Senin, April 18, 2011

Saat di Bandung dalam Work Shop Pendidikan Karakter

Minggu, April 17, 2011

Penghalang Doa

Dikisahkan, bahwa di zaman Nabi Musa AS, Bani Israil dilanda kekeringan panjang. Tumbuh-tumbuhan kering dan hewan-hewan mati bergelimpangan. Untuk mengatasi kekeringan yang mematikan itu, Nabi Musa AS dan tujuh puluh orang pemimpin puak-puak Bani Israil keturunan nabi keluar ke tengah padang dan berdoa memohon pertolongan Allah. Mereka menunjukkan kebenaran dan ketundukannya. Dengan merasa diri hina dan penuh ketundukan, mereka mendekatkan diri sebagai hamba yang lemah tak berdaya. Selama tiga hari mereka menangis dengan harapan doa mereka dikabulkan, tetapi hujan tidak turun juga.

Setelah melihat doanya belum terkabul, Nabi Musa AS berkata,”Ya Allah, Engkau telah berfirman “berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya”. Sungguh, kami semua telah berdoa kepada-Mu dan hamba-hamba-Mu sangat membutuhkannya dan sudah pula menghinakan diri di hadapan-Mu.” Lalu Allah bersabda kepada Nabi Musa AS,”Wahai Musa, sesungguhnya di dalam kaummu banyak orang yang makanan mereka berasal dari sebab haram. Juga banyak yang menjulurkan lidahnya untuk ghibah dan mengadu-domba. Mereka berhak mendapatkan amarah-Ku. Sedangkan engkau meminta rahmat untuk mereka. Bagaimana mungkin dapat bertemu antara rahmat dan azab?”

Nabi Musa AS bertanya,”Siapakah mereka itu wahai Tuhanku, sehingga kami bisa mengeluarkan mereka dari golongan kami?” Allah berfirman,”Wahai Musa, aku bukanlah Dzat yang membeberkan kesalahan dan bukan pula pengadu domba. Tetapi bertobatlah kalian dengan hati yang ikhlas. Mudah-mudahan mereka juga ikut bertobat bersama kalian, sehingga Aku berbuat dermawan kepada kalian semuanya.”

Nabi Musa AS dan ketujuh puluh orang pemimpin puak-puak Bani israil itu mengumpulkan semua Bani Israil. Setelah berkumpul, Nabi Musa AS memberitahukan kepada mereka tentang wahyu Allah itu. Orang-orang Israil yang maksiat ikut mendengarnya. Mereka ketakutan. Airmata mereka mengalir. Lalu bersama-sama dengan Bani Israil lain mereka bertaubat dengan berkata,”Ya Tuhan kami, kami dating kepada-Mu dan lari menjauhi dosa-dosa kami, kami kembali mencari pintu ampunan-Mu. Kasihanilah kami, wahai Dzat Yang Maha Penyayang.” Mereka terus berdoa seperti itu sampai turun hujan, sebagai bukti taubat mereka diterima Allah.

Macam Macam Kejujuran

Ada enam tingkatan kejujuran. Orang yang mencapai derajat kejujuran yang sempurna layak disebut sebagai orang yang benar-benar jujur, antara lain:
Pertama, jujur dalam perkataan, di setiap situasi, baik yang berkaitan dengan masalalu, kini dan yang akan datang. Kejujuran ucapan ini punya dua sisi kesempurnaan:
Waspada terhadap ucapan yang bersifat pamer. Walaupun ucapan itu sendiri benar adanya, tapi dipahami sebagai lawan kata dan kebenaran. Kedustaan yang diwaspadai dipahami sebagai lawan kebenaran, sebab hati mendapatkan bentuk kedustaan yang berasal dari dusta lisan. Dan bila arah hati telah bergeser dari kebenaran menuju arah yang menyimpang, maka kebenaran itu tidak dapat mengejawantah pada hati secara benar, sehingga penglihatan-penglihatan hati tidak benar/jujur pula. Penampakan amal itu tidak masuk dalam kategori ini sebab ia sendiri merupakan kejujuran, atau suatu hal yang benar adanya. Namun, penampakan amal itu terjerumus dalam larangan.
Masa bodoh terhadap arti ucapan. Ini tidak seharusnya dilakukan, kecuali dengan tujuan yang benar. Penyempurnaan sisi kedua ini adalah hendaknya memelihara kejujuran dalam seluruh pembicaraan bersama Allah Swt. Jadi, ketika mengucapkan, ”Aku hadapkan wajahku,” kemudian dalam hatinya terbetik sesuatu selain Allah, maka dia itu adalah pendusta.

Selanjutnya, pada saat mengucapkan, “Kepada-Mu aku menyembah,” padahal dirinya adalah budak dunia atau budak hawa nafsunya, atau budak orang lain, tentu sulit sekali pembenaran ucapan itu pada hari Kiamat nanti. Karena itulah, Nabi Isa as. berkata, “Wahai budak dunia!”

Dan Nabi Saw. kita bersabda: “Celakalah hamba dirham dan hamba dinar!” (Al-Hadis).

Kedua, kejujuran dalam niat. Hal itu berupa pemurnian, yang menjurus pada kebaikan. Jika di dalamnya terdapat unsur campuran lainnya, berarti kejujuran kepada Allah Swt. telah sirna. Karenanya, orang semacam itu disebut, “Si jujur bermuka masam, dan si jujur bermuka manis”.
Apabila murni, hal itu dikembalikan pada substansi keikhlasan itu sendiri.

Ketiga, kejujuran dalam bertekad. Seseorang bisa saja mempunyai tekad yang bulat untuk bersedekah bila dikaruniai rezeki. Juga bertekad untuk berbuat adil bila dikaruniai kekuasaan. Namun adakalanya tekad itu disertai dengan kebimbangan, tapi juga merupakan kemauan bulat yang tanpa keragu-raguan. Orang yang mempunyai tekad yang bulat lagi kuat disebut sebagai orang yang benar-benar kuat dan jujur.

Keempat, memenuhi tekad. Seringkali jiwa dibanjiri dengan kemauan yang kuat pada mulanya, tapi ketika menginjak tahap pelaksanaan, bisa melemah. Karenajanji tekad yang bulat itu mudah, namun menjadi berat ketika dalam pelaksanaan.
Oleh karena itu, Allah Swt. berfIrman: ”Ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (Q.s. A1-Ahzab: 23).

Allah swt. juga berfirman: “Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah ... dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga,) karena mereka selalu berdusta.” (Q.s. At-Taubah: 75-7).Kelima, kejujuran dalam beramal. Tidak mengekspresikan hal-hal batin, kecuali batin itu sendiri memang demikian adanya. Artinya, perlu adanya keselarasan dan keseimbangan antara yang lahir dan yang batin. Orang yang berjalan tenang misalnya, menunjukkan bahwa batinnya penuh dengan ketentraman. Bila ternyata tidak demikian, dimana kalbunya berupaya untuk menoleh kepada manusia, seakan-akan batinnya penuh dengan ketentraman, maka hal itu adalah riya’. Sebaliknya, bila hatinya tidak berpaling kepada manusia, tapi tiba-tiba lalai, itu bukanlah riya’. Namun dengan demikian, kejujuran menjadi sirna, karenanya Rasulullah Saw. pun berdoa: “YaAllah, jadikanlah batinku lebih baik daripada lahirku, dan jadikanlah untukku ekspresi lahir yang baik.”



Abdul Wahid berkata, “Hasan Bashri adalah orang yang paling tekun melakukan amal yang diperintahkan, dan paling keras meninggalkan sesuatu yang dilarang. Aku belum pernah menyaksikan orang yang batinnya sama dengan lahirnya.”

Keenam, kejujuran dalam maqam-maqam agama. Ini adalah peringkat kejujuran tertinggi. Seperti maqam takut (khauf), harapan (raja’), cinta (hubb), ridha, tawakal dan lain-lain.

Aneh

Aneh ya?
Orang ingin semua orang jujur kepadanya
Tetapi ia sendiri tidak jujur dalam berbicara dan berbuat

Aneh ya?
Orang ingin semua orang sopan kepada dirinya
Tetapi ia sendiri tidak sopan kepada orang lain

Aneh ya?
Orang ingin semua orang menghargai dirinya
Tetapi ia sendiri tidak menghargai orang lain

Aneh ya???
Orang ingin semua orang mencintai dirinya
Tetapi ia sendiri tidak memiliki cinta kepada lainnya.....

Sisi sifat Baiknya Anjing

“Sufi Hasan al-Bashri telah berwasiat tentang sepuluh sifat di dalam diri anjing yang mesti dimiliki oleh seorang beriman,” kata Guru Sufi menerangkan,”Pertama, anjing suka lapar, di mana itu menjadi kegemaran dan kebiasaan hidup Orang-orang Shalih. Kedua, anjing tidak memiliki tempat tinggal tertentu, di mana hal itu merupakan ciri-ciri dan tanda Orang-orang Tawakkal. Ketiga, anjing tidak tidur pada malam hari kecuali sedikit, itulah tanda-tanda kehidupan para Pecinta Tuhan. Keempat, anjing waktu meninggal dunia tidak meninggalkan warisan, itulah ciri dan tanda Orang-orang Zuhud. Kelima, anjing tidak pernah meninggalkan tuannya meski dihardik dan dijauhi, itulah tanda muriid yang benar dalam kesetiaan kepada gurunya. Keenam, anjing rela ditempatkan di tempat yang paling rendah sekali pun di muka bumi, itulah tanda dan ciri Orang-orang Tawadhu’. Ketujuh, anjing saat diusir dari satu tempat, dia akan meninggalkannya dan pindah ke tempat lain dengan sukarela, itulah tanda dan ciri Orang-orang Ridho. Kedelapan, anjing jika dipukul, diusir, diasingkan, dan dikecewakan, dia menerimanya dengan tulus dan tidak merasa dendam atas apa yang diterimanya, itu adalah tanda dan ciri Orang-orang Khusyuk. Kesembilan, saat makanan dihidangkan, anjing selalu duduk menunggu, itu ciri Orang-orang Fakir. Kesepuluh, anjing saat mengembara tidak pernah menengok ke tempat asalnya, itulah tanda dan ciri Musafir ruhani sejati.”

Laki laki dan Emas

Laki laki dan Emas

Seorang ustadz di pesanren sedang menjelaskan tentang pandangan beberapa mazhab fiqih mengenai perhiasan emas yang dipakai oleh lelaki muslim.

“Menurut Imam Syafi’i seorang laki-laki muslim haram hukumnya memakai perhiasan emas. Namun boleh menurut Imam Maliki….”

Diskusi jadi panjang, ketika muncul pertanyaan bagaimana menurut mazhab syafi’i, lelaki yang menggunakan batu permata seperti berlian yang harganya lebih mahal dari emas, atau menggunakan batu zamrud yang nilainya ratusan juta? Apakah halal atau haram?

Sang Ustadz memberi argumen ngalor ngidul, yang dinilai cukup masuk akal.

Tiba-tiba, seorang gadis dalam arena itu penasaran bertanya?
“Kenapa sih Pak Ustadz, laki-laki tidak boleh menggunakan perhiasan emas, sedangkan kami boleh? Apakah Allah membuat perbedaan gender dalam kasus ini?”
“Ya, memang.…Tapi karena kaum lelaki sudah dipanggil Mas…Mas…Maaaaasss…untuk apa pakai emas segala?”

He he he…Nggak lucu ah

Seorang Pekerja pada proyek bangunan memanjat ke
atas pohon yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus
menyampaikan pesan penting kepada teman
kerjanya yang ada dibawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak,
tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising
dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga
usahanya sia-sia.
Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada
dibawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan
temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu
bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang
kedua pun memperoleh hasil yang sama.
Tiba-tiba dia mendapatkan ide. Ia mengambil batu kecil lalu
melemparkan ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala
temannya, dan karena merasa sakit temannya menengadah ke
atas ? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang
berisi pesannya.
***
Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan
untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Seringkali Allah
melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk
membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena itu, agar kita
selalu mengingatkan kepada-Nya, Allah sering manjatuhkan
“batu kecil” kepada kita.

“Wahai Rasulullah, amalan apakah yg paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lg, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yg membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lg dari awal.” (HR. Tirmidzi)

orang ikhlas itu seperti orang mengantuk
orang yang mengantuk tetaplah mengantuk ‘teklak-tekluk’ sendiri
Maka sholatlah seperti orang mengantuk [bukan sholat sambil mengantuk], dalam arti kalau sholat itu benar-benar menghadap Allah, tidak memperdulikan yang lain, sebagaimana orang yang mengantuk yang tidak pernah tengak-tengok kiri kanan

Arah Iblis

Gangguan iblis dari arah depan berwujud keraguan di hati kita terhadapa Allah, ada rasa su’udzhon kepada Allah. Ganguan dari arah belakang berwujud tarikan yang berat untuk melangkah ke depan ke arah kebaikan yang selaras dengan kehendak Allah. Dari arah kanan iblis membuat keraguan dalam masalah agama semisal dalam masalah hukum, maka iblis akan menggoda manusia memberikan pilihan sesuai kecenderungan nafsunya, umpama pilihannya adalah boleh dan tidak, maka yang boleh akan dicarikan dalilnya yang tidak pun akan dicarikan dalilnya. Godaan iblis dari arah kiri adalah dengan mengajak manusia berkecenderungan maksiat.

Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.

Makanan Halal, Pentingkah????

manusia itu sedikit atau banyak pasti terpengaruh karakternya dengan apa yang dimakan, apa yang masuk ke mulutnya. Karena itu Allah memebrikan tuntunan dalam masalah makanan. Ini lho yang namanya agama, urusan kecil seperti makanan pun diatur. Sebab kalau makanan yang dimakan baik maka pikiran pun akan juga baik, hati akan baik, demikian juga dengan prilaku. Karena itu tuntunannya adalah bahwa makanan itu tidak cukup dengan halal saja tetapi juga toyibah.

Ada yang halal tetapi tidak baik, contohnya daging kambing itu halal, tetapi kalau bagi orang yang mempunyai sakit darah tinggi maka daging kambing itu halal tetapi tidak baik.

Bagai manusia yang hendak mendekat kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka hal pertama yang harus dijaga adalah apa yang masuk ke mulut dan apa yang keluar dari mulut. Yang masuk ke mulut yaitu makanan dan minuman, sedangkan yang keluar adalah kata. Kalimat dan ungkapan-ungkapan.

Ada seorang waliyullah yang ditanya bagaimana bisa mencapai maqom waliy, maka dijawab bahwa hal itu ditempuh dengan benar-benar mengabdi kepada Allah yang maha Agung dang menjaga makanan yang masuk ke mulut dengan yang halal saja, na’budu jalal wa na’kulul halal.

Janganlah sekali-kali engkau menjadi orang yang keburukannya lebih kuat daripada kebaikannya, kekikirannya lebih kuat daripada kedermawanannya, dan kekurangannya lebih kuat daripada kebajikannya.

Semulia-mulia raja adalah yang tidak dicampuri kesombongan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sekaya-kaya orang adalah yang tidak tertawan oleh ketamakan. Sebaik-baik kawan adalah yang tidak menyulitkan kawan-kawannya. Dan sebaik-baik akhlak yang paling dapat membantunya dalam ketakwaan dan ke-wara `-an (kehati-hatian dalam beragama).

Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.

Pertahanan Indonesia

ada 3 kepala polisi dari berbagai negara berkumpul. mereka semua membincangkan anggaran kepolisian yang diberikan oleh negaranya sebagai bentuk pertahanan sebuah negara.
dari Inggris menceritakan dengan bangga:
" Negaraku memberikan APBN untuk polisi 25 % dari seluruh belanja negara. dengan anggaran itu kami bisa memiliki senjata-senjata canggih"
yang dari perancis berbicara lebih bangga
"Wah masih hebat negaraku. Negara kami menganggarkan 30% dari APBN negara. sehingga setiap polisi memiliki mobil dan senjata lebih canggih lagi"
Polisi AMerika lebih bangga lagi.
"Masih hebat negaraku. Negaraku menganggarkan untuk kepolisian 40 % dari APBN. setiap polisi diberikan senjata supercanggih produk terbaru. mereka juga bisa sejahtera dengan gaji tinggi"
dan berbagai polisi polisi lainnya bergantian mengungkapkan kebanggaan negaranya yang perhatian kepada kepolisian dengan anggaran yang tinggi. tinggal satu negara yang belum mengungkapkan yakni Indonesia. Semua negara menunggu ungkapan polisi asal Indonesia.
" Semuanya lebih canggih Indonesia"
"Berapa persen Indonsia menganggarkan APBN nya untuk Polisi" tanya polisi AMerika.
" 5 %"
"Itu buat apa?"
"Kami lebih canggih dari kalian semua. dana besar dapat besar dan canggih wajar. tapi di Indonesia dengan dana 5 % semua polisi bisa bertahan hidup sampai mati"
"Kok bisa?"
"Polisi polisi tinggal dibelikan peluit. mereka semua sudah bisa menghidupki keluarganya masing-masing. Jadi tidak usah diberikan gaji tinggi tetapi mereka sudah bisa hidup sejahtera. karenanya 5 % dana negara sudah lebih dari cukup untuk bertahan hidup"
"Kok bisa ya?"...........................................................................

Tahanlah dirimu dari suatu jalan jika engkau khawatir akan tersesat di dalamnya. Sebab, menahan diri ketika ragu akan tersesat lebih baik daripada menaiki sesuatu yang menakutkan.

Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi: (pertama), tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (Kedua), tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (Ketiga), tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh.

Zuhud seluruhnya terdapat di antara dua kalimat dari ayat Alqur’an. Allah SWT berfirman: supaya kamu tidak berduka atas apa yang luput darimu, dan tidak terlalu gembira atas apa yang diberikan Nya kepadamu (QS 57:23) . Maka, barangsiapa yang tidak berduka atas apa yang telah lewat, dan tidak terlalu bergembira dengan yang didapat, dia telah mengambil zuhud dalam kedua sisinya (secara sempurna).

Sesungguhnya orang-orang yang zuhud di dunia, hati mereka menangis walaupun mereka tertawa, kesedihan mereka bertambah wa laupun mereka berbahagia, dan mereka membenci diri mereka wa laupun mereka senang dengan rezeki yang dikaruniakan kepada mereka.

10 Musibah Yang Menimpa rakyat Mesir dibawah Rezim Firaun

Pertama-tama, Air di seluruh mesir berubah menjadi darah. Ikan-ikan di sungai mati. Air sungai berbau busuk. Tapi tukang sihir Fir’aun meyakinkan bahwa itu adalah peristiwa alam biasa. Yang kedua, berpuluh-puluh juta katak merayap dari sungai memasuki istana, rumah pegawai, rumah rakyat, bahkan merayap di pemanggangan roti. Bangkai katak bertumpuk-tumpuk seperti bukit-bukit kecil menimbulkan bau busuk dan penyakit. Fir’aun yang ngeri menyaksikan kemunculan katak-katak itu memohon kepada Musa AS agar berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan menyingkirkan katak-katak itu. Fir’aun berjanji akan memenuhi keinginan Musa AS. Namun setelah Musa AS memenuhi keinginan Fir’aun, raja Mesir ketawa-ketawa menertawakan kebodohan Musa AS yang gampang dibohonginya.”

Tulah yang ketiga, Allah menaburkan bermiliar-miliar nyamuk ke segenap penjuru negeri Mesir laksana tebaran debu. Dengan ganas nyamuk-nyamuk itu mengerumuni binatang dan manusia. Orang-orang bergelimpangan mati akibat penyakit yang disebar nyamuk. Bangkai hewan yang tewas dikerumuni nyamuk bergelimpangan menebarkan bau busuk. Para tukang sihir menyatakan bahwa nyamuk-nyamuk itu menyerang sebagai tindakan Tuhan. Namun Fir’aun bergeming mengakui kesalahan.”

“Tulah yang keempat, Allah menghamburkan berpuluh miliar lalat pikat memenuhi negeri Mesir. Desa-desa sampai istana penuh lalat pikat. Rakyat Mesir sangat menderita, karena telur-telur lalat pikat itu saat menetas menjadi bermiliar-miliar ulat sebelum jadi lalat. Fir’aun memanggil Musa AS dan Harun AS. Fir’aun meminta agar dua bersaudara itu memohon kepada Tuhan untuk menyingkirkan lalat-lalat pikat itu. Seperti biasa, Fir’aun berjanji akan memenuhi keinginan Musa AS, membebaskan Bani Israil dari perbudakan. Dan saat nyamuk menghilang, Fir’aun ingkar janji dan menertawakan lagi Musa AS yang kena lagi dibohonginya.”

“Tulah yang kelima, Allah menurunkan kuman dan bakteri campak yang menyerang seluruh binatang orang Mesir. Kuda, keledai, unta, lembu, domba, kambing, dan hewan peliharaan lain bergelimpangan mati terkena campak. Bangkai hewan bergelimpangan menebarkan bau busuk. Tulah yang keenam, Allah menebarkan bara ke seluruh penjuru negeri Mesir. Debu yang berterbangan di seluruh mesir dari hitam menjadi merah menyala. Tapi Fir’aun bergeming.”

“Tulah yang ketujuh, Allah menurunkan hujan es yang membinasakan ternak dan segala tumbuhan. Orang-orang Mesir pun bergelimpangan tewas dihantam hujan es. Lalu Fir’aun meminta agar Musa AS berkenan berdoa kepada Tuhan agar hujan es redah. Fir’aun pun seperti hobby-nya, berjanji akan mengabulkan keinginan Musa AS, yaitu membebaskan Bani Israil dari perbudakan. Namun saat hujan es berhenti, Fir’aun kembali terkekeh-kekeh menertawakan kenaifan Musa AS yang lagi-lagi kena ditipunya.”

“Tulah yang kedelapan, Allah mendatangkan bermiliar-miliar belalang yang menutupi permukaan bumi hingga orang tidak lagi melihat tanah. Seluruh tumbuhan habis dimakan belalang. Mesir tidak ada lagi pohon hidup. Fir’aun yang takut, meminta lagi agar Musa AS memohon kepada Tuhan untuk menghalau belalang-belalang itu. Fir’aun pun berjanji akan memenuhi keinginan Musa AS, melepaskan Bani Israil dari perbudakan. Dan seperti pepatah Jawa – Ciri wanci ginowo mati – untuk kali ke sekian setelah belalang-belalang hilang dari Mesir, Fir’aun berbohong lagi. Kembali ia ketawa-ketiwi, menertawakan kepolosan Musa AS yang masih bisa dibohonginya.”

“Tulah yang kesembilan, Allah membuat Mesir gelap gulita selama tiga hari. Orang tidak bisa melihat apa pun saat itu, bahkan melihat tangannya sendiri pun tidak bisa. Tapi Fir’aun tetap bergeming. Lalu Allah pun menjatuhkan tulah kesepuluh, yaitu membunuh seluruh anak sulung Mesir. Demikianlah, anak sulung Fir’aun pun mati. Anak sulung pelayan Fir’aun mati. Seluruh anak sulung mesir mati, termasuk anak sulung hewan. Musa AS yang tidak percaya lagi dengan apa pun yang diucapkan pembohong besar seperti Fir’aun tak menggubris apa pun yang dikatakan maharaja dusta itu. Demikianlah, Musa AS atas permintaan rakyat Mesir, meninggalkan Mesir bersama Bani Israil.”

Perawat Sejati

Manusia tidak memperhatikan kalau dirinya seperti bayi di tangan perawat. Kadang ia bahagia, kadang sedih, atas apa yang terjadi padanya. Kadang perawat mencela anak-anak, kadang menenangkannya. Ada saatnya ia memukulnya, ada saatnya pula berbagi penderitaannya. Pribadi yang dangkal, orang asing yang lewat, mungkin berpikir bahwa perawat tersebut tidak menghiraukan anak-anak. Bagaimana ia tahu kalau hal demikian memang seharusnya dilakukan perawat?

Tentang Dia

Jangan membicarakan kepiluanmu — karena Dia yang berbicara.
Jangan mencari-Nya — karena Dia yang mencari.
Dia bahkan merasakan sentuhan kaki semut;
Bila batu di bawah air bergerak –
Dia mengetahuinya.
Jika ada cacing di bebatuan
Dia tahu tubuhnya, lebih kecil dari atom.
Suara doanya, dan maksudnya yang tersembunyi,
Dia tahu melalui pengetahuan Ilahiah-Nya.
Dia memberi cacing makanannya;
Dia telah menunjukkan kepadamu jalan Ajaran

TUKANG BINATU DAN TUKANG PERIUK

Dahulu kala, ada seorang tukang binatu yang saleh. Ia tinggal di sebuah rumah, dan bertetangga dengan seorang tukang periuk. Walaupun rumah keduanya bersebelahan, namun mereka mempunyai sifat yang jauh berbeda.
Bila si tukang binatu sangat alim, rajin mengerjakan shalat, ramah dang rendah hati, maka si tukang periuk sebaliknya. Tak heran bila si tukang binatu banyak mempunyai langganan dan disukai kawan – kawannya, sedangkan si tukang periuk tidak. Inilah yang menyebabkan timbulnya niat jahat dalam hati si tukang periuk.
Kebetulan, sang raja yang memerintah negeri itu sedang mengadakan sayembara. Barangsiapa yang bias membersihkan ( memandikan ) gajah milik baginda, hingga kulitnya menjadi putih bersih, maka akan dianugerahi emas permata yang banyak.
Segera si tukang periuk menghadap raja, dan memberitakan kabar bohong, bahwa si tukang binatu akan sanggup mencuci ( memandikan ) gajah milik raja, hingga kulitnya menjadi putih bersih. Sang raja begitu tertarik, dan memerintahkan pengawalnya untuk memanggil tukang binatu menghadap kepadanya.
Maka pucatlah wajah tukang binatu setelah mengetahui maksud sang raja. “Ampun baginda, siapa yang sanggup memandikan ( mencuci ) kulit gajah hingga menjadi putih? Hamba cuma tukang binatu saja. Yang hamba cuci setiap hari hanyalah pakaian. Hamba tak mungkin bias memenuhi permintaan baginda.”
Baginda agaknya sudah termakan hasutan si tukang periuk. Beliau marah besar mendengar ucapan si tukang binatu.
“Penjarakan dia!” teriak baginda raja yang marah menyuruh para pengawal untuk menghukum tukang binatu.
“Ia telah melawan kehendakku!”
Dengan menangis, si tukang binatu mohon ampun. Tapi baginda raja tetap pada keputusannya. “Ampun baginda…, ampun baginda. janganlah hamba dimasukkan ke dalam penjara,” pinta tukang binatu memohon.
Di dalam penjara si tukang binatu berpikir, “Ini pasti perbuatan si tukang periuk. Sebab saya lihat waktu aku memohon ampun kepada baginda raja, dia malah tersenyum – tersenyum senang. “ Karena terpaksa dan untuk membela diri, maka timbullah niat jahat si tukang binatu untuk memberi pelajaran kepada tukang periuk.
Esok harinya, tiba – tiba si tukang binatu menyatakan kesanggupanya untuk mencuci (memandikan) gajah milik Baginda raja tersebut hingga putih bersih kulitnya. “Tapi saya mengajukan syarat!” usul si Tukang Binatu.
“Katakan, apa syarat yang ingin engkau ajukan?” desak Sang Raja.
“Saya memerlukan periuk yang besar dan kuat, agar saya mudah mencuci gajah milik Baginda!”begitu syarat yang di ajukan.
Karena kepandaian si Tukang Periuk begitu tersohor di seluruh negeri, maka sangRaja segera memerintahkan kepada si Tukang untuk membuat periuk yang besar dan kuat untuk dimasuki gajah.
Dengan sekuat tenaga, si tukang periuk berusaha memenuhi perintah sang raja. Tapi beberapa kali ia gagal. Periuk yang dibuatnya tak kuat dimasuki gajah milik baginda raja. Maka keringat dingin pun segera membasahi seluruh tubuhnya. “Ampun baginda…, sebenarnya saya…, “ kata tukang periuk merengek – rengek minta ampun.
“Diam, kau!” bentak sang raja.
Menggigil tubuh si tukang periuk dibuatnya. Akhirnya seperti nasib si tukang binatu, maka si tukang periuk pun dimasukkan ke dalam penjara.
Beberapa hari kemudian, sang raja menengok keduanya di dalam penjara. “Ketahuilah oleh kalian berdua,” ucap sang raja kepada tukang binatu dan tukang periuk, “Sesungguhnya kalian berdua tidak bersalah. Coba kalian pikir, mungkinkah kulit seekor gajah bias putih tanpa diberi warna? Begitu juga, mungkinkah ada sebuah periuk yang kuat untuk dimasuki gajah sebesar itu?”
“Oleh karena itu,” kata sang Raja lebih lanjut, “Aku dating ke penjara ini akan membebaskan kalian berdua dan bahkan akan menganugrahi kalian masing-masing sekantong emas. Tapisebelumnya aku ingin tahu. Akan kalian pergunakan untuk apa emas sebanyak itu?”
Keduanya hanya terdiam. Sang Raja pun tahu bahwa keduanya masih binggung untuk dipergunakan apa uang sebanyak itu. Karena itu, langsung saja keduanya dikeluarkan dari penjara dan diberi uang emas sekantung –sekantung.
Seminggu kemudian, sang Raja memerintahkan kedunya menghadap . “Aku tak tahu,” ujar baginda Raja,” siapa sebenarnya di antara kalian yang bersalah?”
“ Demi Allah,” sahut si Tukang Periuk. “Dia yang bersalah,” tunjuknya kea rah Tukang Binatu.
“Allah-lah yang tahu, siapa sebenarnya yang pembohong!” balas si Tukang Binatu.
“Dan kau, wahai Tukang Periuk. Untuk apa uang yang telah aku berikan itu?” Tanya Baganda Raja.
“ Uang itu saya pergunakan untuk mengadakan pesta semalam suntuk sebagai tanda rasa syukurku memperoleh anugerh itu dank arena Baginda juga sudi mengampuni kesalahan yang telah aku lakukan,” jawab si Tukang Periuk.
“Lalu untuk kau sendiri?” Tanya sang Raja kepada Tukang Binatu.
“Ampun Baginda! Hamba tidak ingin bahagia sendirian karena sudah terbebas dari fitnahan dan bahkan memperoleh uang emas dari Baginda. Karena itu, sebagian besar uang itu saya sedekahkan kepada para fakir miskin dan anak-anak yatim maupun para hamba sahaya yang sangat membutuhkan bantuan,” jawab si Tukang Binatu
“Lalu untuk kau sendiri?” Tanya sang Raja lagi.
“ Hamba Cuma membeli peralatan binatu yang lebih baik agar langganan saya puas dengan pekerjaan saya ini,” ucap Tukang Binatu merendah.
“Cukup,” kata Baginda. Lalu Baginda Raja berpaling ke Tukang Periuk. “Wahai Tukang Periuk, dari perkataanmu tadi, aku sekarang sudah bis mengambil keputusan, bahwa sebenarnya yang bersalah selama ini tak lain adalah engkau.Sebab dari perkataanmu tersebut, secara tak langsung engkau juga telah mengakui kesalahan yang telah engkau lakukan. Karena itu, engkau aku beri hadiah lagi.”
“Hadiah apa Baginda?” Tanya si Tukang Periuk dengan gembira.
“Yakni hadiah masuk penjara lagi. Sebab engkau telah menipuku dan memberitakan kabar bohong. Engkau mengatakan bahwa Tukang Binatu ini pernah berkata bahwa dirinya sanggup mencuci (memandikan) gajahku hingga kulitnya berwarna putih. Tapi etelah kutanyai sendiri beberapa waktu lalu, si Tukang Binatu ini katanya tak pernah menyatakan seperti itu!”
“Ampun, Baginda!” sahut si Tukang Periuk. “Memang saya lah yang bersalah!”
“Atas perbuatanmu itu, maka kau pntas masuk penjara lagi!” gertak sang Raja.” Dan kau Tukang Binatu, sungguh mulia hatimu telah membantu para fakir miskin maupun yang lainya. Karena itu , terimalah sekantung emas ini lagi. Aku percaya, bahwa nilai emas ini tak sebesar pahala, yang kelak akan kau terima dari Allah atas perbuatanmu tersebut,” ujar sang Raja tersenyum bijaksana.
Demikianlah, akhirnya si Tukang Periuk dimasukkan penjara lagi, sementara si Tukang Binatu dengan bahagia pulang membawa sekantung emas yang banyak. Itulah balasan bagi yang bersalah maupun yang berbuat kebajikan. Masina- masing akan memperoleh imbalan sesuai dengan apa yang mereka lakukan

Dibalik tutup Amal

Rasulullah Saw bersabda, "Orang pertama yang diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid. la dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepada¬nva amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.

Tuhan bertanva, "Apa yang telah kamu perbuat untuk mendapatkannya (mati syahid)?"

Lelaki itu menjawab, "Aku berperang demi (mendapat) ridla-Mu hingga aku gugur di medan laga.

Tuhan berkata, "Kamu berdusta! Kamu berperang supaya dibilang orang pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkan keinginan itu." Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka."

“Orang kedua adalah seorang lelaki yang tekun menuntut ilmu, mengajarkan ilmunya dan membaca Al Qur’an. Ia dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.

Tuhan bertanya:”Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)?

Lelaki itu menjawab, Hamba menuntut ilmu, mengajarkannya kepada orang lain dan membaca Al Qur’an demi Engkau, Tuhan.

Tuhan berkata, ‘Kamu telah berdusta! Kamu menuntut ilmu supaya dibilang orang pintar dan kamu membaca Al Qur’an supaya dibilang qari’ yang bagus dan sungguh kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka.”

"Orang ketiga yaitu seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah segala macam harta benda dipanggil di hadapan Tuhan, diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.

Tuhan bertanya: "Apa yang telah kamu perbuat terhadap (harta bendamu)?"

Lelaki itu menjawab, "Aku tak pernah melewatkan kesem¬patan menafkahkan harta bendaku di jalan-Mu dan itu demi Engkau Tuhanku".

Tuhan berkata, "Kamu telah berdusta! Kamu tidak melakukan semua itu kecuali dengan pamrih supaya dibilang sebagai orang yang dermawan dan sungguh kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilempar¬kan ke dalam api neraka." (Hadits riwayat Muslim) .

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*