Senin, Juni 29, 2009

Pengemis Sejati


Ketika berangkat ke sekolah untuk mengajar, pasti saya melewati jalan perempatan jalan yang terdapat lampu lalu lintas. Suatu saat, aku menemui lampu merah, yang mau tidak mau harus menghentikan sepedaku. Biasanya ketika aku berhenti mesti ada pemandangan yang tidak menarik. Sepeda motor berjubel-jubel ingin berada digarda depan, kadang-kadang ada yang menyerobot, belum lagi ada pedagang asongan yang berebutan..de el el. Salah satu pemandangan dilampu merah yang membuat hatiku tertarik untuk mengamati adalah seorang pengemis yang meminta (memangnya ada ta, pengemis yang memberi he…he..). aku mengamati gerak-geriknya. Yang menarik, ketika satu orang yang dimintai tidak memberi, dia berganti ke orang lain untuk meminta, tidak diberi lagi, dia meminta lagi ke orang lain sampai diberi. Pengemis tadi, tiada pernah putus asa untuk meminta. Dia meminta kepada siapa saja tanpa memandang dia kaya ataukah miskin, jelek ataukah tampan, kurus ataukah gendut, keriting ataukah lurus, hitam ataukah kuning, lagi senang ataukah sedih….de el el (mungkin terlalu pusing untuk memikirkannya). Aku melihat gaya dia meminta, mimik yang memelas diiringi dengan suara yang memelas pula. Tangan terus menengadah kepada semua orang. Dia tidak memperdulikan lagi harga diri socialnya yang diinjak-injak oleh mata-mata orang dengan penuh kehinaan. Yang mereka inginkan hanya uang untuk mendamaikan isi perut yang berunjuk rasa ingin dipenuhi. Setelah diberi, biasanya dia mengucapkan terima kasih dengan diiringi doa tanda rasa syukur telah dibagikan rizki kepadanya.
Pengemis mengajarkan kepadaku tentang ilmu mengemis. Mengemis????? Saya pikir-pikir, ternyata kita semua ini pengemis. Bukankah begitu??? Ketika kita ini dalam kesusahan kita ngemis-ngemis kepada Alloh untuk diberi anugerah kenikmatan. Ketika kita ini sedang mengalami kemiskinan kita ngemis kepada Alloh agar diberi rizki…, de el el. Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, camat, Lurah mengemis kepada Alloh agar jabatannya lancar dan langgeng (apalagi pas waktu pilkada, pilgub, pilpres, pil kb, pil….). Pedagang, pengusaha, mengemis kepada Alloh agar diberi kelancaran menjalankan bisnisnya (apalagi pas bangkrut). Siswa, mahasiswa mengemis kepada Alloh agar diberi kelulusan (apalagi pas ujian nasional….). Kyai, ustad, guru, mengemis kepada Alloh agar bisa membina umat dengan baik….de el el. Mbok sadar!!!!!!! Kalau butuh, ngemis-ngemis, kalau tidak butuh, lupa!!!!!! Mungkin terkena amnesia. Kita semua ini pengemis, setuju????? Lalu apa yang kita sombongkan dari diri kita?????? Bukankah itu semua adalah pemberian-Nya????? kalau kita ini sudah menyadari bahwa hakekatnya kita semua ini pengemis mbok yao (agar, supaya) belajar kepada orang pengemis. Pengemis itu pertama, selalu merendahkan dirinya dihadapan yang memberi. Tidak sepantasnya kita berdoa dengan membusungkan dada dihadapan Alloh apalagi sampai mengancam (Lihat dong Filmnya Aming “Akibat doa Mengancam”) atau menyuruh-nyuruh Alloh menuruti nafsu kita. Rata-rata orang berdoa itu ingin Alloh menuruti nafsunya. Aku ingin ini Ya Alloh……Aku ingin itu Ya Alloh…… Jika tidak dituruti biasanya dia akan memaki-maki Alloh. Alloh tidak adil…..Alloh tidak sayang sama aku…… Nah??????ini lho bedanya doa lillah dengan doa nuruti nafsu!!!!! Mesti ujung-ujungnya menyalahkan taqdir. Kalau sudah menyalahkan taqdir berarti menyalahkan kebijakan Alloh. Alloh tidak adil padahal Maha Adil. Alloh tidak sayang padahal Maha Kasih. Berbeda dengan do’a lillah, jika tidak diberi itu urusan Alloh. Semuanya dipasrahkan Alloh. Kita berdoa karena memang disuruh bukan hanya meminta saja. Karena berdoa merupakan bagian dari perintah berarti wajib. Kalau ada orang yang bilang bahwa, apa kalau kita tidak berdoa Alloh tidak memenuhi kebutuhan kita? Apakah Alloh tidak tahu kebutuhan kita? Memangnya Alloh Tuli apa? sampai-sampai kamu semua berdoa terus menerus? He…he…he bagaimana? Bihun!!!! Kita jawab, berdoa adalah perintah. Perintah adalah perintah. Kita cuma sami’na wa ato’na. Tidak usah ngeyel. Kenapa disuruh berdoa padahal tanpa berdoa sekalipun Alloh juga bakalan memberi????? Karena, Alloh menginginkan kamu untuk tidak sombong dihadapan Alloh. Agar ada perasaan butuh sama Alloh. Agar kamu merasa rendah dihadapan Alloh. Agar ada perasaan ketergantungan hatimu pada Alloh. Agar ada perasaan bahwa kamu itu tidak bisa apa-apa karena semuanya yang nentukan itu Alloh. Taqdirmu ditentukan Alloh. Kita ini tidak bisa apa-apa, bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Yang siapa-siapa itu hanya Alloh. Yang bisa apa-apa itu hanya Alloh. Yang punya apa-apa itu hanya Alloh. Makanya kita ngemis, karena kita semua adalah Fakir. Fakir dihadapan Alloh.
Kedua, Pengemis itu mengajarkan kepada kita semua bahwa ketika kita meminta jangan sampai putus asa. Jika kita meminta kepada Alloh jangan sampai putus asa untuk berdoa dan berharap kepada Alloh. Kenapa? Karena yang memberi adalah Alloh. Yang namanya Pemberi, itu memiliki hak prerogratif, hak untuk memberi dan tidak memberi. Namun karena Alloh sudah janji (ud’uni astajiblakum) bahwa siapa yang mengemis (berdoa) pasti akan diberi, pasti itu akan diberi. Cuma menunggu waktu, sampai kapan kira-kira anda siap untuk diberi. Meskipun menurut anda bahwa anda siap untuk diberi tetapi di mata Alloh anda belum siap untuk diberi. Saya contohkan, ada anak usia 3 tahun meminta sebilah pisau yang sangat tajam, kira-kira ibunya memberi pisau? Tentu tidak, karena bagi anak 3 tahun pisau itu sangat berbahaya. Tetapi jika anak tiga tahun itu sudah menginjak usia 15 tahun pasti akan diberi, karena ibunya mengharap dengan sebilah pisau itu sang anak bisa ngiris bawang, lombok, tomat dll. Tinggal nunggu waktu yang pas. Pas pada masanya dan pas pada tingkat derajat kita menerima anugerah itu. Jangan sampai kita ini putus asa dari mengharap rahmatnya Alloh, karena orang yang berputus asa dari rahmatnya Alloh adalah orang kafir yang akan mendapatkan adzab Alloh yang sangat pedih, sebagaimana surat al-Ankabut ayat 23: “…….mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih”

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*