Ada beberapa orang yang pernah saya temui, bercerita tentang pengalaman gaibnya. Dulu ketika saya masih SMA, saya punya seorang teman dari Nganjuk bernama Cak To. Dia pernah bercerita tentang berbagai pengalaman gaibnya bersentuhan dengan jin-jin. Bahkan dia pernah mengajak saya mengambil keris yang ada disebuah pohon dikawasan kuburan desa saya. Cak To menyuruh saya untuk menjaga dirinya yang akan mengambil keris dengan melalui media kain putih dan kembang kenongo yang sudah diberi wangi-wangian. Setelah beberapa lama, akhirnya keris itu datang dengan kilatan putih dan ditangkap secara tangkas oleh Cak To. Setelah selesai menangkap keris itu –untuk diketahui, Cak To mengambil keris itu berjarak 3 kilometer dari tempat kerisnya- kemudian Cak to masuk ke Mushola. Di Mushola, dia mematikan lampu, beberapa lama kemudian tiba-tiba datang sebuah batu kecil yang menabrak punggung Cak To. Setelah kami mencari ternyata batu kecil itu adalah cincin akik. Menurut Cak to, akik itu adalah pembantunya keris. Akhirnya keris dan akik dimiliki oleh Cak to. Pengalaman itu adalah pengalaman pertama kegaiban yang aku lihat lewat mata telanjang saya. Percaya tidak percaya itu adalah kenyataan. Cerita lain lagi, yakni Pak Jarwo. Saya bersentuhan dengan dia tatkala menangani kasus kesurupan-kesurupan baik di SMA PGRI, SMA 1, maupun di SMA 3. Keakraban dengan dia, membuat dia banyak bercerita tentang pengalaman gaibnya. Dia pernah bercerita tentang pertarunganya dengan jin Baghdad. Bahkan dia waktu dengan saya, dia pernah mengundang Raja Jin Baghdad. Aku melihat dia diam, seakan-akan bercakap-cakap dalam kegaiban. Aku sendiri tidak bisa melihat jinnya. Mungkin karena belum ditaqdirkan Alloh mampu melihat Jin. Pak Jarwo beberapa kali aku melihat, dia banyak mengunjungi orang-orang di Mojokerto dalam rangka membersihkan ganguan jin di rumah-rumah orang. Pengalaman lainnya, ketika aku bertemu dengan Gus Imam, dia juga bercerita tentang pengalaman gaibnya yang mampu membuka pintu gerbang Majapahit. Dia juga telah mampu berdialog langsung dengan Syekh Jumadil Kubro yang pernah saya teliti. Dan pengalaman-pengalaman gaibnya dalam pertarungan-pertarungan gaibnya pula.
Sebenarnya bukannya saya tidak setuju dengan ungkapan-ungkapan gaib sebagaimana diceritan oleh orang-orang tadi. Tetapi ungkapan-ungkapan tersebut terkesan pamer untuk tidak mengatakan menyombongkan diri. Mereka masih menampakkan kehebatan dirinya. Adegan yang sama pada sihir-sihir dalam pementasan juga terlihat “aku lho bisa”. Dalam kontek tasawuf orang seperti ini masih terpenjara dalam keakuannya. Padahal manusia ketika berhadapan dengan Alloh harus tidak boleh mengaku-aku. Aku tidak bisa apa-apa. Aku bukan siap-siapa. Aku tidak punya apa-apa. Lahaulawalakuwwata ila billahil aliyil adzim. Adapun ilmu-ilmu gaib yang ada itu hanya sarana bukan tujuan. Jika orang riyadloh tujuannya bisa melakukan keanehan-keanehan maka orang ini tertipu. Padahal riyadloh itu hanya untuk taqarub Ilalloh. Jika ilmu tidak bertujuan kepada Alloh maka ilmu tersebut menjadi hijab/penghalang orang menuju Alloh. Orang bisa computer tapi kemudian dia mengaku-ngaku bahwa dia orang paling pinter berarti ilmu itu menjadi hijab. Orang pandai fisika tetapi kemudian mengaku-ngaku dirinya pandai dibanding lainnya maka ilmu itu menjadi hijab dan lain sebagainya. Karenanya segala amaliah tidak diperuntukkan kepada Alloh maka menjadi, meminjam istilah jawanya Muspro, gak nok manfaate.
Jika ingin connect ilalloh, maka ilmu itu harus menjadi 1. Alat untuk taqarub ila lloh 2, Ilmu itu harus menjadi Dzikir 3, Ilmu itu harus menjadikan kesadaran ketahuidan, ke 4, ilmu itu harus menuntun nafsu untuk tunduk kepada Alloh. Tidak hanya ilmu tetapi semua amaliah tindak tanduk harus diperuntukkan Alloh. KATAKAN TIDAK SELAIN ALLOH. PASTI CONNECT ATUH. Selamat mencoba!!!!
Sebenarnya bukannya saya tidak setuju dengan ungkapan-ungkapan gaib sebagaimana diceritan oleh orang-orang tadi. Tetapi ungkapan-ungkapan tersebut terkesan pamer untuk tidak mengatakan menyombongkan diri. Mereka masih menampakkan kehebatan dirinya. Adegan yang sama pada sihir-sihir dalam pementasan juga terlihat “aku lho bisa”. Dalam kontek tasawuf orang seperti ini masih terpenjara dalam keakuannya. Padahal manusia ketika berhadapan dengan Alloh harus tidak boleh mengaku-aku. Aku tidak bisa apa-apa. Aku bukan siap-siapa. Aku tidak punya apa-apa. Lahaulawalakuwwata ila billahil aliyil adzim. Adapun ilmu-ilmu gaib yang ada itu hanya sarana bukan tujuan. Jika orang riyadloh tujuannya bisa melakukan keanehan-keanehan maka orang ini tertipu. Padahal riyadloh itu hanya untuk taqarub Ilalloh. Jika ilmu tidak bertujuan kepada Alloh maka ilmu tersebut menjadi hijab/penghalang orang menuju Alloh. Orang bisa computer tapi kemudian dia mengaku-ngaku bahwa dia orang paling pinter berarti ilmu itu menjadi hijab. Orang pandai fisika tetapi kemudian mengaku-ngaku dirinya pandai dibanding lainnya maka ilmu itu menjadi hijab dan lain sebagainya. Karenanya segala amaliah tidak diperuntukkan kepada Alloh maka menjadi, meminjam istilah jawanya Muspro, gak nok manfaate.
Jika ingin connect ilalloh, maka ilmu itu harus menjadi 1. Alat untuk taqarub ila lloh 2, Ilmu itu harus menjadi Dzikir 3, Ilmu itu harus menjadikan kesadaran ketahuidan, ke 4, ilmu itu harus menuntun nafsu untuk tunduk kepada Alloh. Tidak hanya ilmu tetapi semua amaliah tindak tanduk harus diperuntukkan Alloh. KATAKAN TIDAK SELAIN ALLOH. PASTI CONNECT ATUH. Selamat mencoba!!!!
0 komentar:
Posting Komentar