Saya pernah diceritai oleh salah satu murid tentang pengalamannya yang menarik. Ketika dia habis berkunjung dari saudaranya yang sakit di Rumah Sakit Umum Mojokerto, dia ditegur oleh salah seorang pengunjung. “Dik, sampean iki agama Islam apa?” mendengar pertanyaan ini dia kemudian menjawab “Saya ini Islam”. “Kok pakek Jubah plus kakinya dikasih kaos kaki?”. Mendengar pertanyaan ini, sontak muridku ini tertawa terkekeh-kekeh…wekek kek kek…….. memangnya tidak boleh pakai Jubah? Wong pakai rok bikini saja boleh? Dan itu masih dicap Islam….wekekekeke…….Cerita ini hampir mirip dengan pengalaman istriku dan pengalamanku sendiri. Istriku itu kebetulan punya koleksi Jilbab banyak. Salah satu jilbab yang dipakai mirip jilbabnya LDII/LAMKARI. Ketika dia memakai dalam perjalanan, banyak orang mengira bahwa dia sudah menjadi anggota LDII. Begitupun ketika dia memakai jilbab yang longgar, banyak orang mengira bahwa dia seperti orang HTI. Ketika dia memakai jilbab biasa orang menganggap dia orang NU. Pengalaman saya sendiri, Saya pernah menukar jaket dengan temanku. Kebetulan jaket temanku itu ada tulisannya KAMMI. Waktu aku mengisi bareng SKI SMAGHA bersama dengan anak PKS, anak PKS ini menegur dengan begitu antusias dan berbinar-binar , “Mas Isno, antum ini juga golongan kami toh, antum anak KAMMI iya?”. Saya kaget, tetapi faham, mungkin anak PKS ini terkecoh dengan jaketku. Kemudian aku menjawab “Afwan, jaket ini milik temanku”. Dia langsung kecut. Wekekekekekek. Begitupun dengan cerita ketika aku memakai jenggot, orang mengira aku adalah Islam garis keras. Namun ketika aku ikut Tahlilan orang mengira aku adalah orang NU. Waktu dulu ketika saya masih mahasiswa, saya pernah ikut menjadi tim sukses PAN, orang mengira aku adalah orang Muhammadiyah. Waktu aku berdiskusi dengan pemikiran-pemikiran kritis orang mengira aku adalah Islam Liberal. Waktu orang melihat aku yang suka suka wiridan, berbaju sederhana dan berbicara ilmu hikmah, orang mengira aku adalah sufi. Wekekekek. Memangnya sudah demikian “ADUH BEE PARAH IK”, sehingga orang terkecoh dengan penampilan. Ternyata penampilan baju itu sudah bisa menandakan jenis kelamin Islam seseorang. “kamu Islam itu ya? kamu Islam ini ya?”. ashabiyah atau golongan itu sudah begitu parah. Kita tidak menjadi manusia merdeka. Karena segala gerak penampilan itu memenjaran seseorang masuk dalam golongan tertentu. Yang lebih parah, jika penampilan itu menjadi mewakili kepribadian seseorang. Contoh dengan memakai sorban, baju koko dan kopyah putih kita sudah bisa dipandang orang alim. Ketika kita pake baju hitam, berkaca mata hitam, rambut sangar, kita sudah bisa dikatakan preman. Bukankah sekarang ada bajingan yang macak kyai, dan kyai yang macak preman? Ah……benar-benar menipu. Kita terkecoh dengan penampilan. Namun aku sarankan kepada kalian semua. Biarkan orang mau bilang apa dengan penampilan kita, yang terpenting dalamnya penampilan yang selalu taqarub ilallah. Ndak begitu penting apakah itu bajunya HTI, PKS, NU, Muhammadiya dll. Yang penting ENGKAU ISLAM. ISLAM TANPA JENIS KELAMIN.
Rabu, Juni 10, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar