Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan (Khaeruddin, 2007: 3). Ia juga merupakan suatu proses dari sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu, atau yang mulanya tidak mengerti menjadi mengerti, atau lagi yang mulanya pasif menjadi aktif. (Sri Alfiyanti: 2008: 22). Untuk mewariskan nilai atau proses menjadi tahu, seorang guru haruslah memiliki cara-cara yang tepat dalam menyampaikan pengetahuan atau pengertian. Hal inilah yang disebut dengan metode. Metode merupakan jembatan yang menghubungkan pendidikan dengan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Agama Islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Sri Alfiyanti: 2008: 23).
Penggunaan metode sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Sebaik-baik kurikulum, namun tanpa ditunjang dengan metode yang tepat, maka akan tidak berarti apa-apa dalam suatu proses pendidikan tersebut. Metode diibaratkan sebagai syarat untuk memperoleh pengetahuan, pengertian dan aktivitas dalam proses pendidikan (Sri Alfiyanti: 2008: 23). Seorang guru bisa dikatakan profesional jika ia bisa menggunakan metode dengan baik. Karena cara penggunaan metode, adalah menentukan suatu guru berhasil mencapai standar kompetensi yang diamanatkan.
Kelemahan Pembelajaran PAI
Keprofesionalan guru dalam menggunakan metode menjadi prasyarat seorang pendidik dapat meningkatkan mutu pendidikan. Ditengah-tengah tantangan zaman yang semakin global, guru agama Islam harus mencari inovasi-inovasi baru terkait dengan pembelajarannya. Sementara ditengah masyarakat sendiri, masih banyak kritik-kritik yang ditujukan pada pelaksanaan pembelajaran agama Islam. Hal ini sebagaimana diakui oleh Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama (2002) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam sekarang ini masih : 1) Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai nilai yang harus dipraktekkan), 2) pendidikan agama Islam lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dan Tuhannya, 3) penalaran dan argumentasi berpikir untuk masalah masalah keagamaan kurang mendapat perhatian, 4) penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat perhatian, 5) menatap lingkungan untuk kemudian memasukkan nilai Islam sangat kurang mendapat perhatian (orientasi pada kenyataan kehidupan sehari-hari kurang), 6) metode pembelajaran agama, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai Islam kurang mendapatkan penggarapan, 7) ukuran keberhasilan pendidikan agama juga masih formalitas (termasuk verbalistik), 8) pendidikan agama belum mampu menjadi landasan kemajuan dan kesuksesan untuk mata pelajaran lain, 9) pendidikan agama belum dijadikan fondasi pendidikan karakter peserta didik dalam perilaku keseharian. Hal senada disampaikan oleh LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (2009: 2) terkait dengan kualitas akademik pendidikan di Indonesia : 1) banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimannya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya, 2) sebagaian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan, 3) siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.
Berkaitan dengan kritik-kritik tersebut, pendidikan Agama perlu melakukan pembenahan-pembenahan yang inovatif, khususnya dalam memberikan metode-metode yang mampu melibatkan keaktifan siswa. Karenanya, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Memanfaatkan ICT
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangatlah cepat. Ia bisa dimanfaatkan untuk hal yang positif sekaligus juga hal negatif. Berbagai inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal, termasuk dalam dunia pendidikan. Ia bisa menjadi media yang sangat tepat dalam menyalurkan pesan dalam mendorong terciptanya belajar mengajar siswa (LPTK Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009: 338). Termasuk dalam hal ini pesan-pesan yang disampaikan dalam pembelajaran PAI. Sudah banyak software-software Islami yang diciptakan oleh pakar yang bisa dimanfaatkan dalam menunjang media pembelajaran. Seperti halnya power point, flash, courseleb, ulead, al-Quran digital, Dhuha Ebook, dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, pemanfaatan ICT, dapat sangat mudah untuk diakses dan dimanfaatkan demi mempermudah pembelajaran. Dengan berbagai penggabungan software dan informasi yang didapat dari berbagai fasilitas ICT, maka pembelajaran PAI akan lebih mudah dicerna dan dipahami.
Power Point, misalnya,sebagai salah satu software yang beberapa tahun banyak diakrabi oleh beberapa orang dalam mempermudah presentasi adalah sangat cocok untuk pembelajaran PAI. Ia bisa menerima al-Quran digital, software Islami, lagu, Flash dan sekaligus juga bisa menerima film-film yang akan mempermudah pembelajaran PAI. Karena itu, guru bias memilih software power point, sebagai pendekatan dalam pembelajaran PAI.
Jika guru mampu menguasai Flash, maka ia juga akan bisa mempermudah dalam pembelajaran. Program ini bisa menyimpan data banyak dalam pembelajaran PAI. Guru, bisa-bisa, tidak perlu repot-repot dengan pembelajaran manual menerangkan memakai buku. Guru tinggal membawa laptop dan menyiapkan LCD, dan tinggal mengklik tombol-tombol yang sesuai. Jika ingin lebih mendalam, guru bisa mengklik URL, yang bisa menyambungkan dengan alamat-alamat dalam web-web internet. Guru juga bisa menugaskan siswa dalam dunia maya, misalnya mengirim tugas lewat Facebook, yang pasti diakrabi oleh siswa. Dengan demikian PAI pun, bisa mengikuti perkembangan teknologi yang digandrungi siswa.
Dengan demikian pemanfaatan ICT, bisa membawa dampak positif bagi pembelajaran PAI. Ia bisa mempermudah pembelajaran, sekaligus bisa menampilkan suatu pembelajaran yang tidak membosankan dengan hanya bertumpu pada ceramah saja. Guru juga tidak dipandang Katrok, ketinggalan zaman. Namun guru agama, bisa memelopori ICT yang bermoral dan bermartabat. Semoga!!!
Rabu, Oktober 20, 2010
Pembelajaran PAI berbasis ICT
Diposting oleh Goze IsnoLabel: pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar