Suatu kali aku di SMS oleh salah satu murid yang masih sambung hati denganku. Intinya dia merasa gerah dengan gerakan-gerakan mahasiswa yang sok alim, sok ilmiah, sok suci, sok Islami, dan sok-sok lainnya. Ia tidak menemukan ketentraman hati. Karena yang ia temukan dalam wajah Islam mereka wajah Islam yang selalu bersuudzon atas nama kritisme terhadap wajah social masyarakat kita. Yang didiskusikan tentang kesesatan-kesesatan dan kebijakan-kebijakan tetapi melupakan hati umat kita yang “Parah”. Namun kemudian ia bercerita tentang pertemuannya dengan seseorang antik yang orang tidak akan menganggap bahwa ia adalah orang yang taat. Karena ia tidak menampakkan diri dalam kejenggotannya atau kejubahannya namun dalam perilaku yang penuh penghayatan sebagai kawulane Gusti. Ketika berbicara ia langsung menyentuh qolbu walau dalam bahasa-bahasa yang ia gunakan bahasa-bahasa sanepan boso jowonan tetapi isine jeroane Islam. Kalo ibarat kelapa, minyake kelapa. Aku kembalikan smsnya dengan mengatakan “Emas itu sedikit daripada kerikil” Emas itu sulit untuk di dapat. Mendapatkannya harus dengan proses yang sangat panjang. Harus menggali di kedasaran air atau lapisan-lapisan tanah tertentu. Baru seseorang akan mendapatkan emas itu. berbeda dengan kerikil hampir akan bisa ditemukan dimana-mana. Namun tidak berharga selayaknya emas. Meskipun kuantitasnya lebih banyak.
Selasa, Mei 19, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar