Senin, Juni 22, 2009

Generasi Ilegal




Pengalaman mengajar selama tiga tahun ini membuat rasa dan sikap kebapak-bapak’anku muncul. Semua siswa-siswi yang aku ajar layaknya anakku sendiri, meskipun aku belum punya anak. Semua siswa aku perhatikan. Baik yang cantik maupun jelek. Baik nakal maupun baik. Baik kaya maupun miskin. Baik pintar maupun belum pintar. De el el. Perasaan memiliki tersebut terkadang membuat aku tersiksa. Kenapa? Karena ketika aku melihat anak yang baik perilakunya maka hatiku begitu senang sekali punya anak yang baik yang akan mampu mengamalkan ilmunya. Namun ketika melihat anak yang nduablek minta ampun, maka hatiku sering menangis. Terlebih jika aku melihat masalah-masalah yang menggelayuti mereka aku pun ikut berempati.
Tahun pertama aku mengajar, dipertengahan semester, aku mendengar ada salah satu siswa saya yang MBA (married by accident), hatiku tersayat-sayat. Ditahun kedua, aku juga mendengar dan menyaksikan beberapa siswi saya dibeberapa sekolah, MBA juga. Ditahun ini juga aku mendengar ada beberapa siswi yang menjadi ayam sekolah -tetapi sudah out- bahkan ada yang menjadi BIG BOS. Hatiku bagaikan disayat-sayat oleh sebilah pisau yang kemudian ditaburi oleh garam. Dalam hatiku menangis, “Ya Alloh, bukankah aku sering memberikan nasehat akan bahayanya maksiat? Ya Alloh, bukankah selalu setiap aku mengajar kepada mereka aku sisipkan pesan-pesan moral lewat ayatmu, betapa manusia harus mengebiri nafsunya? Ya Alloh, bukankah aku selalu mendoakan dan mengirim fatiha kepada mereka, agar Engkau senantiasa membimbing hati mereka menuju jalan-Mu? Kenapa mereka menempuh jalan yang salah? Kenapa mereka tergerumus dalam kegelapan jalan? Kenapa Ya Alloh? Ya Alloh aku hanya penyampai pesanMu, urusan Hidayah urusanmu Ya Alloh. Aku pasrahkan kepadamu. Apa yang terjadi terjadilah. Namun Ya Alloh aku berharap Engkau bukakan kembali tulinya murid-muridku mendengar dendang ayat-ayatMu, bukankah Butanya Mata akan sifat, dzat dan af’almu. Bukakanlah rantai tangan dan kaki untuk menuju jalan-Mu. Amin.
Jika kita berpikir, itu hanya dalam beberapa lingkup kejadian MBA. Bagaimana dengan di sekolah-sekolah lain? bagaimana dengan di perguruan tinggi? Bagaimana dengan dimasyarakat umum khususnya dikota metropolitan?.Teman-temanku di Sapu Cikrak pernah melakukan penelitian di internet dengan menghitung jumlah pelaku sex video porno yang memakai baju SMA jumlahnya sudah mencapai ratusan. Apa setelah itu wanitanya tidak hamil? Belum ada laporan. Dalam buku Sex In the Cost karya IIP WIJAYANTO, yang meneliti disejumlah kampus yang menghasilkan kesimpulan 97.05 % mahasiswi sudah tidak perawan lagi. Hamil tidak ya yang tidak perawan itu?????? Dia juga menulis Campus Fried Chicken yang mbahas fenomena ayam kampus di perguruan tinggi. Buku yang sama In The Name of Sex, yang berisikan perilaku sex di Jogjakarta. Ada lagi Jakarta Under Cover, de el el. Bahkan lembaga pemerintah juga pernah meriset dengan hasil yang mencengangkan remaja yang belum menikah tetapi telah melakukan hubungan sex diluar nikah mencapai 60% diseluruh Indonesia. Wah….wah….wah…..generasi Indonesia ke depan akan dihuni oleh anak-anak dari MBA. Generasi ke depan akan dipimpin oleh anak dari hubungan gelap, makanya negaranya akan gelap!!!!!!!. Bibit-bibit generasi kita adalah bibit tidak unggul makanya kita tidak pernah unggul!!!!!! Bibit generasi kita adalah bibit dari perilaku illegal makanya sukanya yang illegal-ilegalan. Bibit generasi kita adalah bibit haram, makanya Alloh tidak memberi cahaya-Nya di negeri Nusantara. Masya Alloh!!!!!!!!!

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*