang hanya sekedar yakin. Percaya bahwa api itu panas, percaya bahwa pisau itu tajam, percaya bahwa batu itu keras. Namun ia belum mencobanya. Setelah dia mencoba dengan memegang api dan ternyata panas, atau membelah apel dengan pisau dan memukul batu itu, dan ternyata hasilnya, panas, tajam dan keras, maka dia semakin yakin dan pada tingkatan ini dia masuk ke dalam ainul yaqin. Dan tingkatan terakhir, manakala dia dan benda itu identik, maka dia sudah masuk ke dalam haqqul yakin, karena sudah seakan-akan tidak bisa dibedakan. Antara api dan panas, itu identik. ITU IDEALNYA.
Namun pada kenyataannya, seringkali iman itu minus alis yankus, berkurang. Kadang bertambah sedikit dan kadang tambah berkurang banyak. Iman terkadang mengikuti mod. Kalau pas modnya baik dia akan bertambah imannya dengan sering sholat dan rajin mengaji. Namun jika modnya lagi bete maka Imannya juga ikut bete. Wah......wah itu tingkatan iman nomor berapa ya???????? Tapi itu masih mending. Ada yang mengaku beriman tetapi tidak menjalankan sholat dan mengaji serta ritual-ritual agama lainnya. Dalam bahasa Van Brunsens disebut kelas ABANGAN. Dalam bahasa saya, itu adalah kelasnya Iblis dan syetan. Iblis itu beriman kepada ALLOH, cuma tidak menjalankan perintah ALLOH saja. Siapa bilang iblis tidak beriman? Iblis itu ma’rifatullah. Dalam keterangan surat al-baqarah ayat 30 dan seterusnya, Iblis bersama dengan malaikat diberi kabar berupa akan diciptakannya manusia, dan iblis melakukan pembangkangan. Artinya iblis pernah bercakap-cakap dengan Allah. Dan bercakap-cakap itu mesti melihat kecuali pake HP atau alat-alat lainnya. Jadi, orang yang percaya saja tetapi tidak beriman itu kelasnya iblis dan syetan. Yang lebih parah dari Iblis dan syetan itu adalah orang ateis. Iblis dan syetan saja masih percaya dengan ALLOH, namun ateis?????????PARAH.
Mengenai Iman ini biasanya saya sering mengkaitkan dengan teori fisika. Dalam teori gerak dan kecepatan ada istilah GLB (Gerak Lurus beraturan) dan GLBB (Gerak lurus tidak beraturan). GLB itu geraknya lurus dan beraturan sesuai dengan syariat. Sama dengan Iman, Iman itu idealnya lurus dan beraturan serta tidak berubah. Dia malah terus bertambah dan bertambah. Namun kenyataannya seringkali gerak itu tidak lurus alias berubah. Bukankah hal itu sama dengan iman yang senantiasa berubah??? tidak lurus-lurus!!!! memang kenyataannya demikian, tetapi jangan lupa, meskipun berubah tetapi tetap beraturan. Artinya, kalau keimanan kita berubah jangan lupa untuk meluruskan dengan keimanan yang beraturan. Sehingga anda tetap mengikuti jalan lurus. Coba anda kalau tidak lurus dan kemudian tidak bergerak untuk menuju ke pada keberaturan maka anda dipastikan akan sesat. Mungkin begitu cara supaya iman tetap ada dan bertambah kuat.
Memang,untuk bisa sampai ke tingkat Iman yang bertambah dan kuat, memang penuh liku dan perjuangan yang harus tidak mengenal lelah. Terkadang diiringi dengan masuk kedalam lubang dan lumpur hitam, namun jika dia bangkit dan berjalan menuju Allah pasti dia akan menemukan iman yang sejati. Terkadang dia masuk ke dalam gelapnya malam. Namun jika dia terus berjalan dan meraba-raba untuk menujunya pasti dia akan menemukan. Terkadang memang dia berjalan terus di siang hari dengan bantuan sinar matahari, dan dia menemukan Allah. Semuanya dalam rangkan menuju-HUWA.
Begitupun dengan saya, saya tidak mulus-mulus untuk bisa mampu memiliki iman yang kuat. Saya belajar dari sebuah kesalahan. Kesalahan yang menghantar untuk menemukan kebenaran. Mungkin Allah mendidik saya lewat kesalahan. Dengan memahami kesalahan maka saya menemukan kebenaran. Mungkin hal yang sama dengan menemukan malam maka dia akan menemukan siang. Menemukan gelap maka dia akan tahu terang. Ceritanya panjang. Dan saya singkat dalam tulisan ini.
Saya terlahir bukan dari keluarga santri. Kedua orang tua saya tidak sholat, hanya beberapa tahun belakang ini mereka baru melaksanakan sholat. Namun anehnya, saya sangat rajin melaksanakan sholat dan rajin mengaji. Kemungkinan besar karena pengaruh dari teman-teman paman saya yang waktu itu adalah pemuda kampung yang sedang bergiat membangun Islam di desa. Pemuda satu kampung tidurnya dirumah saya. Dari percakapan dan pergaulan dengan mereka akhirnya saya tertarik untuk sholat dan mengaji di LANGGAR. Aktifitas sholat dan ngaji saya ini, menjadikan anak-anak di desa mengikutiku, hingga tidak terasa seluruh anak kampung sholat semua di LANGGAR. Masih teringat ngaji bersama yang penuh dengan keceriaan. Kami memiliki sosok guru yang sangat kami idolakan. Dia kami panggil Gus di Nardi. Dari beliau kami mengingat cerita-cerita para nabi yang sampai sekarang masih begitu lekat di memori. Kami seakan benar-benar melihat sosok nabi Muhammad ada di depan kami ketika gus di bercerita. Karena Gus di memaparkan dengan penuh antusias dan menghubungkan keadaan Nabi Muhammad yang mengembalakan kambing sama seperti kami yang juga mengembalakan kambing. Di sela-sela cerita belia menyindir kami, nabi Muhammad tidak pernah mencuri mangga. Haaaaaa.........kami sering mencuri mangga dan jagung.....he...he...........
Kelas 5 SD, saya sudah khatam al-Quran dan menjadi satu-satunya seangkatan saya yang lulus hingga khatam. karena teman-teman di kampung rata-rata mrotoli. Pasca khatam, saya hampir-hampir tidak menemukan keilmuan Islam yang lebih. Paling-paling yang saya lakukan adalah mengaji al-Quran kembali dan khatam hingga berkali-kali. Hingga saya SMP saya banyak mendapat ilmu dari guru agama di SMP saya.
Tetapi ada fenomena menarik disekitar saya, yang awal, saya menganggap itu adalah sebagai ukuran orang berilmu. Pemuda-pemuda di desaku, kebanyakan mereka suka wirid-wirid, dan mereka mempraktekkannya dalam arena permainan pertempuran kanoragan. Mereka juga bisa melakukan pelet, masuk ke dalam mimpi, memiliki rajah-rajah, serta mampu mendeteksi orang yang bersekutu dengan jin untuk mendapatkan kekayaan. Anehnya bagiku itu ukuran kehebatan orang yang disebut Islam. Persepsi saya ini ternyata banyak diamini oleh penduduk kampung. Hal ini terbukti dari kembalinya Ustad Saifuddin zuhri dari Pondok di Pujon Malang, banyak dimintai amalan amalan-amalan untuk menjaga diri. Tidak lain dan tidak lebih. Memang terkadang beliau ceramah di masjid maupun mushola kami, namun kami tetap menganggap kedigdayaan itulah ukurannya. Maka tidak salah seorang da’i itu harus bisa sembur, tutur, muwur. Ya bisa nyuwuk (doa-doa), ceramah juga bisa, dan memberi sesuatu kepada penduduk kampung(dermawan).
Namun saya mengalami kekecewaan dengan melihat out put yang dihasilkan dari pemuda yang menggunakan atau belajar dengan pola-pola mengedepankan kanuragan. Banyak diantara pemuda-pemuda pasca menikah, mereka kemudian tidak sholat. Kenapa? Saya terus berpikir, dan akhirnya saya menemukan bahwa mereka tidak dibekali dengan ilmu tauhid yang benar dan syariat yang benar pula. Akhirnya mereka banyak yang terseret kepada kehidupan yang menuruti nafsu-nasfu rendah.
Fenomena ini menjadikan saya bertekad dalam hati, saya tidak boleh seperti mereka. Saya harus mempelajari ilmu tauhid dan syariat disamping ilmu-ilmu kanuragan yang saya idolakan. Namun saya tidak punya guru untuk belajar itu semua. Mau mondok????? orang tua mencak-mencak. Karena dalam keluarga sampai tujuh keturunan ke atas semuanya tidak ada yang mondok. Mereka rata-rata jadi petani. MAU APALAGI????
Hingga usia SMA, saya baru menemukan keilmuan yang baru. Pertama, saya menemukan guru agama yang spiritualis, beliau adalah Ustd. Zainal Abidin. Beliaulah yang membimbing saya dan menjawab segala pertanyaan-pertanyaa kritis saya tentang fiqh, tauhid, akhlak dan lain sebagainya. Termasuk juga beliau yang memperkenalkan kepada saya Hizb-Hizb. Pada waktu itu beliau masih berusia 25 tahun. Beliau dengan saya seperti teman. Saya sering mengantar pulang pergi ke sekolah. Terkadang saya di ajak ke kyai-kyai. Beliau sendiri alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus juga alumni beberapa pondok di Jawa Timur. Dari beliau pula saya disarankan ke IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pada masa-masa Ninja, Saya diajak Ust. Zainal Abidin, waktu itu beliau adalah ketua Banser Kecamatan Bluluk Lamongan, untuk melakukan pengisian massal. Saya mengikutinya dan tubuh saya dirajah dengan sebelumnya mandi tengah malam terlebih dahulu. Tubuhku menggigil dan pengaruhnya luar biasa, ingin tawuran. Pengisian yang kedua dilakukan di Masjid Desa Sumber Gondang, saya disuruh minum air dan kita semua anggota Banser disuruh bergandengan kemudian diisi oleh seorang kyai. Setelah prosesi pengisian selesai, kami langsung dijadikan ajang praktek. Tiap peserta maju persatu kemudian ditusuk dengan sebuah keris, KEBAL. Tetapi aku takut dan tidak berniat untuk mempraktekkannya. Perkenalan dengan dunia gaib itu menjadikan saya menikmati suasana-suasana yang berbeda. Namun pak Zaenal Abidin, tetap membimbing saya jangan sampai terjebak kepada keakuan. Dan belakang beliau kemudian mencoba membuang ilmu-ilmu itu. Itu terbukti dari nasehat-nasehat beliau tentang kepasrahan.
Kedua, Selain berinteraksi dengan Ustad Zainal Abidin, saya memiliki sebuah perkumpulan pemuda-pemuda di tetangga desa saya yang kemudian hari dinamakan jamaah wiridan Rotibul Haddad. Pertama kali berkenalan dengan mereka, saya tertarik dengan sebuah atraksi yang ditampilkan. Orang menyebutnya dengan istilah karomahan atau setruman. Karomahan ini sebentuk gerakan-gerakan tanpa sadar yang tiba-tiba kita digerakkan. Misalnya anda ingin tahu jurus kera sakti atau beladiri cimande, maka anda akan dituntun oleh sebuah kekuatan gaib untuk menggerakkan seluruh tubuh sesuai dengan keinginan anda. Anda sadar tetapi bisanya hanya mengikuti gerakan itu. Saya tertarik dan ingin sekali di SETRUM. Akhirnya tiap malam saya pergi ke desa sebelah yang kita melaksanakan wiridan rotibul haddad. Tidak berapa lama saya pun bisa memiliki ilmu karomah itu. Saya sangat senang dengan jurus-jurus yang bergerak-gerak tanpa saya harus belajar ribet disebuah perguruan silat. Tidak hanya sekedar itu, saya pun memiliki ilmu kegaiban berupa terawang, yang mampu menembus alam jin. Itu saya dapatkan tidak sengaja, karena mungkin rajinnya aku dzikir tiap detik itu-lah yang terbuka hijab itu atau karena jin???? Yang jelas aku mulai merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan.
Dari teman-temanku di jamaah wirid, saya-lah yang mendapatkan ilmu itu selain Gus Nur, pemimpin dari kelompok kami, selain terawang juga mampu memanggil roh. Hingga suatu saat, saya diajak ke kyai yang mengajarkan rotibul haddad itu. Di sana saya berkenalan dengan beliau. Dari perkenalan itu saya akhirnya tahu bahwa beliau bernama Haji Mas’ud, beliau murid langsung dari Syekh Alawi al-Maliki Mekkah al Mukaromah selama 13 tahun. Syekk Maliki konon katanya adalah wali qutub pada masa itu. Setelah berkenalan itu saya dipanggil sendirian. Saya langsung diminta sama beliau untuk melihat secara gaib pondok pesantrennya, yang seringkali dikirimi santet oleh seseorang. Dalam penerawangan saya, saya akhirnya tahu bahwa di pondok itu banyak macannya, artinya yang menjaga itu kuat-kuat. Beliau tersenyum-senyum. Sejak perkenalan dengan Haji Mas’ud itu, saya menjadi sering ke pondok pesantren. Bahkan akhirnya menjadi orang kepercayaan beliau hingga saya memutuskan untuk kuliah baru terputuslah kepercayaan itu. Selain ikut dzikiran, saya juga belajar kitab kuning kepada beliau. Disitu saya banyak menyerap ilmu-ilmu agama. Namun sepertinya antara kyai dan Gus nur berbeda (disini saya perlu konfirmasi, bahwa kyai saya bersih dari kesyirikan dan wirid rotibul hadad murni dari kegaiban, semuanya adalah salah tafsir kami). Gusnur dan jamaah saya lebih menafsirkan ke sisi gaibnya, dan anehnya saya mengikutinya. Gus Nur sering mengundang roh-roh para wali, dan kita sering ziarah-ziarah dan mendapatkan ijazah gaib dari dunia gaib. Dan kemungkinan ketersesatan saya adalah pada kepercayaan yang penuh terhadap kedatangan para yang saya anggap sebagai rohnya para wali. Akhirnya saya banyak berharap kepada para wali daripada kepada Allah. Saya dzikir bukannya untuk Alloh tetapi untuk menambah kesaktian.
Kenyataannya terbukti saya dan jamaah semakin lama semakin dikenal banyak orang. Saya beserta jamaah sering diundang ke rumah-rumah penduduk kampung dan melakukan pertempuran dengan jin-jin yang mengganggu manusia. Ah rasanya hidup itu penuh dengan kegelisahan, karena kita jadi serba tahu sisi sisi gelap manusia. Pada masa SMA aku sudah seperti dukun yang diundang oleh beberapa orang yang mengeluhkan penyakit, pagar rumah dan lain-lain. Bahkan puncaknya saya pernah diundang menangani santet pada keluarga tentara ( Intel )di Madura. Dan alhamdulillah kami berhasil. Keberhasilan-keberhasilan inilah yang membuat aku bahagia. Hingga masa-masa itu saya senang melakukan riyadloh-riyadloh dengan puasa daud dan dzikir rotibul haddad terus menerus.
Sisi lain, saya pernah berkenalan dengan seorang pertapa dari Nganjuk. Dia saya panggil Cak To, dia memiliki ilmu jawa dan Islam. Dari perkenalan itu saya diberi banyak cerita gaib dari dirinya. Dari ilmu-ilmu sirep sampai ilmu apapun dia pernah lakon-lakon. Dia pernah bertarung dengan jin dengan jumlah sekian. Dia juga pernah diberi benda-benda dari makam-makam yang pernah dikunjunginya. Dia ingin membuktikan ceritanya dengan mengajak kami untuk mengambil keris nogososro, dari jarak 3 km dengan perantara kain putih dan kembang kenongo, ternyata dia mampu mengambilnya. Ah luar biasa.........
Sisi gaib saya itu akhirnya lama-semakin lama, setelah saya kuliah, hilang. Hal ini kemungkinan besar karena saya sudah tidak dzikiran dan khusuk seperti dulu. Puasa daud pun berhenti. Saya sudah disibukkan dengan keilmuan-keilmuan dzohir. Terlebih ketika saya masuk di Lembaga Pers Mahasiswa Edukasi, hampir-hampir semuanya hilang. Di lembaga Pers Edukasi saya diajari berbagai filsafat. Dari socrates, plato, aristoteles, phytagoras, karl marx, michael foucoul, Sigmund Fredu, Nithcze, Fazlur Rahman, Ali Syariati, Jabiri, dan lain-lain. Kami diajari filsafat, gender, demokrasi, kebebasan, pluralisme dan lain-lain. Sehingga ketika saya kuliah saya menjadi mahasiswa kritis. Kekritisan saya terhadap berbagai teks yang ada menjadikan saya gebyah uyah. Semuanya harus masuk akal dan logis. Kitab kuning yang saya pelajari di Pondok Sidosermo, membuat aku tersiksa karena saya menolak mentah-mentah karena tidak rasional. Begitupun dengan kegaiban-kegaiban yang pernah saya alami, semuanya saya anggap adalah ilusi saya dulu. Kemungkinan saya memang disesatkan oleh imajinasi saya saja. Begitulah perubahan paradigma saya. Hingga banyak teman-temanku yang bilang bahwa saya adalah orang Mutazilah. Bahkan ada yang menyebut Islam Liberal........
Kemajuan dalam bidang keilmuan itu, ternyata tidak diikuti oleh keimanan. Keimananku menjadi semakin merosot. Saya merasakan kekeringan iman. Bahkan mengalami degradasi. Buku-buku yang saya pelajari kebanyakan menyudutkan keyakinan yang aku yakini. Contoh omongannya Karl Mark yang mengatakan agama adalah candu bagi manusia. Saya pikir-pikir memang kenyataannya demikian, banyak orang yang mencari surga tetapi tidak bisa hidup di dunia secara nyata. Mereka lebih terninabobokkan pada akherat sehingga lupa untuk merawat dunia. Sehingga tidak heran orang beragama tidaklah orang yang bisa membangun dunia. Santri-santri hanya berkutat di pondok, sedangkan orang yang rendah keilmuan agamanya yang justru membangun ekonomi, negara dan bangsa. Untuk apa beragama jika tidak untuk kesejahteraan umat manusia??????
Tuhan adalah hasil dari imajinasi manusia, demikian kata Freud. Surga juga demikian. Orang bergama seringkali mengingkari kenyataan di dunia sehingga mereka mendambakan kebahagiaan kelak. Mereka tidak bisa menemukan kebahagiaan di sini. Untuk menutupinya mereka mencari-cari alasan. Rugi nduk ndunyo ra dadi opo rugi akherat bakal ciloko. Mungkin istilahnya demikian. (Lihat kembali teori anak dan bapak Sigmund Freud)
Banyak umat Islam melakukan pembunuhan atas nama al-Quran. Mereka menteror dengan al-Quran. Mereka memaki dengan al-Quran. Apakah memang al-Quran menyuruh demikian???? Kenyataannya dalam al-Quran bisa dijadikan rujukan untuk melakukan pembenaran mereka. Berarti al-Qurannya yang salah ataukah orangnya??? Kalau kita salahkan orangnya, bukankah mereka mengimani al-Quran?
BUAT APA BERAGAMA???????????????????
Dimana bukti adanya ALLAH?
Dimana Bukti adanya Surga????
Dimana bukti adanya akherat???????
Muhammad itu siapa?????? Kenapa dia beristri 9??????? Kenapa Muhammad berperang????????? Hah.........................
Apa itu semuanya tidak ilusi. Semuanya tidak ada buktinya??????? Tidak masuk akal.
Kenapa aku harus beriman?????? Bukankah Iman itu harus tahu terlebih dahulu. setelah tahu baru mengenal, kemudian baru Iman. kenyataannya???????? Keimananku hanya warisan?????? Ah..........................

Dalam titik nadzir itu, saya hampir-hampir tidak percaya dengan Tuhan dan agama. Namun saya tetap sholat. Kegalauan hati ini kemudian aku adukan kepada guru Filsafat Islam kala itu Dr. Wahib Wahab. Dari percakapan dengan beliau saya tertarik dengan jawabannya. Akhirnya saya berguru kepada beliau. Hingga di Mojokerto saya datangi. Saya banyak membaca buku-bukunya. Berdikusi, mengaji dan dan lain-lain. Namun toh, saya tidak menemukan yang saya cari. Saya hanya mendapatkan keahlian keilmuan dan mungkin mendapat jawaban tetapi tetap ada sanggahan lain yang sama-sama juga masuk akal.
Saya mencari dimana saja. Saya ikut aktif di Forum Mahasiswa Masjid Ulul Albab yang beranggotakan PMII, HMI, KAMMI< Hizbu Tahrir. Kami berdiskusi dan berdakwah. Namun tetap belum bisa menjadi kegelisahan hati.
Saya bertemu dengan ROY, aktivis kiri yang sudah bertobat, dia menggabungkan ajaran Karl Mark dengan Islam. Kritis memang, hebat memang dengan segala imajinasinya. Yang belakangan menjadikan saya terinspirasi untuk masuk ke dalam arena dakwah. Namun toh, tetap belum bisa menjawab kegelisahan hati.
Bahkan sampai saya menjadi seorang guru, wacana filsafat itu masih bercokol di kepala. Hingga saya bertemu dengan teman guru Sudarkajin. Beliau banyak berdiskusi dengan saya. Kita banyak mendiskusikan tentang tasawuf. Saya tertarik. Kemudian diajak masuk ke ESQ. Awal ikut ESQ saya terkesima bukan main. Saya mulai menemukan titik terang. Disitu semuanya diterangkan tentang berbagai filosofi kehidupan. Namun kesimpulan saya, belum sampai menyentuh sisi ruhani saya. Saya bisa menangis, bisa khusu’ tetapi pasca training hilang. Padahal suasan spiritual yang saya ketahui tidak demikian. ah!!!!!kenyataannya saya belum menemukan kedamain hati disini.....
Akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah toriqot tentunya dengan meminta petunjuk terlebih dahulu. Saya berharap disini saya akan menemukan kedamaian. Di Toriqot ini kami tidak diajari keilmuan yang muluk-muluk seperti dalam filsafat. Yang teringat dalam memori saya oleh pesan guru kami “ dadi guru iku yo apik, tapi abot. Bejo-bejone guru sing eleng”. Kami disuruh puasa untuk membersihkan hati, minta padange ati. Kami disuruh untuk berdzikir ALLAH....ALLAH.....setiap saat. Kami disuruh untuk mencintai ALLAH (Coba lihat kembali tulisan saya tentang La Ila ha Ilalloh, lama’buda ilalloh, la maksuda ila lloh, la maujuda ila lloh). Kami tidak mendiskusikan tentang ikhlas tetapi praktek ikhlas. Kami tidak mendiskusikan apa itu syukur, apa itu sabar, tetapi dipraktekkan. Kita jangan terjebak perdebatan tidak berarti, tetapi esensinya sendiri tidak kita dapatan. Yang terpenting lillah billah fillah. Melakukan riyadloh bukan untuk bisa ini dan bisa itu. Ayat perintah bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk dipraktekkan hingga masuk kedalam tulang sumsum kita. Kita jangan terjebak pada definisi, tetapii lupa aplikasi. Mungkin itu sebaik-baik iman. Bukankah segala keilmuan yang ada pada muaranya pada akhlak. Di dalam akhlak tercermin iman. Di dalam iman tercermin keikhlasan. Dalam keikhlasan tercermin kepasrahan.........mungkin pada tingkatan-tingkatan orang bisa mempraktekkan nilai inilah orang mampu mencapai loncatan iman atau dalam tulisan saya ini saya namai quantum iman......


Katakanlah wahai para pembaca “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh Alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (Al Anam ayat 162-163).
Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama dan juga melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar) (al Bayyinah : 5)

Ya Allah ampuni kami hambamu yang Dhoif........
Ampuni orang-orang yang tersesat..................
Berikanlah ilmumu untuk memahami kesesatan......
Tunjukanlah kami semua ke dalam jalanmu..................
Jalan yang lurus.......................
Jangan bosan-bosan mendidik kami.....
Berikanlah nasehat-nasehat kepada kami.................
Tunjukanlah yang benar adalah benar..................
Yang salah adalah salah......................
Biar kami mampu melihat wajah-MU..................................

Amin.



SMA N 3 Mojokerto : 11.00
Tanggal 2 desember 2009
Isno S.Pd.I

Selasa, Desember 01, 2009

Membela Orang Mati : Analisa Kasus Mbah Priok

Pembaca sekalian, kalau kita lihat berita, akhir-akhir ini kita disuguhi adegan kekerasan dalam berbagai lini. Entah itu di ranah masyarakat miskin yang di kejar hutang oleh rentenir, pedagang asongan yang rumahnya dihancurkan Satpol PP, kekerasan dalam rumah tangga antara suami dan istri, pertengkaran para artis, pengacara yang mengelabui, dinas-dinas pemerintah yang memeras rakyat, pedagang yang menggilas pedagang kecil, partai yang berintrik, kyai/ulama yang beradu dalil, DPR yang beradu tinju, POLRI yang saling tuding, dan lain sebagainya.
Bahkan yang terbaru, yang membuat hati teriris-iris, satpol PP bekerjasama dengan POLRI, tawuran dengan para santri mbah priok. Berita yang terdengar, ada tiga orang yang meninggal dunia. Melihat itu, saya jadi ingin bersedih sekali. Ya barangkali akibat kebijakan yang salah, atau keangkaramurkaan dari arogansi yang ditampakkan.
Namun yang menarik, tentu dari sudut penulis, makam mbah priok. Melihat makam mbah priok tentu kita akan diingatkan dengan makam para auliya atau ulama yang dicintai oleh pengikutnya di seluruh dunia khususnya pulau jawa. Ada makam para wali, kyai, dan orang-orang sholeh lainnya yang menjadi tempat ziarah para santri-santrinya. Bagi mereka, makam orang sholeh itu adalah keramat.
Dari sudutu, ini nampaknya pemerintah kurang memahami psikis budaya rakyat yang dipimpinnya. Santri itu sangat mencintai ulamanya/kyainya. Ketika masa hidup, para santri mencium tangan kyainya. Ketika mereka sudah alumni, biasanya para santri akan terus melanjutkan ikatan emosional dengan sering silaturahmi. Biasanya apapun yang dia punya sebagian hartanya akan disodaqohkan ke kyainya. Malah, setiap setahun sekali, diadakan khaul yang mendatangkan para santri dan kyai dari alumni pertama sampai santri yang masih nyantri. Tentu dengan biaya yang sangat mahal sekali. Konon, Romo Kyai Sholahudin, dalam menyelenggarakan acara haul mbah jalil habis 300 juta. Biaya ini ditanggung selain kyai, juga seluruh santri.
Ikatan emosional seperti ini nyaris tidak akan pernah padam. Apapun yang terjadi mereka rela melakukan apa saja. Bahkan dalam keilmuan tasawuf, guru ruhani itu lebih diutamakan daripada kedua orang tua. Guru ruhani itu menuntun jalan terang dunia dan akherat sedangkan orang tua hanya membangun jasad fisik belaka alias keduniawian saja. Karenanya, Ketika satpol PP hendak menggusur makam ulama (mbah priok), maka para santri-santrinya akan rela melakukan perlawanan walau dengan taruhan jiwanya sekalipun. Mungkin begitu. Ini tafsir saya.
Bukankah dalam sejarah telah tercermin, bagaimana perjuangan Pangeran Diponegoro. Ia bersama dengan pengikutnya berjuang mati-matian demi menyelamatkan makam nenek moyangnya dari penggusuran atas proyek ambisius VOC, membuat jalan aspal sepanjang pantura? Ribuan korban berjatuhan mati demi membela orang yang telah mati.
Bukankah dalam sejarah pula, Mbah Wahab Hasbullah, ikhlas menjual sapi-sapinya, demi bisa berdebat di Masjidil Haram dengan para Ulama Wahabi yang akan menggusur makam Kanjeng Nabi. Mereka rela mati-matian demi membela Kanjeng Nabi yang di cintai. Meskipun telah tiada.
Bukankah dalam sejarah, para pengikut syiah rela mati dan menyakiti tubuhnya, demi membela sang sayyid Imam Hasan wa Sayyid Husein?
Dalam sejarah pula, bagaimana pengikut Nasrani yang membela Nabi Isa yang telah tersalib dengan taruhan dan harga nyawa yang tak terhitung.
Peringatan hari pahlawan, bukankah juga memperingati atas orang yang telah meninggal?
Andai kata, Makam Pahlawan itu digusur apa yang ada dalam benak anda? Mungkin kalau mau uji coba, silahkan gusur makam Jendral Sudirman, atau Sukarno, atau tokoh-tokoh yang telah berjasa besar pada Republik ini, apa yang akan direaksi oleh pengikutnya? Marah bukan. Bukankah begitu pula dengan apa yang menjadi psikis santri Mbah Priok. Mbah Priok bagi mereka adalah pahlawan mereka.
Dari sini setidaknya bisa menjadi renungan, tragedi mbah priok, adalah sebuah kebutaan kebijakan atas psikis masyarakat. Seharusnya sebelum bertindak harus memahami bagaimana kondisi budaya, psikis masyarakatnya. Kok tidak tahu? Kebangeten, pemimpin kok tidak tahu yang dipimpinnya. La selama ini pekerjaannya apa? Apa hanya mengerjakan PR di kantor saja. Atau?????????

Mari Berbagi

Wali Songo

Kyai Hamid Pasuruan

Kenangan di Klenteng



Ini adalah bentuk kemajemukan yang dipelajari oleh SKI dengan silaturahmi ke Klenteng. Bukan untuk beribadah tapi hanya sekedar melihat-lihat..............mumpung masih punya mata

RPP kelas XII semester II

Klik Judul kalau Mau Lihat. OK

RPP Kelas XII semester I

Klik Judul Ya kalau Mau Lihat n down load

RPP kelas XI semester II

RPP Kelas XI semester II. Klik Judul

RPP semester I kelas XI

RPP Kelas XI semester I. Klik Judul

RPP Semester II kelas I

Ini RPP Untuk kelas X semester II

RPP Kelas 1

Bagi kawan-kawan guru yang ingin lihat RPP Kelas satu. Klik Judul

Contoh RPP

Ini contoh RPP PAI SMA. Ingin Buka Klik Judul

Anak-Anak SKI Membantai Kambing

Macak Dadi Ustad

Meningkatkan Pemahaman Materi Thoharoh Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Example Pada Siswa kelas I SDN Jabon II Kab. Jombang Semester I Tahun Aja

Contoh PTK PAI untuk SD

klik Judul

Soal semester 2 kelas XII

contoh-contoh soal Pendidikan agama Islam SMA Negeri 3 Mojokerto

ingin tahu silahkan klik di judulnya

Soal UAS smst II kelas XII

Soal SMA
Ingin tahu lebih lanjut klik di judul

SOAL UAS kelas XII semester 1

Contoh soal Pendidikan Agama Islam SMA

Klik Judul

Soal kelas X semester satu

contoh soal PAI SMA

klik Judul

Soal Ujian Akhir Sekolah

Contoh Soal PAI SMA

Klik Judul

Kisi-kisi kelas XI semester 1

Contoh soal PAI SMA N

Klik Judul

Soal kelas X semester 1

Contoh Soal SMA

Klik Judul

Soal kelas XI PGRI semester 2

Contoh Soal PAI SMA

Klik Judul

Soal kelas XI semester 2

contoh soal PAI

Klik Judul

Soal Ujian Akhir kelas XII

Contoh soal PAI SMA

Klik Judul

“ Peningkatan Pembelajaran Fiqh Kompetensi dasar Transaksi Ekonomi Islam Melalui metode pemberian tugas belajar dan resitasi Pada Siswa kelas XI SMA N

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Pembelajaran Agama Islam tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000:24).

Selanjutnya .....Klik Judul

Peningkatan Perilaku Berpakaian Islami pada Pembelajaran PAI Melalui Metode Sosiodrama Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Kota Kediri

Pendidikan Agama memerlukan pembenahan-pembenahan yang inovatif, khususnya dalam memberikan metode-metode yang mampu melibatkan keaktifan siswa khususnya dalam perubahan sikap dan perilaku mereka. Pengajaran pendidikan agama Islam jangan hanya menggunakan ceramah saja, karena akan mengakibatkan pembelajaran yang monoton dan membosankan dan kurang dalam memahamkan pembelajaran kepada siswa.
Seperti halnya pembelajaran pada kompetensi dasar tata krama berpakaian, tidak hanya sekedar berceramah atau nashet-nasehat namun diperlukan metode lain untuk memahamkan konsep berpakain Islami kepada siswa. Metode yang menurut penulis angkat adalah metode sosiodrama. Dengan harapan metode tersebut cepat memahamkan tentang tata cara berpakaian secara benar.


Klik Judul

Peningkatan Perilaku Birrul Walidain Melalui Metode Sosiodrama Mts Hasyim Asyari Kota Batu Tahun Pelajaran 2009/2010

Peneliti berasumsi bahwa perilaku birrul waalidain siswa masih minim dilaksanakan oleh siswa-siswi MTs Hasyim Asyari Kota Batu. Terbukti setelah mengadakan cek list ternyata didapat 48% masih belum melakukan perilaku birrul waalidain dengan cukup baik. Angka 48% dilingkungan MTs yang berbasis pengajaran agama masih terlalu minim. Karenanya peneliti berasumsi angka tersebut dapat ditingkatkan. Asumsi tersebut jelas memerlukan metode yang jitu. penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang akurat dalam memacu siswa untuk memiliki perilaku birrul waalidain dengan baik. Karenanya peneliti mengangkat metode sosiodrama sebagai solusi tepat dalam memecahkan permasalahan pembelajaran agama yang selama ini kurang menyentuh pada ranah praktek. Sehingga peneliti mengangkat judul penelitian ini dengan ”“ Peningkatan Perilaku Biruul Walidain pada Pembelajaran Akhlak Terpuji Melalui Metode Sosiodrama Siswa Kelas VIII MTs Hasyim Asyari Kota Batu”. Dengan harapan penelitian ini bisa bermanfaat untuk mengukur eektifitas metode sosiodrama dalam meningkatkan perilaku birrul waalidain siswa. Sehingga siswa mampu menerapkan perilaku birrul waalidain siswa dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam merajut harmoni keluarga bahagia bersama dengan ayah bundanya tercinta.

Ini PTK sudah jadi semua. bila ingin tahu lebih lanjut klik judul

Peningkatan Perilaku Biruul Walidain Melalui Metode Multimedia Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Mojokerto

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia (Khaeruddin, 2007). Pendidikan menjadi penentu pada transfer nilai-nilai dalam membangun kesadaran bersama. Masyarakat madani, masyarakat yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak diwujudkan dengan pendidikan. Karenanya maju tidaknya suatu negara tergantung pada penghargaannya pada pendidikan.
Mengapa orang memerlukan pendidikan? Setidaknya menurut Samsul Nizar (2001) ada tiga alasan seseorang memilih pendidikan Pertama, dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai intelektual, seni, politik, ekonomi, dan sebagainya. Upaya pentransferan nilai ini dikenal dengan pendidikan. Kedua, dalam kehidupan manusia sebagai individu, memiliki kecenderungan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin. Untuk maksud tersebut, manusia perlu suatu sarana. Sarana tersebut adalah pendidikan. Ketiga, konvergensi dari keduanya lewat pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan itu sendiri sebagaimana tercermin dari tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) adalah mengembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, pendidikan dimaksudkan untuk membimbing anak didik menjadi orang yang berkualitas dengan berlandaskan nilai-nilai agama. Sehingga nantinya anak didik dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh serta menjadikannya sebagai pandangan hidup di dunia dan di akhirat.
Pendidikan agama Islam banyak diharapkan bisa menjadi garda depan dalam pembentukan akhlak yang lebih baik dalam membangun kepribadian bangsa ini. Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam harus mampu menjadikan anak didiknya memiliki kepribadian muslim yang syarat dengan pengamalan nilai-nilai Islam.

ingin tahu lebih lanjut klik judul diatas

Tips Perisai diri dari Jin dan segala gangguan

Selama mengikuti diklat PLPG. Alhamdulillah saya banyak mendapat ilmu yang banyak sekali. Kapan-kapan saya akan berbagi. Namun saya mau memfokuskan untuk berjuang membina guru-guru agama di Kota Mojokerto dan anak-anak SKI tentunya. Oh iya, ini ada oleh-oleh dari dosen saya. Siapa tahu bermanfaat. Ini adalah tips agar terhindari dari santet, pelet, lontrek, kesurupan, jin, gendruwo, tuyul, sundel bolong, pocong, glundungwereng dan konco-konconya. Saya berharap diamalkan ya!!!!. Beliau sendiri adalah ahli ruqyah dari Surabaya. Kata beliau, ini ijazah umum dan boleh diamalkan oleh siapa saja. Inilah caranya:

Taatlah kepada Allah dan jauhi kemaksiatan,terutama syirik, bid’ah, dan dosa besar

Peliharalah sholat fardhu dan sholat sunnah

Perbanyaklah mebaca Al-Qur’an setiap hari dengan disertai membaca terjemah, tafsir untuk tadabbur (difikirkan)

•Perbanyaklah berpuasa seperti senin-kamis atau 3 hari pada tengah bulan

•Perbanyaklah dzikir seperti tasbih, tahmid, tahlil dll

•Sesudah sholat subuh bacalah wirid. Laa Ilaaha Illallahu Wahdahu Laa Syariikalah, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘alaa Kulli Syai’in Qodir. 100X. Dan wirid ma’tsurat lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah

•Bekalilah diri dengan ilmu-ilmu yang shahih, khususnya dalam tema-tema akidah, tazkiyatun nafs, tafsir al-quran dan al hadits

•Jauhilah kebiasaan melamun dan menghayal serta hindarkan pikiran yang membuat gelisah, takut, tertekan, marah. Putus asa dan lain-lain

•Pertahankan diri selalu berada di tengah lingkaran pertemanan dan kebersamaan Islami

•Sering-seringlah berinteraksi diri diikuti taubah dan istigfar

•Usahakan selalu dalam keadaan suci (berwudhu)

•Tidurlah secara Islami seperti

a.Niat (tidur dengan sengaja)

b.Berwudhulah, lalu baca ayat kursi, 2 ayat terakhir dari surat Al- Baqarah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas dan dekatkan kedua telapak tangan ke mulut, lalu tiuplah kemudian usapkanlah pada anggota badan serata mungkin

c.Membaca doa tidur

d.Tidurlah dengan cara berbaring miring ke kanan

e.Jika bermimpi buruk hendaklah:

.Meludahlah kecil ke sebelah kiri 3 kali
.Membaca ta’awudz
.Mengubah posisi tidur
.Tidak menceeritakannya
.Jika bangun tidur, berwudhulah lalu shalat
f.Membaca doa bangun tidur

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*