Selasa, Juni 30, 2009

Nafsu Mutmainnah



Saya pernah melihat seorang biksu yang begitu tenang dalam berbicara dan terasa tidak ada yang mengkhawatirkan dalam hidupnya. Dalam hati aku berkata, luar biasa kepribadian orang ini. Saya juga pernah melihat pendeta Katolik yang begitu tenang, begitupun dengan orang kepercayaan Jawa, tenang dalam kepribadiannya, tenang menghadapi hidup. Tidak ada dendam, tidak ada sakit hati, tidak ada ria kepada orang lain. Begitupun aku juga pernah melihat ustad kampung yang begitu, meminjam istilah jawa, sareh dalam menyikapi hidupnya. Manusia-manusia ini bisa saya katakan mereka berada dalam mutmainnah, jiwa-jiwa yang tenang. Bagaimanakah bisa mencapai nafsu mutmainah. Di artikel ini saya mencoba menghadirkan tulisan beliau Ustad Yusdeka yang saya sadur untuk memahami bagaimana bisa mencapai nafsu mutmainah yang dipanggil Alloh menempati surga yang dijanjikan sebagaimana surat Al-Fajr “ Hai Jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surgaku”
Baiklah kita kembali ke proses menuju nafsu mutmainah. Kalau kita kembali melihat ayat Al Qur'an tentang penciptaan manusia, maka sebenarnya hanya ada DUA eksistensi yang ada pada setiap manusia itu, yaitu ada DIRI (NAFS) yang berasal dari saripati tanah disatu pihak, dan ada entitas yang bukan dari sari pati tanah yang dipanggil dengan mesra oleh Tuhan sebagai RUH-KU dipihak lainnya sebagaimana ayat di atas. Ya...., hanya ada dua, DIRI (NAFS) dan MIN-RUHI.
SIAPA SAYA......???
Isno itu nama saya. Jadi Isno itu bukan saya, tapi sebagai TANDA ADA SAYA.
Yaaa..., pada Isno itu ada saya.
Kemanapun Isno pergi ehhhh...., disitu ada saya.
Dulu, sekarang, dan yang akan datang ehhh..., ternyata juga ada saya.
Ngapain pun Isno...., disitu ada saya.
Saya menulis lewat tangan Isno.....
Oooo..., ternyata saya yang menggerakkan tangan Isno untuk menulis. Tangan Isno hanya benda yang diam saja. Karena ada saya, maka tangan Isno seakan-akan bisa bergerak untuk menulis. Karena di sekolah ada saya, maka tangan Isno bisa mengajar di kelas. Di rumah juga ada saya, sehingga tangan Isno juga bisa menulis di rumah...!!. Heii..., di Mojokerto pun ada saya, sehingga tangan Isno pun bisa menulis di Mojokerto...!!. Oooo..., ternyata saya juga melihat lewat mata Isno. Saya yang mengalirkan rasa melihat pada mata Isno sehingga Isno seperti bisa melihat. Kemana pun Isno pergi, saya bisa melihat lewat mata Isno. Bahkan saat mata Isno ditutup pun saya masih bisa melihat, saya melihat GELAP, dan saya TAHU itu gelap. Karena sayalah yang melihat itu. Mata saya hanyalah benda mati yang seakan-akan bisa melihat karena saya melaluinya dengan melihat saya. Oooo..., ternyata saya juga mendengar lewat telinga Isno. Saya yang mengalirkan rasa mendengar pada telinga Isno sehingga Isno seperti bisa mendengar. Kemana pun Isno pergi, saya bisa mendengar lewat telinga Isno. Bahkan saat telinga Isno ditutup pun saya masih bisa mendengar, saya mendengar SENYAP, dan saya TAHU itu senyap. Karena sayalah yang mendengar itu. Telinga saya hanyalah benda mati yang seakan-akan bisa mendengar karena saya melaluinya dengan mendengar saya. Oooo..., ternyata saya juga tahu lewat otak Isno. Saya “tahu” apa-apa yang difikirkan oleh otak Isno. Saat otak Isno dialiri rasa mikirin yang baik-baik, saya tahu itu. Saat otak Isno dialiri mikirin yang tidak baik, saya juga tahu itu. Bahkan saat otak Isno tidak dialiri mikirin apapun saya juga tahu. Karena sayalah yang tahu itu. Otak saya hanyalah benda mati yang seakan-akan bisa berfikir karena saya melaluinya dengan berfikir saya. Ooooo..., ternyata saya juga tahu saat dada saya dilanda berbagai rasa. Saya tahu persis saat dada saya dilanda rasa marah, saat dada saya dibekap rasa benci, saat dada saya dibuai rasa cinta, saat dada saya dilanda rasa sedih, saat dada saya menuai rasa apa saja. Saya tahu persis. Karena sayalah yang ”tahu” itu. Dada saya hanyalah benda mati yang seakan-akan bisa merasa karena saya melewatinya dengan merasa saya.
Ahaa...., ternyata saya berada "DIATAS" semua itu.
Yaaa....., posisi saya diatas bergeraknya Isno, saya ada diatas melihatnya Isno, saya ada diatas mendengarnya Isno, saya ada diatas otaknya Isno, saya ada diatas rasanya Isno, saya ada diatas “tahu”-nya Isno. Karena saya adalah Yang Bergerak, saya adalah Yang Melihat, saya adalah Yang Mendengar, karena saya adalah Yang Tahu (Bashirah).
"Balil Insanu 'ala nafsihi Bashirah.... Pada manusia itu, diatas dirinya (nafs) ada bashirah (yang tahu)"
Sedangkan Isno adalah TANDA ADA SAYA,
Bergeraknya Isno kemana pun adalah TANDA ADA SAYA,
Melihatnya Isno adalah TANDA ADA SAYA,
Tahunya Isno adalah TANDA ADA SAYA.
Bahkan diatas DIRI saya (NAFS) yang HAKIKI, yaitu substansi yang universal, yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat tubuh Isno, otak Isno, maupun rasa Isno, yang Luas Tak terhingga, yang meliputi segala sesuatu, yang muthmainnah (tenang, tenteran), juga ada saya.....!!!!.
Yaaa..., keluasan diri saya itu, keuniversalan diri saya itu, juga adalah TANDA ADA SAYA.
Oopppsss...
Jebakannya ternyata ada disini....!!!!
Halus sekali..., munculnya nyaris tak mudah untuk menyadarinya.
Apa jebakannya ?????

• Karena saya bisa mencapai posisi asli diri saya (Nafs), yaitu substansi yang universal (nafsul muthmainah), yang luas tak terhingga, yang meliputi segala sesuatu, maka saya merasa bahwa dimana-mana YANG ADA tetap ada saya. Akan tetapi pada saat yang sama saya juga BISA MENYADARI ADANYA SUBSTANSI LAIN, sebut saja DIA. Yaaa..., “saya” juga merasa ada “Dia”. Akan tetapi antara saya dan Dia TIDAK terpisahkan. Sayangnya saya masih merasa bahwa saya TETAP ada. Sehingga saya merasa menjadi DIA. dan Dia menjadi saya. "Dia adalah Saya, dan Saya adalah DIA.....Tatwam Asi"....!!!. Atau saya merasa bahwa "Saya bersatu dengan DIA...yang nantinya akan memunculkan konsep “hulul, emanasi, wihdatul wujud".
Dua berpadu menjadi satu, akan tetapi saya masih tetap ada, saya BELUM LOLOS.
• Karena saya yang melihat, saya yang mendengar, saya yang tahu, saya yang merasa, saya yang berfikir..., maka saya seperti merasa tidak ada apa-apa lagi selain saya. Hanya ada saya.....!!!.. Akan tetapi pada saat mengaku hanya ada saya ini, kalau saya masih berada di WILAYAH AMBANG (NYARIS LOLOS) maka yang muncul adalah pengakuan: Saya adalah Kebenaran ... (ANA AL HAQ)....!!!. Maha suci saya.... (SUBHANI)...!!!.
Naaaahhh..., kalau sudah berada pada posisi ini, agar tidak tersiksa lagi, maka saya harus CEPAT-CEPAT mencari TEMPAT KEMBALI saya, tapi tempat kembali itu harus yang COCOK dan yang SEBENARNYA.
Dari KEUNIVERSALAN ini, atau dari TATWAM ASI ini, atau dari NAFSUL MUTHMAINNAH inilah perjalanan SAYA yang sebenarnya baru DIMULAI untuk MENUJU KE TEMPAT KEMBALI YANG SEBENARNYA.
Saya Yang KEMBALI PULANG...!!!
Untuk kembali pulang, maka saya butuh PETA yang akan membawa saya pulang ke tempat asal saya. Peta itu harus pula diwariskan oleh "saya" yang pernah pulang ke tempat asal "saya" yang sebenarnya. “Saya” yang pernah pulang itu diwakili oleh “saya” yang melihat, mendengar, dan tahu lewat Nafs Muhammad (saw). Karena Muhammad memang sudah mencapai posisi “saya” yang diatas DIRI, “saya” yang UNIVERSAL, Muthmainnah. Muhammad tidak lagi berada dalam batas-batas fikiran, batas-batas melihat, batas-batas mendengar, batas-batas tahu yang hanya sebatas OTAK dan PERSEPSI Beliau.
Yaa..., Beliau telah LOLOS dan berada pada posisi “saya” yang universal. “Saya” yang bekasnya ada pada diri Muhammad berada diatas dan meliputi alam semesta. Oleh karena itu Beliau disebut juga disebut sebagai rahmat bagi alam semesta itu sendiri.
Proses lolosnya Beliau menjadi “saya” yang universal ini sebenarnya juga adalah sebuah PETA, CARA, METODA, atau cara meracik laku untuk bisa menjadi universal yang perlu ditiru oleh umat manusia. Saat Beliau berada di Gua Hira' yang berada diketinggian (diatas) kota Mekkah, maka Beliau "melihat keluasan" alam semesta. Semakin lama Beliau melihat keluasan itu, maka hampir secara otomatis persepsi keterbatasan dengan atribut ketubuhan Beliau juga menjadi menyusut dan berubah menjadi persepsi alam semesta yang sangat luas tak terhingga. Berada pada posisi ketinggian inipun ditiru pula oleh wali-wali penyebar Islam pada zaman Wali Songo di wilayah Jawa. Hampir semua wali-wali itu membuat markas untuk kontemplasi transenden beliau-beliau itu di daerah "pegunungan".
Saat bermeditasi secara transenden di Gua Hira' itu, Mekkah dan umat manusia yang berada di didalamnya seperti berada dalam liputan Beliau. Beliau bisa merasakan posisi "saya" umatnya yang saat itu masih sangat kuat berada pada persepsi ketubuhan mereka. Beliau bisa melihat dan menyadari bahwa saya yang luas universal ini, oleh hampir seluruh umat Beliau pada saat itu dan pada zaman-zaman berikutnya akan "DIBATASI" menjadi hanya menjadi saya Abu Lahab, saya Abu Jahal, dan saya-saya lainnya, sehingga saya lalu menjadi kecil, terbatas, dan sempit sekali.
Keterpisahan akibat mempersempit “saya” ini adalah ibarat lautan luas yang kemudian airnya dipisahkan atau dibatasi dengan sebuah ember, lalu sang air yang berada pada pembatas satu ember itu tak mampu lagi menyadari adanya eksistensi lautan luas yang sebenarnya, yang berada diluar batas-batas ember itu.
Yaaa.…..ember itulah yang "memisahkan" antara lautan dengan air yang ada diember. Akibatnya air itu hanya merasa bahwa yang air itu adalah sebatas yang ada di dalam ember. Lalu air yang ada diember itu mengaku-ngaku : “Heiii... sayalah air..., sayalah air...”, tanpa si air bisa keluar dari batas-batas ember tadi. Pada manusia, ember itu sangat kuat dan sulit sekali untuk dibuang. Karena ember itu sekaligus juga adalah nikmat, dan rahmat dari Tuhan. Karena pengakuan itulah yang diberikan oleh Tuhan HANYA kepada MANUSIA, tidak kepada ciptaan-Nya yang lain, tidak juga kepada malaikat sekali pun. Keterpisahan seperti inilah yang dirasakan oleh manusia yang tahunya, yang melihatnya, yang “saya”-nya tertutup oleh hijab dirinya, hijab otaknya, hijab persepsinya sendiri.
Yaaa..., akan tetapi Muhammad Saw berhasil mengetahui bahwa “saya” adalah yang luas tak terhingga ini. Akan tetapi oleh umat beliau kemudian dikotak-kotakkan menjadi “saya” yang HANYA terbatas oleh atribut-atribut ketubuhan dan persepsi otak masing-masing orang. Lalu kotak-kotak ketubuhan dan persepsi itulah yang mengaku dan bersaya-saya. Saya adalah Abu Lahab, Saya adalah Abu Jahal, Saya adalah Hindun, saya Umar, saya adalah Ali, dsb. Apapun yang tidak sesuai dengan saya, maka saya akan lawan dan habisi saya-saya lainnya itu......!
Saat di Gua Hira' itu, Muhammad Saw berhasil LOLOS dari "kotak" ketubuhan Muhammad. Beliau mampu menempatkan “saya”-nya di posisi jiwa (diri) muthmainnah (jiwa yang tenang). Dan saat itulah Beliau "bertemu" dengan jiwa universal lainnya yaitu malaikat JIBRIL, dimana Jibril ini sudah berhasil mengembalikan “saya”-nya ke posisi yang sebenarnya.
Lalu Jibril memberitahu Muhammad untuk tidak berlama-lama bingung dan merenung dalam posisi Jiwa Universal itu. Karena Jiwa Universal itu dapat merasakan kepedihan, kegalauan, dan penderitaan jiwa-jiwa lainnya yang berada dibawahnya. Bahkan Jiwa Universal ini juga dapat merasakan kebahagian, nikmat, dan rahmat yang dirasakan oleh jiwa-jiwa universal lainnya. Kemudian Muhammad saw di perintahkan oleh Jibril untuk membaca (Iqraa') Jalan Kembali bagi “saya” Muhammad ke rumah yang SEBENARNYA. Dan Beliau akhirnya tahu rumah yang sebenarnya untuk tempat kembali “saya”-nya agar nantinya tidak merasakan jebakan seperti yang telah diuraikan sebelumnya diatas.
Dimana rumah Beliau ????
Dan rumah tempat kembali itu adalah Allah, dan lalu “saya” Muhammad kembali kepada Allah:
"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiunn....
saya adalah dari Allah, milik Allah, dan kepada-Nya saya kembali....".
Deerrr....!
Dan karakteristik (ciri-ciri) rumah tempat kembalinya saya Beliau itu adalah:
"Laisa kamistlihi syai'un...
tidak sama dan tidak serupa dengan apapun...!!".

Deeerrr...!!
Lalu setiap saat “saya” Beliau (atau diringkas saja menjadi Beliau) mengembalikan ke tempat yang hakiki apapun yang Beliau lihat, yang Beliau rasakan, yang Beliau dengar, yang Beliau ketahui, dan yang Beliau kerjakan. Semuanya Beliau KEMBALIKAN ke tempat yang Sesungguhnya, yaitu Allah. Dan Beliau selalu diberitahu dan diingatkan dari waktu kewaktu bahwa: "Tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." (53:3-4). Beliau selalu mengembalikan kepada Allah..., selalu...!!!
Yaaaa..., hanya sesederhana ini sajalah INTI dari Ajaran Muhammad SAW yang HAKIKINYA. Sama saja seperti ajaran yang di bawa oleh Musa, Yesus (Isa), dan nabi-nabi serta rasul-rasul lainnya. Bahkan INTI ajaran Budha dan Hindu-pun mengarahkan agar umatnya juga seperti diatas.
Dari posisi Puncak inilah Muhammad Saw kemudian BERHASIL mendapatkan potret tentang:
• Bagaimana ciri-ciri manusia yang tidak berhasil mengembalikan setiap atribut dan pencapaian “saya” kepada pemiliknya, yaitu Allah. Artinya..., “saya” itu hanya tersekat dan terkotak-kotak dalam persepsi ketubuhan setiap manusia, dan bagaimana akibat yang dirasakan oleh manusia yang tersekat itu sehingga umat berikutnya bisa mengambil pelajaran.
• Bagaimana ciri-ciri manusia yang tidak berhasil menemukan karakterisitik RUMAH tempat pengembalian atribut “saya” itu, yaitu Allah, sebagai YANG TIDAK SAMA DENGAN APAPUN. Dimana ketidakberhasilan inilah nantinya yang akan melahirkan banyak agama-agama dan aliran-aliran, berikut dengan segala problema dan akibatnya, agar umat berikutnya bisa mengambil pelajaran.
• Begitupun sebaliknya. Bagaimana ciri-ciri manusia yang BERHASIL mengembalikan segala atribut saya kepada Allah, dan berhasil pula menemukan karakteristik Allah yang sebenarnya, yaitu YANG TIDAK SAMA DENGAN APAPUN, berikut dengan segala akibatnya, sehingga umat berikutnya bisa mengambil pelajaran.
• Setelah tahu ciri-cirinya, maka potret berikutnya yang berhasil Beliau dapatkan adalah bagaimana JALAN, METODA, atau CARA MERACIK, agar manusia-manusia BISA mendapatkan ciri-ciri yang sesuai dengan ciri-ciri potret orang-orang yang BERHASIL mengembalikan segala atribut saya kepada Allah, dan berhasil pula menemukan karakteristik Allah yang sebenarnya. Tentu saja jalan, metoda, atau cara meracik segala usaha ini memuat perintah dan larangan yang perlu dipatuhi oleh si manusia agar berhasil pula mencapai posisi seperti yang dicapai oleh Muhammad Saw.

POTRET UTUH yang memuat setiap ciri-ciri, jalan, metoda, berikut dengan akibat-akibatnya ini, yang kemudian disalin kedalam bentuk bahasa tertulisnya dalam bahasa Arab, lalu disebut sebagai Al Qur'an. Dan oleh sebab itu Al Qur'an ini disebut juga sebagai PETA yang sanggup mengarahkan manusia untuk dapat pula PULANG ketempat Asalnya yang sebenarnya yang bekarakterisitik "Laisa kamistlihi syai'un", yaitu Allah.

Awal Keterpisahan

Pada awalnya Al Qur'an ini - karena didapatkan oleh MANUSIA UNIVERSAL, yaitu Muhammad Saw, yang juga berisikan POTRET UNIVERSAL - ditujukan untuk semua umat manusia. Hal ini dibuktikan oleh sejarah bahwa selama Beliau hidup, tidak ada umat yang berada dalam wilayah kekuasan Beliau yang tidak merasakan manfaatnya. Umat-umat yang tidak menjalankan "syariat" Islam-pun merasakan keuniversalan muatan Al Qur'an itu.

Akan tetapi, manusia-manusia sesudah Beliau, yang seharusnya juga berada di SUASANA DIRI YANG UNIVERSAL (muthmainnah, tenang) seperti Muhammmad Saw dan menyampaikan keuniversalan Al Qur'an, malah GAGAL menyampaikan pesan Al Qur'an itu sendiri. Penerus-penerus Beliau gagal menyampaikan pesan bahwa Al Qur'an itu adalah PETA untuk semua manusia. Karena banyak dari penerus-penerus beliau yang GAGAL untuk mencapai posisi DIRI UNIVERSAL. Bagaimana bisa menyampaikan SUASANA UNIVERSAL kalau penyampainya sendiri tidak berada dalam POSISI DIRI YANG UNIVERSAL pula.

Tidak..., tidak akan bisa..........!!!!.

Duh..., kasihan sekali Rasulullah Muhammad Saw. Usaha dan karya besar Beliau selama + 25 tahun tidak ada yang bisa meneruskannya dengan komitmen yang tinggi sehingga keindahan Islam seperti terpisah dari kenyataan hidup umat Islam sehari-hari. Kesempurnaan dan ketinggian Islam seperti hanya jadi mimpi-mimpi indah yang menina bobokan kita.
Sanggupkah kita meneruskan perjuangan Rasulullah itu...???,
Semoga paham. Untuk anak-anak SKI, bisa kita diskusikan lebih lanjut.

Jogo dayoh, Tanggal 30 jam 7.32
Goze Isno

Lupa-Lupa Ingat


Lupa……lupa lupa lupa lupa lagi Allohnya.
Lupa….lupa lupa lupa lupa lagi Syukurnya.
Ingat…..ingat ingat ingat ingat cuma ingat waktu susah…..
Itu lagu dari orang kuburan yang menyindir kita, manusia yang masih hidup, tentang ketidakkonsistenan dzikir kita. Seringkali kita lupa kepada Alloh, ketika ingat hanya waktu susah saja, atau waktu butuh saja. Contoh, biasanya anak-anak SMA kalau mendekati Ujian Nasional khusu’nya minta ampun. Dia selalu ingat kepada Alloh. Menjalankan Sholat dhuha secara istikomah, Sholat tahajud secara istikomah, dzikir-dzikir, dan amaliah-amaliah lain. Bahkan mereka biasanya menggunakan senjata pamungkas dengan berjanji kepada Alloh jika lulus akan berpuasa 7 hari (nadzar). Namun ketika mereka sudah mendengar kelulusan UNAS, amaliah yang begitu mulia lama kelamaan ditinggal. Akhirnya mereka menjadi manusia normal seperti kebanyakan manusia Lupa-Lupa Ingat kepada Alloh. Banyak sms yang datang kepada saya, “pak bolehkan puasa nadzar saya, saya kerjakan nanti saja, saya masih……..” “Pak boleh tidak puasa nadzar saya tidak saya kerjakan berurutan”. Dalam hati, dasar manusia, jika butuh saja menggebu-gebu mengumbar janji kepada ALLOH - padahal mereka jika digombali tidak mau- kalau sudah dituruti inginnya mencari keringanan atau jika perlu tidak usah melakukan nadzar. Dasar manusia, inginnya tidak usah sholat dan melakukan amaliah agama tetapi bisa masuk surga, mungkin secara general bisa disimpulkan seperti itu. Seperti sebuah lagu “andai a….a….aku jadi orang kaya…..andai….a….a….aku tak usah pakai kerja” pokoknya pingine puenak dewe, sak karepe udele dewe-dewe. Termasuk dalam hal berdzikir, kebanyakan manusia ingin hatinya tentram, namun mereka tidak pernah ingat kepada Alloh. Bukankah ada yang mengatakan “Ala bidikrillah tatmainul qulub” bahwa dzikir itu bisa menentramkan hati. Bagaimana bisa tentram hatinya, jika mereka tidak ingat Alloh? Bahkan orang berdzikir hanya lisannya saja tetapi hatinya tidak pernah ingat kepada Alloh? Lha terus bagaimana bisa tentram. Dalam mengerjakan apa saja mereka tidak ingat Alloh. Ketika makan tidak ingat Alloh. Ketika berhubungan dengan istri tidak ingat Alloh. Ketika mendapatkan rizki lupa kepada Alloh. Padahal semuanya itu pemberian Alloh. Dalam surat Al-Imran kita itu disuruh untuk selalu ingat kepada Alloh dalam setiap geraknya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (ali Imran 190-191),
Lha??????? Lho????
Makanya Ibnu Athoillah pernah dawuh. Alloh itu memberi dua hal kepada manusia agar manusia kembali ingat kepada Alloh. Pertama diberi cobaan, dengan diberi cobaan maka manusia pasti ingat Alloh. Sekafir-kafir apapun manusia jika dalam batas klimak ketidakmampuan dirinya mesti ingin dibantu oleh sebuah kekuatan yang melebihi batas kemampuan manusia apapun termasuk superman sekalipun, orang menyebut “Tuhan”. Saya contohkan jika kita berlayar dilautan, di tengah lautan itu tiba-tiba ombak begitu besar hendak menggulung seluruh penumpang perahu. Dalam batas klimak antara hidup dan mati orang akan mengharap “Ya Alloh selamatkan aku”. Begitupun ketika anda tersesat disebuah hutan atau gunung yang disitu tidak ada satu orangpun yang sanggup menolong kita mesti tanpa sadar kita akan berucap “Ya Alloh tolong aku”. Seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya, dalam batas klimaks ketikdamampuan dia menghadapi antara hidup dan mati itu dia akan berujar “Ya Alloh selamatkan anakku”. Maka jangan heran, manusia ketika mendapatkan ujian, cobaan atau apapun itu namanya sebenarnya Alloh merindukan suara “Ya Alloh tolong aku”. Di situlah Alloh mengingkan agar hambanya kembali kepada Alloh. Jika anda (pembaca) sedang menghadapi musibah atau cobaan sebenarnya anda sedang dirindu sama Alloh agar kamu memasrahkan urusanmu kepada Alloh. Guru saya berpesan “Jika Kau serahkan Hidupmu kepada Alloh maka Alloh yang akan mengurus hidupmu, namun jika Kau pasrahkan hidupmu kepada ikhtiarmu maka Alloh akan menyerahkan hidupmu pada ikhtiarmu sendiri” kira-kira enak mana diurus Alloh dengan mengurus sendiri??????? Banyak orang yang ingin mengurus dirinya sendi makanya dia sering berputus asa karena ketidakmampuan manusia dalam menyelesaikan kemelut hidupnya. Kepasrahan kepada Alloh itu adalah solusi, bukan dengan ego kita. Kedua, Alloh memberi nikmat agar kamu bersyukur dan kembali kepada Alloh. Kamu diberi kelapangan rizki agar kamu semuanya berucap syukur kepada Alloh. Diberi kesempurnaan tubuh, kecerdasan otak, kelezatan makan, kesehatan, keluarga lengkap de el el, agar mulutmu berujar “Trims Ya Alloh, Syukron Ya Alloh, Suwun Ya Alloh, Thank Ya Alloh, Kamisia Ya Alloh”. Alloh rindu dengan itu.
Namun kedua hal itu bisa menjadi hijab jika kita memandang berbeda atau misunderstanding dengan kemauan Alloh. Alloh memberi cobaan kepada manusia agar manusia kembali kepada Alloh tetapi dipahami sebagai bentuk Alloh benci kepada kita. Bahwa Alloh tidak sayang kepada kita, Alloh tidak adil kepada kita, Padahal…….????????? Alloh member rizki kepada kita agar kita bersyukur kepada Alloh namun seringkali dipahami bahwa anugerah yang ada pada kita sebagai usaha dari kita sendiri tanpa melibatkan Alloh. Contoh ingatkah kamu contohnya si Korun Umatnya nabi Musa, yang minta didoakan oleh nabi Musa untuk menjadi orang kaya. Dia berjanji jika kaya akan mempergunakan kekayaannya untuk memperjuangkan umat dan membela umat dengan program “ Lebih cepat lebih baik dilanjutkan untuk umat semua” tetapi kita benar-benar jadi kaya dia lupa bahwa semua kekayaan yang diperoleh adalah fadolnya Alloh. Karena rahmatnya Alloh. Karena tidak mau mensyukuri nikmatnya Alloh maka seluruh harta bendanya di tenggelamkan oleh Alloh. Maka siapapun kalian jika tidak menjadikan musibah menjadi ingat kepada Alloh atau menjadikan segala kenikmatan yang kamu berikan untuk tidak kembali kepada Alloh bersiap-siaplah seperti si Korun. Karena jelas ayatnya “Lain sakartum laajidannakum walakin kafartum innahu adzabu lasadiid” Siapa yang bersyukur kepada aku aku tambah nikmatnya namun jika mereka kufur terhadap nikmatku maka bersiap-siaplah adzabku sungguh sangat puedih sekali”….ingat…..ingat………Alloh.

Senin, Juni 29, 2009

Pengemis Sejati


Ketika berangkat ke sekolah untuk mengajar, pasti saya melewati jalan perempatan jalan yang terdapat lampu lalu lintas. Suatu saat, aku menemui lampu merah, yang mau tidak mau harus menghentikan sepedaku. Biasanya ketika aku berhenti mesti ada pemandangan yang tidak menarik. Sepeda motor berjubel-jubel ingin berada digarda depan, kadang-kadang ada yang menyerobot, belum lagi ada pedagang asongan yang berebutan..de el el. Salah satu pemandangan dilampu merah yang membuat hatiku tertarik untuk mengamati adalah seorang pengemis yang meminta (memangnya ada ta, pengemis yang memberi he…he..). aku mengamati gerak-geriknya. Yang menarik, ketika satu orang yang dimintai tidak memberi, dia berganti ke orang lain untuk meminta, tidak diberi lagi, dia meminta lagi ke orang lain sampai diberi. Pengemis tadi, tiada pernah putus asa untuk meminta. Dia meminta kepada siapa saja tanpa memandang dia kaya ataukah miskin, jelek ataukah tampan, kurus ataukah gendut, keriting ataukah lurus, hitam ataukah kuning, lagi senang ataukah sedih….de el el (mungkin terlalu pusing untuk memikirkannya). Aku melihat gaya dia meminta, mimik yang memelas diiringi dengan suara yang memelas pula. Tangan terus menengadah kepada semua orang. Dia tidak memperdulikan lagi harga diri socialnya yang diinjak-injak oleh mata-mata orang dengan penuh kehinaan. Yang mereka inginkan hanya uang untuk mendamaikan isi perut yang berunjuk rasa ingin dipenuhi. Setelah diberi, biasanya dia mengucapkan terima kasih dengan diiringi doa tanda rasa syukur telah dibagikan rizki kepadanya.
Pengemis mengajarkan kepadaku tentang ilmu mengemis. Mengemis????? Saya pikir-pikir, ternyata kita semua ini pengemis. Bukankah begitu??? Ketika kita ini dalam kesusahan kita ngemis-ngemis kepada Alloh untuk diberi anugerah kenikmatan. Ketika kita ini sedang mengalami kemiskinan kita ngemis kepada Alloh agar diberi rizki…, de el el. Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, camat, Lurah mengemis kepada Alloh agar jabatannya lancar dan langgeng (apalagi pas waktu pilkada, pilgub, pilpres, pil kb, pil….). Pedagang, pengusaha, mengemis kepada Alloh agar diberi kelancaran menjalankan bisnisnya (apalagi pas bangkrut). Siswa, mahasiswa mengemis kepada Alloh agar diberi kelulusan (apalagi pas ujian nasional….). Kyai, ustad, guru, mengemis kepada Alloh agar bisa membina umat dengan baik….de el el. Mbok sadar!!!!!!! Kalau butuh, ngemis-ngemis, kalau tidak butuh, lupa!!!!!! Mungkin terkena amnesia. Kita semua ini pengemis, setuju????? Lalu apa yang kita sombongkan dari diri kita?????? Bukankah itu semua adalah pemberian-Nya????? kalau kita ini sudah menyadari bahwa hakekatnya kita semua ini pengemis mbok yao (agar, supaya) belajar kepada orang pengemis. Pengemis itu pertama, selalu merendahkan dirinya dihadapan yang memberi. Tidak sepantasnya kita berdoa dengan membusungkan dada dihadapan Alloh apalagi sampai mengancam (Lihat dong Filmnya Aming “Akibat doa Mengancam”) atau menyuruh-nyuruh Alloh menuruti nafsu kita. Rata-rata orang berdoa itu ingin Alloh menuruti nafsunya. Aku ingin ini Ya Alloh……Aku ingin itu Ya Alloh…… Jika tidak dituruti biasanya dia akan memaki-maki Alloh. Alloh tidak adil…..Alloh tidak sayang sama aku…… Nah??????ini lho bedanya doa lillah dengan doa nuruti nafsu!!!!! Mesti ujung-ujungnya menyalahkan taqdir. Kalau sudah menyalahkan taqdir berarti menyalahkan kebijakan Alloh. Alloh tidak adil padahal Maha Adil. Alloh tidak sayang padahal Maha Kasih. Berbeda dengan do’a lillah, jika tidak diberi itu urusan Alloh. Semuanya dipasrahkan Alloh. Kita berdoa karena memang disuruh bukan hanya meminta saja. Karena berdoa merupakan bagian dari perintah berarti wajib. Kalau ada orang yang bilang bahwa, apa kalau kita tidak berdoa Alloh tidak memenuhi kebutuhan kita? Apakah Alloh tidak tahu kebutuhan kita? Memangnya Alloh Tuli apa? sampai-sampai kamu semua berdoa terus menerus? He…he…he bagaimana? Bihun!!!! Kita jawab, berdoa adalah perintah. Perintah adalah perintah. Kita cuma sami’na wa ato’na. Tidak usah ngeyel. Kenapa disuruh berdoa padahal tanpa berdoa sekalipun Alloh juga bakalan memberi????? Karena, Alloh menginginkan kamu untuk tidak sombong dihadapan Alloh. Agar ada perasaan butuh sama Alloh. Agar kamu merasa rendah dihadapan Alloh. Agar ada perasaan ketergantungan hatimu pada Alloh. Agar ada perasaan bahwa kamu itu tidak bisa apa-apa karena semuanya yang nentukan itu Alloh. Taqdirmu ditentukan Alloh. Kita ini tidak bisa apa-apa, bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Yang siapa-siapa itu hanya Alloh. Yang bisa apa-apa itu hanya Alloh. Yang punya apa-apa itu hanya Alloh. Makanya kita ngemis, karena kita semua adalah Fakir. Fakir dihadapan Alloh.
Kedua, Pengemis itu mengajarkan kepada kita semua bahwa ketika kita meminta jangan sampai putus asa. Jika kita meminta kepada Alloh jangan sampai putus asa untuk berdoa dan berharap kepada Alloh. Kenapa? Karena yang memberi adalah Alloh. Yang namanya Pemberi, itu memiliki hak prerogratif, hak untuk memberi dan tidak memberi. Namun karena Alloh sudah janji (ud’uni astajiblakum) bahwa siapa yang mengemis (berdoa) pasti akan diberi, pasti itu akan diberi. Cuma menunggu waktu, sampai kapan kira-kira anda siap untuk diberi. Meskipun menurut anda bahwa anda siap untuk diberi tetapi di mata Alloh anda belum siap untuk diberi. Saya contohkan, ada anak usia 3 tahun meminta sebilah pisau yang sangat tajam, kira-kira ibunya memberi pisau? Tentu tidak, karena bagi anak 3 tahun pisau itu sangat berbahaya. Tetapi jika anak tiga tahun itu sudah menginjak usia 15 tahun pasti akan diberi, karena ibunya mengharap dengan sebilah pisau itu sang anak bisa ngiris bawang, lombok, tomat dll. Tinggal nunggu waktu yang pas. Pas pada masanya dan pas pada tingkat derajat kita menerima anugerah itu. Jangan sampai kita ini putus asa dari mengharap rahmatnya Alloh, karena orang yang berputus asa dari rahmatnya Alloh adalah orang kafir yang akan mendapatkan adzab Alloh yang sangat pedih, sebagaimana surat al-Ankabut ayat 23: “…….mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih”

Kesucian Sex


Ketika selesai ijab qabul pernikahanku pada tanggal 7 bulan Juni tahun 2007, aku mengucapkan rasa beribu-ribu syukur karena aku telah diselamatkan oleh Alloh dari godaan syetan selama aku menjadi perjaka. Aku selamat dari penistaan keperjakaanku. Aku utuh tidak ada goresan kehilangan keperjakaanku untuk kuhadiahkan kepada istriku tercinta. Walau buanyak sekali godaan yang menerpa aku. Baik waktu SMA, Perguruan Tinggi, apalagi menjelang pernikahan. Banyak orang yang bercerita kepadaku tentang ketidakberhasilan mereka dalam menjaga “anu”nya. Laki-laki maupun perempuan. Waktu dulu di SMA, teman seangkatanku ada yang hamil gara-gara dihamili dan membiarkan dirinya ikhlas dihamili. Waktu dikampung, ini kebiasaan buruk orang-orang yang bodoh, yakni habis melamar, biasanya mereka sudah menginap dirumah calon istrinya. Seorang teman bilang, padahal dia itu juga sholat, menjelang ke pernikahan, dia menginap di rumah calonnya. Dia tidur dikamar calonnya, tentu bersama calon istrinya. Awal-awal dia tidak merasa apa-apa. Namun tiba-tiba ia sangat bernafsu untuk men duhul istrinya. Namun istrinya tidak mau karena takut dosa. Temanku ini kemudian tersadarkan dari godaan syetan. Namun kemudian, istrinya yang kalap ingin diduhul, tetapi temanku ini menyadarkan akan perbuatan dosa. Akhirnya calon istrinya sadar. Tetapi kemudian kedua-duanya saling kalap bernafsu untuk melakukan hubungan. Maka hancurlah pertahanan keperawanan dan keperjakaannya. Setelah kejadian barulah mereka berdua menangis. Silahkan diteliti, konon perempuan awal-awal kehilangan keperawanannya mesti menangis. Tafsiri sendiri. Waktu di perguruan tinggi, seorang senior di pers, bercerita tentang kejahatan kelamin yang ia lakukan terhadap mahasiswi-mahasiswi. Baik berjilbab maupun tidak berjilbab (makanya dulu saya tidak percaya terhadap keperawanan mahasiswa di Surabaya he….he……..dolek wong ndeso). Rata-rata, mereka melepaskan keperawanan demi……….demikian. Belum lagi di sekolah-sekolah zaman sekarang. Belum kasus-kasus di perumahan. Insya Alloh saya punya referensi banyak tentang kejadian kehilangan keperjakaan dan kehilangan keperawanan. Padahal jika kita berpikir, kalau keperawanan dan keperjakaan sudah hilang, hadiah teristimewa apa yang akan diberikan kepada suami/istri tercinta? Bukankah ketulusan cinta itu yang harus diberikan? Bukankah kesucian cinta itu yang harus diberikan kepada pasangan sebenarnya? Bukannya pasang-pasangan. Bukankah keperawanan/keperjakaan itu adalah bentuk dari kesucian cinta yang akan kita persembahkan teristimewa kepada kekasih hati kita? Jika hilang apanya yang suci? Apanya yang cinta? Apanya istimewa? Apanya yang indah? Kalau anda mengatakan bahwa calonmu tidak tahu bahwa kamu telah hilang keperawanan/keperjakaanmu, engkau tetap meneruskan menuju pernikahanmu, saya katakan, untuk apa sebuah pernikahan jika didasari kebohongan dan kepalsuan????? bukankan nikah itu suci??? Menikah itu disaksikan oleh ribuan malaikat, malaikat tahu kebohongan yang kamu jalankan…he….he….berbicara sex dan menjalankan sex tidak hanya sekedar melakukan (ML). Why????? Karena melakukan hubungan sex itu dekat sekali dengan proses penciptaan manusia yang dilakukan oleh Alloh. Kelamin kita "dipakai" oleh Allah sebagai sarana untuk pembiakan manusia. Bayangkan jika dalam proses itu kita kotori!!!!. Dan alangkah sangat besar siksa Allah kalau "TEMPAT SUCI (rumah Allah)" dimana Allah berkreasi, mencipta, berkendak, dan mengembangbiakkan manusia itu dikotori dengan berbagai tindakan yang negatif (fujur). Tatkala kita mengotori kelamin dengan kehendak percabulan, maka berbagai perbuatan cabul pun akan muncul tak terkendalikan pada diri kita ini. Akibatnya? Anaknya? Ke depan???? Hidupnya??..... Subhanaka????? Subhanaka?????? subhanaka?????

Dsn. Sayun Ds. Jejel Jam 6.52
Goze Isno

Senin, Juni 22, 2009

Wanita Musta'mal



Salah satu siswi, pernah menceritakan kepada saya gaya berpacarannya dengan pacarnya. Setiap kali ketemuan dengan pacarnya, pacarnya selalu minta ciuman. Tetapi menurut pengakuannya, dia selalu menolak. Penolakan ini kemudian menghasilkan ledekan kalimat “Engkau tidak sayang sama aku?”. Karena tidak mau dikatakan tidak sayang, maka terjadilah ciuman mesraan itu. Siswi yang lain lagi pernah curhat sama saya bahwa dia punya pacar pendiam. Setiap kali pacaran selalu tidak aktif. Padahal siswi saya ini, ingin romantis seperti di dalam sinetron-sinetron. Karenanya, pada kesempatan yang memungkinkan berduaan, siswi ini minta dicium sama cowoknya. Namun cowoknya tidak mau. Karena tidak mau murid saya ini sewot. Akhirnya demi mengobati kesewotannya, sang cowok akhirnya mau mencium. Beberapa hari pasca penciuman itu, setiap kali ketemuan malam minggu, justru sang cowok selalu menuntut untuk ciuman….he..he.. enak tenan. Pada kesempatan lain, ada satu siswa saya yang berkunjung ke rumah saya. Dia meminta saran saya untuk memutuskan antara meneruskan hubungannya dengan pacarnya ataukah tidak. Karena disatu sisi, dia sayang, tetapi disisi lain dia melihat ceweknya terlalu merdeka. Kemerdekaan pacarnya diceritakan, sering dikunjungi oleh teman laki-lakinya. Padahal dirumah ceweknya itu seringkali sendirian karena orang tuanya sibuk mencari duwit. Ceweknya sendiri terlalu berani dengan laki-laki. Dibuktikannya sendiri, ketika dia pernah berkunjung ke ceweknya itu. Karena tidak ada orang sama sekali di dalam rumahnya, maka siswa saya ini diajak cium-ciuman sama ceweknya tadi……wah…wah. Murid saya ini bertanya “menurut pak Isno, wanita semacam ini kira-kira cocok untuk masa depan saya ataukah tidak?” aku bihun. “menurut kamu bagaimana?” kembali saya tanya sama dia. “Saya kurang sreg, pak” dia menjawab. “Kenapa?” saya bertanya lagi. “dia itu sudah gonta-ganti pacar pak. Saya ini telah sekian kalinya. Kalau dengan saya saja dia minta ciuman, apa dengan pacar-pacar sebelumnya dia juga tidak begituan, pak? Berarti saya dapat sisanya pak.” He…he…..wekekekekek.
Cerita ini sungguh sangat menarik. Kenapa? Karena ceritanya adalah cerita fakta tentang hasil-hasil dari pacaran….he..he…. sayang, cinta, rindu dimaknai hanya dengan ciuman, berpelukan, pegangan tangan de el el. Sungguh kebodohan yang disempurnakan. Ayo kita merenungkan…… waktu SD saja kita akan menemukan ada siswa-siswi yang sudah berani pacaran….nanti putus…..ketika SMP pacaran lagi……putus lagi…….waktu SMA pacaran lagi…..putus lagi……belum di Perguruan tinggi…..dasar cinta monyet makanya orangnya seperti monyet…..suka menyeringai. Anda bayangkan, Ya, kalau selama SMP itu pacarnya satu, kalau berkali-kali putus nyambung?????? Belum di SMA. Belum di Perguruan Tinggi. Ya!!!!kalau hanya sekedar ngomong doank! Kalau setiap kali punya pacar dia selalu dicium, dipegang, diraba, ditrawang. Saya menjadi ingat pelajaran fiqh, tentang macam-macam air yang bisa digunakan untuk bercuci. Pertama, Air itu ada air yang suci dan bisa digunakan untuk bersuci contoh air sumur, air sungai, air laut, air hujan dll. Air-air ini dijamin suci dan bisa digunakan untuk wudlu. Kedua, air itu ada yang suci, tetapi tidak bisa dipakai untuk bersuci (berwudlu) contoh air kopi, air susu, air kelapa…..meskipun suci tetapi tidak bisa dipakai untuk wudlu. Termasuk yang sering dijadikan contoh dalam kitab fiqh pada contoh air suci tetapi tidak mensucikan adalah air musta’mal yaitu ketika anda berwudhu, sisa dari percikan air yang membasuh muka anda itu tidak bisa digunakan untuk berwudhu lagi. Kenapa? Karena airnya telah terpakai untuk bersuci sehingga tidak bisa digunakan untuk bersuci. Kalau tetap digunakan maka wudhunya batal alias tidak sah. Karena menggunakan air sisa. Ketiga, air najis, yang tidak suci dan tidak bisa digunakan untuk mensucikan contoh kencingnya kuda, kencingnya Pak Ngademo, dll. Sama dengan wanita, jika mereka itu termasuk wanita yang menjaga kehormatannya berarti dia adalah wanita suci dan bisa digunakan untuk mensucikan cinta dan pernikahan mereka. Dia (wanita) bisa mensucikan qolbu suaminya. Mensucikan kotoran-kotoran suaminya. Sedangkan kedua, apabila wanita telah terpakai maka dia tidak mampu untuk mensucikan. Dia telah terpakai dengan dicium, dipeluk, dipegang, diraba dan ditrawang…..maka ibarat air tadi tidak bisa mensucikan meskipun dia masih suci. Silahkan anda tafsiri sendiri. Ketiga adalah (maaf) wanita ibarat air tadi “wanita najis”, wanita yang sudah tidak suci lagi. Karena tidak suci maka dia tidak mungkin bisa mensucikan. Mensucikan apa saja? Bagaimana bisa mensucikan wong dirinya saja tidak suci.????
Nah kira-kira anda termasuk golongan wanita bertipe apa????? Maaf kalau tulisan ini berbau ketidakadilan gender. Sampean tinggal ngrubah saja, wanita menjadi laki-laki saja. Soalnya juga banyak laki-laki yang musta’mal dan laki-laki najis. Mungkin termasuk saya.!!!!!!!

Generasi Ilegal




Pengalaman mengajar selama tiga tahun ini membuat rasa dan sikap kebapak-bapak’anku muncul. Semua siswa-siswi yang aku ajar layaknya anakku sendiri, meskipun aku belum punya anak. Semua siswa aku perhatikan. Baik yang cantik maupun jelek. Baik nakal maupun baik. Baik kaya maupun miskin. Baik pintar maupun belum pintar. De el el. Perasaan memiliki tersebut terkadang membuat aku tersiksa. Kenapa? Karena ketika aku melihat anak yang baik perilakunya maka hatiku begitu senang sekali punya anak yang baik yang akan mampu mengamalkan ilmunya. Namun ketika melihat anak yang nduablek minta ampun, maka hatiku sering menangis. Terlebih jika aku melihat masalah-masalah yang menggelayuti mereka aku pun ikut berempati.
Tahun pertama aku mengajar, dipertengahan semester, aku mendengar ada salah satu siswa saya yang MBA (married by accident), hatiku tersayat-sayat. Ditahun kedua, aku juga mendengar dan menyaksikan beberapa siswi saya dibeberapa sekolah, MBA juga. Ditahun ini juga aku mendengar ada beberapa siswi yang menjadi ayam sekolah -tetapi sudah out- bahkan ada yang menjadi BIG BOS. Hatiku bagaikan disayat-sayat oleh sebilah pisau yang kemudian ditaburi oleh garam. Dalam hatiku menangis, “Ya Alloh, bukankah aku sering memberikan nasehat akan bahayanya maksiat? Ya Alloh, bukankah selalu setiap aku mengajar kepada mereka aku sisipkan pesan-pesan moral lewat ayatmu, betapa manusia harus mengebiri nafsunya? Ya Alloh, bukankah aku selalu mendoakan dan mengirim fatiha kepada mereka, agar Engkau senantiasa membimbing hati mereka menuju jalan-Mu? Kenapa mereka menempuh jalan yang salah? Kenapa mereka tergerumus dalam kegelapan jalan? Kenapa Ya Alloh? Ya Alloh aku hanya penyampai pesanMu, urusan Hidayah urusanmu Ya Alloh. Aku pasrahkan kepadamu. Apa yang terjadi terjadilah. Namun Ya Alloh aku berharap Engkau bukakan kembali tulinya murid-muridku mendengar dendang ayat-ayatMu, bukankah Butanya Mata akan sifat, dzat dan af’almu. Bukakanlah rantai tangan dan kaki untuk menuju jalan-Mu. Amin.
Jika kita berpikir, itu hanya dalam beberapa lingkup kejadian MBA. Bagaimana dengan di sekolah-sekolah lain? bagaimana dengan di perguruan tinggi? Bagaimana dengan dimasyarakat umum khususnya dikota metropolitan?.Teman-temanku di Sapu Cikrak pernah melakukan penelitian di internet dengan menghitung jumlah pelaku sex video porno yang memakai baju SMA jumlahnya sudah mencapai ratusan. Apa setelah itu wanitanya tidak hamil? Belum ada laporan. Dalam buku Sex In the Cost karya IIP WIJAYANTO, yang meneliti disejumlah kampus yang menghasilkan kesimpulan 97.05 % mahasiswi sudah tidak perawan lagi. Hamil tidak ya yang tidak perawan itu?????? Dia juga menulis Campus Fried Chicken yang mbahas fenomena ayam kampus di perguruan tinggi. Buku yang sama In The Name of Sex, yang berisikan perilaku sex di Jogjakarta. Ada lagi Jakarta Under Cover, de el el. Bahkan lembaga pemerintah juga pernah meriset dengan hasil yang mencengangkan remaja yang belum menikah tetapi telah melakukan hubungan sex diluar nikah mencapai 60% diseluruh Indonesia. Wah….wah….wah…..generasi Indonesia ke depan akan dihuni oleh anak-anak dari MBA. Generasi ke depan akan dipimpin oleh anak dari hubungan gelap, makanya negaranya akan gelap!!!!!!!. Bibit-bibit generasi kita adalah bibit tidak unggul makanya kita tidak pernah unggul!!!!!! Bibit generasi kita adalah bibit dari perilaku illegal makanya sukanya yang illegal-ilegalan. Bibit generasi kita adalah bibit haram, makanya Alloh tidak memberi cahaya-Nya di negeri Nusantara. Masya Alloh!!!!!!!!!

Kentut Sang Imam




Beberapa hari yang lalu, pas waktu sholat subuh saya sholat subuh di masjid depan rumahku. Seperti biasa, jamaahnya sedikit. Cuma 5 ekor….he….he….kliru lima biji…..he…he….kliru lagi. Satu rakaat kami jalani secara khusyu’ hingga sampai rakaat kedua. Setelah bangun dari rukuk dan melakukan I’tidal sang Imam kemudian Qunut. Sewaktu berdoa qunut, sang Imam batuk-batuk kecil. Namun tidak dinyana, batuk-batuk kecil itu diiringi dengan bunyi kentut…preeet….saya yang dibelakangnya mendengar jelas. Dalam hati, saya bertanya, suara apa itu? apa benar itu kentutnya Imam? Tiba-tiba sang Imam menghentikan qunutnya. Kemudian diam. Setelah itu dia berbalik arah. Jalan kebirit-birit kebelakang. Aku tertegun. Karena baru kali ini aku menemui dalam sholat, Imam kentut. Memang seringkali dalam pembelajaran sholat, dibahas jika imam kentut langkahnya harus bagaimana. Namun baru kali ini aku menemui masalah ini. Kami semua, makmum, diam tertegun. Dalam diam kami, kami harus melakukan langkah selanjutnya, yakni menggantikan Imam. Aku sendiri tidak mungkin menggantikan Imam. Karena aku orang baru di dusun ini. Tetapi semua makmum masih diam. Tetapi tiba-tiba, salah satu orang tepat dibelakang Imam maju ke depan. Aku mengucapkan Alhamdulillah. Karena sudah ada Imam melanjutkan kepemimpinan sholat subuh kami. Setelah selesai sholat, aku merenungkan filosofi kepemimpinan dalam sholat. Sungguh sangat luar biasa. Jika ada pemimpin yang kentut, entah itu bau ataukah tidak, maka wajib untuk mundur. Pemimpin yang korup, melakukan KKN atau perilaku-perilaku lain yang melanggar kepemimpinannya, maka sang pemimpin wajib mundur. Jika pemimpinnya sudah mundur, maka makmum yang memiliki kualifikasi menjadi Imam/pemimpin wajib untuk menggantikannya. Sang makmum harus ikhlas menerima kepemimpinannya dengan sami’na wa ato’na. Jika makmum mendahului Imam maka sholatnya tidak sah. Begitupun juga jika rakyat yang dipimpin mendahului ketentuan pemimpin maka dia tidak sah dan menyalahi aturan. Bukankah begitu indah makna kepemimpinan sholat? Pemimpin dan rakyat sama-sama sinergi.

Sabtu, Juni 20, 2009

Connect to Alloh



Ada beberapa orang yang pernah saya temui, bercerita tentang pengalaman gaibnya. Dulu ketika saya masih SMA, saya punya seorang teman dari Nganjuk bernama Cak To. Dia pernah bercerita tentang berbagai pengalaman gaibnya bersentuhan dengan jin-jin. Bahkan dia pernah mengajak saya mengambil keris yang ada disebuah pohon dikawasan kuburan desa saya. Cak To menyuruh saya untuk menjaga dirinya yang akan mengambil keris dengan melalui media kain putih dan kembang kenongo yang sudah diberi wangi-wangian. Setelah beberapa lama, akhirnya keris itu datang dengan kilatan putih dan ditangkap secara tangkas oleh Cak To. Setelah selesai menangkap keris itu –untuk diketahui, Cak To mengambil keris itu berjarak 3 kilometer dari tempat kerisnya- kemudian Cak to masuk ke Mushola. Di Mushola, dia mematikan lampu, beberapa lama kemudian tiba-tiba datang sebuah batu kecil yang menabrak punggung Cak To. Setelah kami mencari ternyata batu kecil itu adalah cincin akik. Menurut Cak to, akik itu adalah pembantunya keris. Akhirnya keris dan akik dimiliki oleh Cak to. Pengalaman itu adalah pengalaman pertama kegaiban yang aku lihat lewat mata telanjang saya. Percaya tidak percaya itu adalah kenyataan. Cerita lain lagi, yakni Pak Jarwo. Saya bersentuhan dengan dia tatkala menangani kasus kesurupan-kesurupan baik di SMA PGRI, SMA 1, maupun di SMA 3. Keakraban dengan dia, membuat dia banyak bercerita tentang pengalaman gaibnya. Dia pernah bercerita tentang pertarunganya dengan jin Baghdad. Bahkan dia waktu dengan saya, dia pernah mengundang Raja Jin Baghdad. Aku melihat dia diam, seakan-akan bercakap-cakap dalam kegaiban. Aku sendiri tidak bisa melihat jinnya. Mungkin karena belum ditaqdirkan Alloh mampu melihat Jin. Pak Jarwo beberapa kali aku melihat, dia banyak mengunjungi orang-orang di Mojokerto dalam rangka membersihkan ganguan jin di rumah-rumah orang. Pengalaman lainnya, ketika aku bertemu dengan Gus Imam, dia juga bercerita tentang pengalaman gaibnya yang mampu membuka pintu gerbang Majapahit. Dia juga telah mampu berdialog langsung dengan Syekh Jumadil Kubro yang pernah saya teliti. Dan pengalaman-pengalaman gaibnya dalam pertarungan-pertarungan gaibnya pula.
Sebenarnya bukannya saya tidak setuju dengan ungkapan-ungkapan gaib sebagaimana diceritan oleh orang-orang tadi. Tetapi ungkapan-ungkapan tersebut terkesan pamer untuk tidak mengatakan menyombongkan diri. Mereka masih menampakkan kehebatan dirinya. Adegan yang sama pada sihir-sihir dalam pementasan juga terlihat “aku lho bisa”. Dalam kontek tasawuf orang seperti ini masih terpenjara dalam keakuannya. Padahal manusia ketika berhadapan dengan Alloh harus tidak boleh mengaku-aku. Aku tidak bisa apa-apa. Aku bukan siap-siapa. Aku tidak punya apa-apa. Lahaulawalakuwwata ila billahil aliyil adzim. Adapun ilmu-ilmu gaib yang ada itu hanya sarana bukan tujuan. Jika orang riyadloh tujuannya bisa melakukan keanehan-keanehan maka orang ini tertipu. Padahal riyadloh itu hanya untuk taqarub Ilalloh. Jika ilmu tidak bertujuan kepada Alloh maka ilmu tersebut menjadi hijab/penghalang orang menuju Alloh. Orang bisa computer tapi kemudian dia mengaku-ngaku bahwa dia orang paling pinter berarti ilmu itu menjadi hijab. Orang pandai fisika tetapi kemudian mengaku-ngaku dirinya pandai dibanding lainnya maka ilmu itu menjadi hijab dan lain sebagainya. Karenanya segala amaliah tidak diperuntukkan kepada Alloh maka menjadi, meminjam istilah jawanya Muspro, gak nok manfaate.
Jika ingin connect ilalloh, maka ilmu itu harus menjadi 1. Alat untuk taqarub ila lloh 2, Ilmu itu harus menjadi Dzikir 3, Ilmu itu harus menjadikan kesadaran ketahuidan, ke 4, ilmu itu harus menuntun nafsu untuk tunduk kepada Alloh. Tidak hanya ilmu tetapi semua amaliah tindak tanduk harus diperuntukkan Alloh. KATAKAN TIDAK SELAIN ALLOH. PASTI CONNECT ATUH. Selamat mencoba!!!!

Republik Nyontek



Waktu saya menjaga semester baik di SMA Negeri 3 maupun di SMA PGRI 2 saya melihat masih banyak siswa-siswi yang nyontek untuk tidak mengatakan semuanya. Padahal guru-gurunya sudah melototi tapi kenyataannya tetap saja bisa mencuri-curi kerpek’an. Entah mereka itu menggunakan buku yang ada dibawah bangku atau membawa HP yang disembunyikan di celananya atau terkadang bertanya kanan kiri biar tidak tersesat!!!he…he..fenomena nyontek jika kita melihat itu hampir disegala lini ada. Waktu UNAS juga buanyak. Buktinya saya pas UNAS menemukan HP di celana siswa. Waktu saya menjadi mahasiswa teman-temanku juga menyontek meskipun sarjana agama. Waktu nylesaikan tugas-tugas ilmiah juga banyak yang copy paste. Begitupun ketika ikut ujian PNS, ada saja teman dikanan kiri yang mencuri pandang jawaban. Waktu ada tes DIKLAT, pesertanya yang terdiri dari dokter maupun guru-guru juga nyontek…..lho…..lho….lho…..semuanya kok nyontek!!!!!! Pasti kalian bertanya lha kalao kamu Isno apa ya tidak nyontek??????? Kalau aku jago nyonteknya waktu SMP kelas 1, namun pas ulangan geografi, guruku mengetahui aku nyontek. Akhirnya siswa-siwa yang nyontek disuruh ke depan. Di depan kelas, saya disuruh angkat tangan, kaki agak ditekuk, kemudian mukaku dipel memakai air yang digunakan guru untuk membersihkan tangan dari kotoran kapur yang belum diganti selama satu minggu. Anda bisa membayangkan betapa isinya saya. Dalam penderitaan itu saya disumpah memakai nama Alloh untuk tidak menyontek selamanya. Pasca peristiwa itu, saya kemudian tidak pernah menyontek tapi tanya-tanya biar tidak tersesat masih saya lakukan….he…he…malu bertanya sesat dijalan……
Tapi saya pikir-pikir ternyata kita semuanya rata-rata jadi manusia yang suka nyontek juga ya???? ayo kita coba menelaah. Dulu masyarakat kita kalau memanggil keluarga kita ”ibu, bapak, paman, bibi, embah kakung, mbah putri” kemudian kita menyontek istilah Barat seperti ”mama, papa, om, tante, opa, oma”. Dulu kita bangga punya nama-nama Indonesia seperti ”Bambang, Joko, Iskandar, Ngademo, Ngatemo, Suparman, Rahayu, Endang, Poniti, Painem, Wagisah, Leginem, Isno” kemudian kita menyontek nama Barat seperti ”Farel, Marvel, Johny, Armando, Adelia, Christina, Ceilla, Cornelia.” Dulu kita terbiasa untuk sungkem, bersalaman dan mencium tangan orang tua kemudian kita nyontek budaya global berupa ”cium pipi kanan dan pipi kiri” uenak tenan ser....ser....ser.....dulu kalau kita punya hiburan berupa wayang purwa, wayang orang, wayang klithik, ketoprak, ludruk, kentrung, jatilan, tari topeng, jaran kepang, reog, bantengan, sholawatan, hadrahan, jidoran, kemudian sekarang kita nyontek hiburan barat berupa band, orkestra, dancing, karaoke, capoera, dan teater. Gedung-gedung pertunjukan seni tradisional satu demi satu tutup, kemudian digantikan dengan menyontek berupa resto, cafe, bar, bight club yang menyuguhkan penyanyi-penyanyi dengan iringan grup band atau electone. Dongeng anak-anak tradisional khas Nusantara seperti ”Timun Emas, Joko Kendil, Sawunggaling, Kancil Mencuri Timun, Sangkuriang, Roro Jonggrang” kita ganti dengan menyontek dongeng global seperti ”Avatar, Naruto, Marsupilamy, Sinchan, Popeye, Mickey Mouse.” Dulu kita bangga makan ”pecel, tumpang, sayur asam, rawon, gudeg, mangut, soto, tiwul, gethuk, cenil, geplak, nagasari, onde-onde, wajit, jadah, lemper, ronde, bandrek, kopi tubruk, angsle, kolak, dawet, tuak, badek, legen”, tapi karena kita suka nyontek maka makanan kita pun kita ubah menjadi ”Hamburger, Hot Dog, Pizza, Spaghetti, Fried Chicken, Donat, Beefsteak, Kebab, Soup, Brownies, Spikoe, Rolade, Coke, Root Beer, Cappuccino, Moccaccino, Beer, Wishkey, Vodka, Wine, Gin.” de el el..........
Ayo mikir maneh!!!!!!! Apa yang tidak nyontek???????? Konsep negara saja nyontek. Dulu kita kerajaan sekarang menjadi Republik, Demokrasi, Presiden, DPR, Menteri, Gubernur de el el kuabeh nyontek, bahkan sekarang ada orang-orang yang mau nyontek konsep Khilafah juga.....he...he..... Gaya rambut nyontek, bedak nyontek, ngantingi kuping saja nyontek, Jenggot ya nyontek, bajunya nyontek, kutangnya juga nyontek, celananya nyontek. Kok kita ndak ada yang orisinil dari pikiran kita sendiri ya????????
Mungkin kalian akan bilang, menyontoh dalam keberhasilan kan boleh? Saya jawab, Menyontek kok Terus.....Kapan Pintere??????? Gusti Alloh iku memberi otak untuk berpikir kreatif bukannya hanya menyontoh. Bisa-bisa kita ini orang yang kufur nikmat, diberi otak kok tidak disukuri, makane diadzab sama Alloh berupa kebodohan bin goblok bin tulalit bin lolaklolok bin ngah ngoh........dan bin bin lainnya dijazirah Indonesia. Ayo berpikir!!!!!!!!

Rabu, Juni 10, 2009

Pelayan Umat

Keinginanku untuk mengunjungi Pondok PETA Tulungagung benar-benar dikabulkan oleh Alloh. Bersama dengan tiga sahabat yang memiliki visi yang sama, aku berkunjung ke pondok terkenal itu. Setelah melewati jalan panjang dari Mojokerto-Jombang-Kediri-Nganjuk-Madiun barulah kami sampai di alun-alun Tulungagung. Kami berhenti disekitar Masjid Agung. Kemudian kami menelusuri jalan raya hingga sampai disebuah rumah, kami belok. Saya mengira itu hanya sebuah rumah, ternyata itu adalah pondok pesantren PETA. Menariknya pondok itu tidak ada papan nama, dan tidak akan mengira bahwa itu adalah pondok. Sungguh bangunan yang penuh ketawadhuan, tidak ingin dikenal. Sampai di pondok, kami langsung berziarah ke Syekh Mustakim dan Syekh Jalil. Suasananya sangat kontemplatif. Aku khusu’ menghaturkan doa kepada Sang Mursid itu. Sehabis ziarah, kami langsung melaksanakan sholat ashar bersama dengan jamaah lainnya. Menariknya mushola itu di desain gelap tetapi dingin penuh kekusuan. Aku sholat agak merinding. Sehabis sholat diikuiti dengan dzikir together. Menarik, karena dalam dzikir itu seakan dinding-dinding kesombonganku dihancurkan dengan suara keras lafadz “LAILAHAILALLAH”. Aku berkidik. Setelah selesai sholat ashar, kami menemui salah satu pengurus pondok PETA. Kami diberi penjelasan panjang lebar tentang pondok PETA. Mulai dari anggotanya yang menyebar luas ke seluruh Indonesia sampai dengan beberapa etika-etika bisa wusul kepada Alloh. Hatiku berdegup-degup penuh kekaguman. Kekagumanku bertamba-tambah setelah kami digiring ke dapur untuk makan. Selidik punya selidik sehabis makan ternyata seluruh santri baik yang mukim maupun yang musafir diberi makan semua oleh kyainya. Siapapun yang datang kesitu dijamin diberi makan dan tidak akan kelaparan. Bahkan kata salah satu santri, jika acara haul, seluruh tamu undangan yang mencapai ribuan dari seluruh Indonesia, semuanya diberi makan oleh kyainya. Luar biasa. Aku menjadi terkagum-kagum dengan etika yang diperankan oleh pondok PETA. Mereka memberi. Mereka melayani. Bukannya ingin diberi dan dilayani. Andai seluruh kyai seperti itu? andai seluruh pondok seperti itu? andai seluruh pemimpin seperti itu? andai seluruh guru seperti itu? melayani bukan dilayani.
Kyai melayani umatnya bukan minta amplop kepada umatnya. Pemimpin itu harusnya melayani rakyatnya bukannya menindas rakyatnya. DPR itu dirubah saja menjadi Dewan Pelayan Rakyat, MPR itu diganti Majelis Pelayan Rakyat. Guru itu melayani muridnya bukan hanya menggurui saja. Sehingga akan terjadi pola pikir terbalik, sesombong-sombongnya DPR, MPR, Presiden, Kyai, PNS tetap mereka itu pelayan. Pelayan rakyat.

Manusia Nyleneh

Lewat temanku, aku dikenalkan dengan seseorang yang aneh. Keanehannya itu terlihat dari penampilan, cara berbicara dan profesinya. Sebenarnya profesinya tidak nyleneh. Namun merangkap dalam profesi lain itulah yang nyleneh. Aku menemukan orang ini ditengah-tengah hiruk pikuknya Terminal Mojokerto. Dia tinggal di sebuah bangunan kecil. Disitu tertulis profesi dia. Pengacara, atau lawyer. Dia memang benar-benar pengacara bukannya pengangguran banyak acara. Namun selidik punya selidik, ternyata yang ditangani tidak hanya berkaitan masalah hokum saja. Tetapi juga dengan masalah-masalah social, agama, jin dan lain sebagainya. Semuanya tumplek blek disitu. Saya melihat disitu banyak pegawai-pegawai Tjiwi dan Ajinomoto yang bertamu ke orangnya. Bahkan dia pernah bercerita santrinya juga ada yang masih aktif di Balong Cangkring Indah alias…….TUNASUSILA. Aku bertukar pikiran dengan dia tentang fenomena kesurupan masal disekolah, titik temu sejarah majapahit, dan berbagai hal fenomena kegaiban. Semua dijawab dengan gamblang. Aku benar-benar kagum dengannya. Dialah emas yang aku cari. Seorang manusia nyeleneh kurus, hitam dan tidak tampan. Namun hatinya emas yang ia bagikan kepada semua manusia tanpa memandang berjenggot ataukah tidak, berjilbab ataukah tidak, berjenis kelamin ataukah tidak, alim ataukah tidak, kaya ataukah tidak. Keanehannya yang membedakan dengan banyak orang lain bahkan dengan kyai sekalipun adalah keikhlasannya dalam memberikan seluruh hidupnya untuk umat. KOK SIK ONOK UMAT SING KOYOK NGENE!!!!!

Islam Tanpa Jenis Kelamin

Saya pernah diceritai oleh salah satu murid tentang pengalamannya yang menarik. Ketika dia habis berkunjung dari saudaranya yang sakit di Rumah Sakit Umum Mojokerto, dia ditegur oleh salah seorang pengunjung. “Dik, sampean iki agama Islam apa?” mendengar pertanyaan ini dia kemudian menjawab “Saya ini Islam”. “Kok pakek Jubah plus kakinya dikasih kaos kaki?”. Mendengar pertanyaan ini, sontak muridku ini tertawa terkekeh-kekeh…wekek kek kek…….. memangnya tidak boleh pakai Jubah? Wong pakai rok bikini saja boleh? Dan itu masih dicap Islam….wekekekeke…….Cerita ini hampir mirip dengan pengalaman istriku dan pengalamanku sendiri. Istriku itu kebetulan punya koleksi Jilbab banyak. Salah satu jilbab yang dipakai mirip jilbabnya LDII/LAMKARI. Ketika dia memakai dalam perjalanan, banyak orang mengira bahwa dia sudah menjadi anggota LDII. Begitupun ketika dia memakai jilbab yang longgar, banyak orang mengira bahwa dia seperti orang HTI. Ketika dia memakai jilbab biasa orang menganggap dia orang NU. Pengalaman saya sendiri, Saya pernah menukar jaket dengan temanku. Kebetulan jaket temanku itu ada tulisannya KAMMI. Waktu aku mengisi bareng SKI SMAGHA bersama dengan anak PKS, anak PKS ini menegur dengan begitu antusias dan berbinar-binar , “Mas Isno, antum ini juga golongan kami toh, antum anak KAMMI iya?”. Saya kaget, tetapi faham, mungkin anak PKS ini terkecoh dengan jaketku. Kemudian aku menjawab “Afwan, jaket ini milik temanku”. Dia langsung kecut. Wekekekekekek. Begitupun dengan cerita ketika aku memakai jenggot, orang mengira aku adalah Islam garis keras. Namun ketika aku ikut Tahlilan orang mengira aku adalah orang NU. Waktu dulu ketika saya masih mahasiswa, saya pernah ikut menjadi tim sukses PAN, orang mengira aku adalah orang Muhammadiyah. Waktu aku berdiskusi dengan pemikiran-pemikiran kritis orang mengira aku adalah Islam Liberal. Waktu orang melihat aku yang suka suka wiridan, berbaju sederhana dan berbicara ilmu hikmah, orang mengira aku adalah sufi. Wekekekek. Memangnya sudah demikian “ADUH BEE PARAH IK”, sehingga orang terkecoh dengan penampilan. Ternyata penampilan baju itu sudah bisa menandakan jenis kelamin Islam seseorang. “kamu Islam itu ya? kamu Islam ini ya?”. ashabiyah atau golongan itu sudah begitu parah. Kita tidak menjadi manusia merdeka. Karena segala gerak penampilan itu memenjaran seseorang masuk dalam golongan tertentu. Yang lebih parah, jika penampilan itu menjadi mewakili kepribadian seseorang. Contoh dengan memakai sorban, baju koko dan kopyah putih kita sudah bisa dipandang orang alim. Ketika kita pake baju hitam, berkaca mata hitam, rambut sangar, kita sudah bisa dikatakan preman. Bukankah sekarang ada bajingan yang macak kyai, dan kyai yang macak preman? Ah……benar-benar menipu. Kita terkecoh dengan penampilan. Namun aku sarankan kepada kalian semua. Biarkan orang mau bilang apa dengan penampilan kita, yang terpenting dalamnya penampilan yang selalu taqarub ilallah. Ndak begitu penting apakah itu bajunya HTI, PKS, NU, Muhammadiya dll. Yang penting ENGKAU ISLAM. ISLAM TANPA JENIS KELAMIN.

Maha Jealous

Pernah suatu hari aku dikagetkan oleh tangisan istriku yang barusan bangun dari tidurnya. Ia menangis tidak berhenti-henti walau aku berusaha untuk mensetop tangisnya. Aku mencoba bertanya, ada apa? Kenapa menangis? Apa aku melakukan kesalahan? Siapa yang menyakitimu hingga kamu menangis?????? Dan sederetan pertanyaan lain yang penuh dengan penasaran. Setelah beberapa saat tangisannya reda. Aku merasa lega. Kemudian aku melanjutkan pertanyaan, ada apa? Dia dengan mata tajam menjawab “Kamu kejam?” aku kaget kok dibilangi kejam padahal selama ini aku tidak pernah melakukan KDRT. “Kamu nakal?” kamu selingkuh?....aku ingin marah kalau dibilang selingkuh soalnya saya merasa tidak pernah melakukan perselingkuhan. Kamu kok bilang seperti itu? buktinya apa kamu bilang aku selingkuh?......kamu selingkuh di depanku? Dia mengulangi tuduhannya. Aku tidak pernah selingkuh sayang? Dimana dan kapan aku selingkuh di depanmu? Aku berusaha untuk membela. Tadi malam di dalam mimpiku? Dia kemudian melanjutkan tangisnya. Aku tertawa terbahak-bahak. Ítu dalam mimpi sayang? Wong ngipi kok sampe ditangisi aku berusaha mencairkan suasana. Dia menjawab “ meskipun begitu”. Aku tandaskan “Yang terpenting dalam alam nyata aku tidak selingkuh”. Istriku menjawab “ dalam mimpi sekalipun kamu tidak boleh selingkuh bahkan dalam alam pikiranmu pun tidak boleh selingkuh”……aku terbengong-bengong ingin tertawa tapi ingin kutahan agar tidak tersinggung perasaannya. Dalam hatiku berujar “Ya Alloh istriku telah mengajari aku tentang ketauhidan kepada Mu. Manusia saja tidak ingin dikhianati cintanya apalagi CINTAMU yang sejati kepada makhlukmu. Manusia saja tidak ingin diduakan, tidak ingin diselingkuhi meskipun dalam mimpi atau dalam alam pikirannya, apalagi ENGKAU? Kita manusia-manusia genit ini seringkali menyelingkuhi ALLOH baik dalam perbuatan maupun dalam alam pikiran? Kita masih mencintai selain ALLOH. Dalam pikiran dan hatiku kita masih bersemayam cinta selain ALLOH. Masih ada rasa cinta kepada duniawi. Masih ada rasa cinta kepada ketenaran,pujian, harta, pangkat, jabatan dll. Bukankah ini adalah selingkuh yang sebenar-benarnya selingkuh? Padahal tidak ada yang lebih jealous selain ALLOH jika diselingkuhi. Tunggu saja reaksinya jika sudah menyelingkuhi ALLOH. Manusia saja jika sudah jealous pasti ngamuk, anda bayangkan jika itu ALLOH??????? ”.

Hutang Dalam Niat

Suatu hari, aku bersama istri berencana untuk memberi gula 1 Kilo dan Roti untuk Ibu yang telah menjual tanah dan rumahnya kepadaku. Maksud hati ingin menjalin hubungan silaturahmi lebih erat. Aku dan istri berangkat. Sampai dirumahnya ternyata orangnya tidak ada. Karena tidak ada aku memutuskan untuk pulang saja. Namun perasaan merasa belum bertemu dan memberikan gula dan roti kepada ibu penjual rumah menggelisahkan aku dan istriku. Kami merasa bahwa masih berhutang niat yang belum terlunasi. Akhirnya kami pun kembali ke rumah ibu lagi sampai beberapa kali, tetapi orangnya tetap tidak nongol-nongol. Hingga suatu hari sebelum kepindahan ibu ke tempat lain, kami dapat menemuinya. Akhirnya hutang dalam niat itu terlunasi sudah. Kami sebenarnya terpengaruh dengan dawuhnya Kyai Djamal. Beliau pernah bercerita tentang pengalamannya hendak menemui Kyai Djalil Tulungagung. Dalam hatinya ia ingin memberikan persembahan berupa uang 25 ribu kepada gurunya tersebut. Namun sesampainya di sana, Kyai Djamal tidak bertemu dengan Kyai Djalil. Akhirnya ia pulang. Setelah beberapa hari kemudian, Kyai Djamal sowan ke Kyai Djalil lagi. Di sana Kyai Djamal melihat Kyai Djalil sedang menemui tamu-tamunya. Melihat Kyai Djamal, Kyai Djalil bertanya kepada Kyai Djamal “ Kyai ini ada pertanyaan? Ada murid yang ingin memberi 25 ribu kepada gurunya? Namun gurunya tidak ada? Kira-kira uang yang 25 ribu yang hendak diberikan itu termasuk hutang ataukah tidak?” mendengar pertanyaan itu sontak Kyai Djamal kaget. Ternyata gurunya sudah tahu apa yang terjadi. Setelah peristiwa itu, Kyai Djamal jika hendak melakukan sesuatu kebaikan langsung dilakukan. Tidak menunda-nunda. Karena niat yang baik tidak dilaksanakan akan menjadi hutang untuk dilunasi. Ketika anda berniat sebenarnya disaksikan oleh Alloh!!!!!!!

Senin, Juni 01, 2009

REM TAUHID


Sewaktu saya naik sepeda motor, saya mengingat-ingat kelakuan mahasiswa di Universitas Brawijaya tempat dimana aku mengunjungi muridku. Mereka terlihat bebas dan tidak terlalu memperdulikan ritual agama. Terbukti dari ketika ada adzan mereka ndak sholat-sholat. Pemandangan ini hampir sama dengan teman-temanku dulu sewaktu di IAIN. Mereka mengaku ingin bebas dari segala belenggu aturan termasuk aturan Tuhan sekalipun. Maka tak heran jika ada salah satu senat di salah satu IAIN membuat sebuah kawasan “Kawasan Bebas Tuhan”. Dalam hatiku “memang ada ta manusia yang bisa bebas dari jangkauan Tuhan????????” mungkin ada, tapi Tuhan cap apa? Tapi memang ada ta cap Tuhan? Ancene otaknya sudah terbalik………….sepedaku terus melaju…….beberapa kali aku harus mengerem sepedaku karena di depanku mobil kadang-kadang berhenti….rem sepedaku agak ngelossss……..tetapi untung aku masih lihai memainkan rem ku dengan kugabung rem depan. Aku tiba-tiba mendapat pemahaman, andai sepedaku tidak ada rem, bagaimana ya?????? kalau orang hidup itu tidak ada rem bagaimana ya….????????? punya rem saja ada yang nubruk!!!!!!!bagaimana yang tidak punya rem???????? rem syariat!!!!!!! Rem hati!!!!!!!rem tauhid!!!!!!!!!

Tetangganya Alloh


Pada saat masih di Batu, saya membayangkan akan bisa menemui murid-muridku di Malang. Namun tiap hari aku harus disibukkan dengan berbagai penulisan penelitian. Sehingga sangat kecil sekali aku untuk bisa keluar. Namun Alloh memeluk keinginanku. Di akhir-akhir mau selesainya acara Diklat, aku ditunjuk oleh seluruh guru untuk memback up seluruh data dan akan disebarkan keseluruh peserta. Aku memutuskan untuk memback up di Malang saja. Akhirnya aku bisa jalan-jalan ke Malang dan disana aku bisa menemui salah satu muridku. Dalam perjalanan aku lewat di depan Universitas Muhamadiyah, segera aku teringat dengan salah satu murid yang bernama Kharis. Ia kuliah disitu. Segera aku membayangkan andai aku bisa bertemu dengan dia? Sepeda motorku terus melaju sampai di Universitas Brawijaya. Aku segera menemui muridku yang bernama Mustakim. Ah!!!!!ternyata Alloh benar menaqdirkan aku bisa mengunjungi muridku itu yang sebenarnya sudah aku rencanakan lama. Ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Setelah selesai dari Universitas Brawijaya, segera aku pulang kira-kira pada saat itu jam 19.30 menuju Hotel Pitaloka. Namun sebelum kesana, aku harus membeli Cover CD biar lebih cantik. Saya mencari ditiap tokoh FOTOCOPY, namun hanya beberapa saja yang punya. Sampai sepeda motorku di depan Universitas Muhammadiyah, tetapi tetap belum tuntas pencarian coverku. Ndak ada. Sampai kemudian tiba di sebuah toko, aku turun dari sepeda dan berharap toko itu ada cover CD. Belum lama aku turun aku bertatapan dengan wajah seseorang yang bertatapan mata denganku. Sepontan aku dan dia menyapa, “Pak Isno? Aku menjawab “oh Kharis?”……..aku tidak percaya bahwa apa yang aku bayangkan itu menjadi kenyataan. Aku diketemukan dengan orang yang ku bayangkan. Bertemu dengan muridku bernama Kharis. Padahal hanya membayangkan, bagaimana jika itu doa?????? Aku semakin yakin bahwa orang-orang yang dekat dengan kita itu adalah orang yang ada dalam diri kita sendiri bagaimana mempersepsi. Kalau engkau selalu iri dengan orang pasti engkau tidak jauh-jauh dari orang seperti ini. Sebaliknya jika engkau selalu positif feeling engkau akan selalu tidak jauh-jauh dari orang seperti ini pula. Bila kita tarik ke dalam ketauhidan, Alloh-lah yang menjodohkannya kepada orang-orang yang engkau persepsi. Penulis sendiri pernah membayangkan akan memiliki rumah dekat masjid. Ketika saya mencari rumah kemana-mana untuk dibeli eh eh ternyata aku benar-benar dijodohkan Alloh bisa membeli rumah dekat dengan Masjid dan Pondok Pesantren. Dan dekatk dengan orang yang aku persepsi menjadi tetangganya Kyai dan Tetangganya Alloh, kan Masjid katanya juga rumahnya Alloh.

Maha Miscall

Untuk mensiasati kangen terhadap istri dalam beberapa hari tidak bertemu, saya selalu menelpon istriku. Biasanya tiap habis maghrib saya menelpon dia. Namun pada hari jumat sebelum selesainya diklat, kami dari guru-guru pilihan Jawa Timur diberi kebebasan untuk jalan-jalan, kami memilih BNS Batu, karena tergesa-gesa berangkatnya, saya lupa tidak membawa HP, akhirnya aku tidak bisa menelpon istriku. Tepat jam 10.30 rombongan kami baru kembali. Setelah tiba dihotel tempat kami menginap, aku segera mencari HP ku yang tertinggal ditempat tidurku. Aku kaget setelah menemukan HP ku itu. karena di dalam Hp ku ada 47 panggilan tidak terjawab. Setelah ku Cek ternyata dari istriku. Buru-buru aku segera menelpon istriku. Dalam hatiku pasti istriku marah. Ternyata benar, setelah aku telpon dia, ternyata dia ngambek, tidak mau menjawab dan mengancam dengan berbagai tuduhan dari mulai tidak sayang sama aku, tidak ini tidak itu pokoknya semua dialamatkan kepadaku jelek jelek. Namun aku berusaha untuk meminta maaf dan tetap sabar menghadapi kemarahan istriku. Aku ingat, ketika manusia itu menjadi api maka jadilah air agar api itu padam. Setelah beberapa menit, aku berucap syukur kepada Alloh atas perubahan kemarahan istriku itu. Ia memaafkan aku. Dalam hatiku sudah berapa kali Alloh memanggil-manggil manusia lewat adzan, tetapi berapa kali manusia tidak menghiraukannya. Jika istriku saja marah ketika tidak dihiraukan miscall-annya, bagaimana dengan ALLOH YANG MAHA MISCALL???????

MAHA KANGEN

Tanggal 21 sampai tanggal 30 kemarin, saya dipilih oleh Balai Diklat DEPAG Jawa Timur mewakili kota Mojokerto untuk menghadiri diklat Penelitian Tindakan Kelas di Kota Batu selama 10 hari. Hari-hari aku lalui tanpa istri tentu menjadi sensasi hati yang penuh dengan pernik-pernik kerinduan. Karena biasanya dalam segala gerak-gerikku selalu bersama dengan istri tercinta. Tentu meninggalkannya ada semacam kehidupan yang telah hilang. Rasa kangen terus merayap hari demi hari akibat perpisahan itu. Dalam rasa kangen yang terus tumbuh begitu kuat, aku membayangkan kangennya ALLOH pada hambanya. Jika hamba itu meninggalkan Alloh betapa kangennya Alloh kepada hambanya. Ingat Alloh itu Maha Segalanya. Jadi bisa kita alamatkan Alloh Maha Kangen. Kangen terhadap hamba yang meninggalkannya. Saya sendiri hanya berpisah 10 hari saja sudah kangen luar biasa kepada istri. Anda bisa bayangkan jika waktunya lama. Kita lihat ada hamba yang meninggalkan Alloh dalam waktu detik, ada juga yang hitungan jam, hari, minggu, bulan, tahun dan…………bisa anda bayangkan jika ada seorang hamba yang dalam seluruh hidupnya meninggalkan Alloh!!!!! Betapa kangennya Alloh Yang Maha Kangen itu. Tidakkah Kau merasa diKangeni Alloh???????.......Jika engkau tidak merasa kangen??????? Berarti engkau tidak menganggap Alloh sebagai kekasih yang perlu dikangeni!!!!!!!!

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*