Jumat, Mei 29, 2009

23-01-09 12:43

"Untuk mengukur seberapa ingat, seberapa dekat, seberapa sayang, seberapa cinta, seberapa perhatian Allah kepada kita, ukurlah dalam hatimu seberapa ingat engkau kepada DIA, seberapa sayang atau seberapa cinta hatimu kepada DIA, seberapa dekat rasa hatimu kepada DIA, seberapa perhatian hatimu kepada DIA . . . seberapa . . . seberapa . . . JANGAN NUNTUT !!! Tuntutlah dirimu!!!

Kamis, Mei 28, 2009

21-01-09 18:41

"Hakikinya kehidupan itu adalah HENING. Kebahagiaan dan kesedihan itu tidak ada. Karena keduanya hanyalah ciptaan pikiranmu. Namun anehnya manusia mengejar kebahagiaan yang ia ciptakan sendiri dan bersedih karena kesedihanyang ia ciptakan. Ketika sedih banyak yang mengkambinghitamkan Allah. Ini cobaan . . . Ini kasihan . . . "

01-01-09 21:39

"Jumlah sedikit tapi berkualitas akan mampu mempengaruhi sistem jika kita meletakkan pada tempat yang tepat. Seperti debu kecil yang masuk kedalam mata manusia akan mempengaruhi rasa tidak enak sekujur badan, atau duri kecil yang menusuk di kaki rasanya semua tidak enak. Ayo menjadi VIRUS-VIRUS kebenaran."

01-01-09 21:22

"Ibarat kerikil dan intan, meskipun sama-sama batu tapi memiliki nilai yang beda. Kerikil tampak berjumlah banyak dan mudah ditemui dan mudah didapat oleh banyak orang. Sedangkan batu intan tidak nampak, jumlahnya sedikit, dan tidak mudah mendapatkannya. Namun intan lebih memiliki nilai tinggi dibanding kerikil. Lalu apakah kita ingin jadi kerikil ataukah intan dengan konsekuensi tidak nampak dimata orang dan jumlahnya sedikit."

31-12-08 22:02

"Aamun jadiid . . . Tha'atun taziid . . . Taqabbalallah minna al shiyam wal qiyam wa shaaliha a'mal . . . KULLA'AAM WA ANT WA JAMI'U USRATIK FI KHAIRIN."

21-01-09 18:31

"Sebesar apa kamu mencintai sesuatu, sebesar itu pula derita yang akan kamu temui. Sebesar apa kamu membenci sesuatu, sebesar itu pula kehilangan cinta yang akan kamu rasakan. Inilah DUNIA."

17-01-09 20:44

"Lho kalau iqro' thok tidak bismirabbika. Jadi sekuler atuh. ATEIS. Kayak . . . ? Ngerti saja tapi tidak dirasakan . . . hanya ngerti doank. Harus mencicipi . . . biar tau rasanya jeruk, apel, manggis. Itulah ILMU. Bukan kumpulan sampah definisi. Kasihan orang ini, mudah-mudahan bisa lancar di shiratal mustakimnya."

17-01-09 20:28

"Aku heran melihat makhluk tidak percaya janjinya Allah . . . Bukankah Allah itu Dzat yang menepati janji? Kita terlalu khawatir dengan masa depan kita? Kita terlalu menyangsikan mengaturnya Allah? Soal rejeki, jodoh dan tetek bengeknya sudah diatur . . . tapi kok tidak percaya? Allah saja tidak dipercaya? So, percaya sama siapa ya? He . . . He . . . "

17-01-09 20:23

"Aku herman lihat manusia maunya minta yang enak-enak thok. Tidak mau mengerjakan perintah Gusti Allah Swt. Tidak tahu malu, tidak kenal Gusti Allah koq minta-minta. Ingat! baru kenal, setelah kenal baru dekat, baru ngerayu minta . . . begitu seharusnya."

17-01-09 19:47

"Aku sekarang mempraktekkan ikhlas di WC. Tiada amalan yang ikhlas kecuali di WC ini. Kalau ingin ikhlas sering-sering ke WC ya . . . Alhamdulillah . . . tanpa beban . . . Plong!!!"

Selasa, Mei 19, 2009

Bersama Jamaah Subbabul Umah Ngimbang

Emas di Tengah Kerikil

Suatu kali aku di SMS oleh salah satu murid yang masih sambung hati denganku. Intinya dia merasa gerah dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang sok alim, sok ilmiah, sok suci, sok Islami, dan sok-sok lainnya. Ia tidak menemukan ketentraman hati. Karena yang ia temukan dalam wajah Islam mereka wajah Islam yang selalu bersuudzon atas nama kritisme terhadap wajah social masyarakat kita. Yang didiskusikan tentang kesesatan-kesesatan dan kebijakan-kebijakan tetapi melupakan hati umat kita yang “Parah”. Namun kemudian ia bercerita tentang pertemuannya dengan seseorang antik yang orang tidak akan menganggap bahwa ia adalah orang yang taat. Karena ia tidak menampakkan diri dalam kejenggotannya atau kejubahannya namun dalam perilaku yang penuh penghayatan sebagai kawulane Gusti. Ketika berbicara ia langsung menyentuh qolbu walau dalam bahasa-bahasa yang ia gunakan bahasa-bahasa sanepan boso jowonan tetapi isine jeroane Islam. Kalo ibarat kelapa, minyake kelapa. Aku kembalikan smsnya dengan mengatakan “Emas itu sedikit daripada kerikil” Emas itu sulit untuk di dapat. Mendapatkannya harus dengan proses yang sangat panjang. Harus menggali di kedasaran air atau lapisan-lapisan tanah tertentu. Baru seseorang akan mendapatkan emas itu. berbeda dengan kerikil hampir akan bisa ditemukan dimana-mana. Namun tidak berharga selayaknya emas. Meskipun kuantitasnya lebih banyak.

Manusia Pembunuh Paling Kejam

Suatu saat aku mampir ke sebuah warung dekat perumahanku di Lawang Asri Kecamatan Puri Mojokerto. Aku pesen tempe penyet. Karena pada waktu itu aku memang disuruh oleh guruku untuk menghindari makanan yang mengandung nyawa. Jadi aku pesen tempe penyet saja. Namun selidik punya selidik, hatiku pun ragu, apakah sambelnya ada terasinya ataukah tidak? Eh eh dengan kekuatan hatiku aku tanya sama penjaga warungnya, “Pak Lek sampeyan nek nggawe sambel nggowo trasi ta? Kemudian penjaga warung itu menjawab “Inggih”. “Mati aku” gumamku dalam hati. Aku ndak bisa menikmati tempe penyet plus sambel kesayanganku. Karena sambelnya mengandung trasi yang trasinya tersebut juga mengandung nyawa. Akhirnya kuputuskan untuk makan tempe saja.
Dalam hatiku, makanan apa ya, yang tidak ada campuran hewannya. Semuanya ada. Nasi goreng ada ayamnya. Mie goreng ada perisa ayamnya. Nasi padang, soto rawon, sate, bakso, mie ayam, rujak cingur, krupuk…dll…….semuanya ada. Semuanya tidak ada yang steril dari binatang bernyawa. Akhirnya aku membayangkan berapa banyak manusia setiap hari membunuh hewan tersebut untuk dimakan. Jika aku kalkulasi, warung di dekat perumahanku saja harus melayani sekian banyak pembeli. Sekian banyak pembeli tersebut bisa dijadikan indicator berapa banyak manusia membunuh hewan? Dari teri, lele, ayam, bebek, doro dll. Itu satu warung. Belum warung lainnya di Mojokerto, belum lagi warung di Jawa Timur, belum lagi Indonesia, belum lagi dunia. Setiap detik manusia membunuh hewan-hewan. Andai kita menerapkan keadilan terhadap para pembunuh dengan hukuman nyawa dibalas nyawa maka manusia pertama kalilah yang harus dibunuh. Karena nyawa satu harus dibayar dengan nyawa satu, nyawa seratus harus dibayar seratus, kalau begitu? Manusia berarti punya hutang minus……plus…..pluss……Tapi hewan kan tidak menuntut begitu? Karena ibadahnya hewan itu adalah mempersembahkan dirinya untuk manusia. Ini adalah kata orang yang merasa manusia adalah makhluk yang termulia, padahal? Pikir sendiri. Letaknya kemulyaannya itu dimana? Jadi pembunuh?

Keikhlasan Tangga

Suatu hari aku bertemu dengan beberapa alumni SMA Negeri 3 Mojokerto dimana aku mengajar disitu. Ada yang sudah menjadi tentara, polisi, pegawai negeri dan konon juga ada yang sudah menjadi pekerja-pekerja sukses lainnya. Tentunya dengan gaji yang berlimpah menurut standar masing-masing. Mereka kemudian mencium tanganku sebagai bentuk taqdim mereka kepadaku sebagai guru yang kebetulan pernah mengajar mereka. Aku mendoakan mereka sebagaimana aku mendoakan kepada setiap manusia yang bertemu denganku dengan “mudah-mudahan Allah membarakahi hidup mereka”. Mungkin dalam perspektif kesejahteraan dan kehormatan di masyarakat mereka sepertinya melebihi kami sebagai guru-guru. Namun dalam perpektif lain mungkin tidak. Kenapa? Aku mengibaratkan guru itu seperti tangga. Tangga itu bertugas untuk mengantarkan orang yang menginjaknya menuju ke atas dan tidak pernah mengharap untuk ikut naik ke atas. Karena tugasnya untuk menaikkan orang menuju ke tempat yang lebih tinggi. Namun bukan berarti kemulyaan itu letaknya di ketinggian itu. bisa jadi tempat yang rendah semacam tangga di mata Allah lebih tinggi derajatnya daripada orang yang menginjaknya yang mencapai ketinggian itu. Tergantung bagaimana Allah menempatkan kita pada maqam kita masing-masing dan memaksimalkan apa yang diberikan Allah pada kita. Itulah derajat.

Durung Apik

Suatu hari aku melihat televisi, disitu ada beberapa wawancara yang ditujukan kepada beberapa artis tentang tanggapan mereka akan bencana situ gintung. Aku merasa komentarnya sangat tidak ilmiah dan menunjukkan kegoblokan artis tersebut. Tanpa saya sadari, saya berujar, “artis kok goblok?????” mendengar makian itu istriku langsung bilang sama aku, “berarti ati sampeyan sik elek lan sampeyan durung dadi wong apik”. Aku kaget dan terhentak dari lamunan kedunguanku. “kenapa?” aku berusaha untuk bertanya dengan kebodohanku. “Sampeyan masih memikirkan kejelekan orang, berarti ati sampeyan masih jelek” aku tak bisa berbicara, karena memang aku pernah bilang sama istriku, jangan sampai kita merasa dan memikirkan kejelekan orang lain sebab hal itu menunjukkan kualitas hati seseorang dalam memandang orang lain. Misalnya, bagaimana kaca itu bisa menunjukkan kebeningan terhadap orang yang berkaca jika kacanya sendiri kotor? Oh iya…..ya.

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*