Bakti sosial di Tawang Rejo pada tanggal 12-14 oleh SKI SMAGHA, Forum Pemuda Pelajar Muslim Mojokerto (FPMM) serta Yayasan Bunda Nusantara, membawa kesan yang sangat mendalam. Karena semua proses itu memakan tenaga pikiran serta SEMUANYA. Awal SKI dan FPMM yang saya bidani, tidak punya apa apa untuk menunaikan keinginan yang menggebu-gebu. Semuanya dari nol. Kita hanya punya strategi dan keinginan. Strategi pertama kita mengandalkan SKI di SMAGHA dengan mengharapkan sisa hasil pembagian Zakat serta sumbangan infak dari anak SMA N 3. Strategi kedua, kita mengandalkan FPMM untuk bergerak mencari dana ke beberapa sponsor keluar. Menjelang hari H, kira-kira satu minggu sebelum pelaksanaan, dana belum terkumpul. FPMM yang diandalkan untuk bergerak ternyata terkendala oleh anggotanya yang Mahasiswa tidak bisa bergerak karena terpenjara dengan kuliahnya. SKI????hanya menunggu siapa yang punya tangan baik mengirimkan sumbangan. Aduh!!!!!! Pusing rasanya. Padahal, di Tawangrejo sendiri, satu desa sudah menunggu cipratan Rizki dari ALLOH. Tetapi saya yakin ALLOH akan memberi jalan yang tidak disangka. Tidak berselang lama, Ternyata YABNU ( Yayasan Bunda Nusantara) mau memberikan sumbangan kepada SKI dan FPMM, 9 juta beserta kendaraan transportasi 2 BIS. Ya Alloh aku bahagia sekali. Dari SMA N 3 mendapatkan beras dan dari sumbangan kanan kiri kira-kira 2 juta lebih. Tinggal sekarang, pesertanya???? Padahal sponsor memberikan dana itu karena melihat juga peserta yang aku alokasikan 100 peserta. Rencananya 100 peserta itu akan diikutkan dalam program JIKA AKU MENJADI. Dari data anak-anak, peserta masih 31 anak. Waduh, pusing lagi?????? Namun dari hari ke hari lagi, ternyata yang daftar atau peserta secara keseluruhan sekitar 75 anak. Alhamdulillah. Itu belum nanti yang datang ke sana dari FPMM dan YABNU. Urusan ini sudah selesai. Namun ternyata kurang satu hari, ternyata 2 bis dibatalkan karena ada masalah. Terpaksa ngontak sana-sini mendapatkan 2 truck dan 1 pick up. Soundnya????? Belum dapat. Karena biasanya dari pak kurdi bisa, sekarang ndak bisa, padahal harus digunakan untuk pengajian akbar.
Bingung????? Tetapi tiba-tiba salah satu murid menawarkan soundnya. Alhadulillah. Akhirnya pada tanggal 12 september kemarin, kita bisa berangkat dengan molor waktu sekitar 30 menit. Masih mending. Setelah di sana, saya langsung bergerak bersama tim SKI mengatur semua lini kegiatan. Setelah barang-barang selesai dan diturunkan di Balai Desa. Kami langsung membagi peserta masuk kedalam keluarga yang akan menjadi orang tua angkat masing-masing. Alhamdulillah beres semua. Tubuh terasa sangat letih. Tapi aku harus mengingatkan kepada panitia bagian konsumsi untuk menyiapkan Ta’jil. Kira-kira jam 5 saya sudah menunggu di MASJID. Dan semua peserta sudah berkumpul di Masjid. Ternyata es tehnya tidak datang, terpaksa aku keluarkan CLUB, untuk di minum membatalkan puasa pas waktunya maghrib nanti. Setelah maghrib ternyata, makan untuk panitia belum siap. Peserta sudah makan dirumah orang tua angkat masing-masing. Panitia????? Jam 18.30 semua panitia baru makan. Kasihan???? Setelah Isya dan saya mengimami serta ceramah sebentar, kita langsung kroscek ke seluruh kampung peserta yang mendiami rumah warga. Sungguh diluar dugaan. Peserta bisa akrab dengan seakan menyatu dengan orang tua angkat mereka. Meskipun mereka miskin dan peserta rata-rata orang kaya. Setiap datang ke rumah warga, saya disambut dengan sangat antusias oleh seluruh warga. Kami diberi suguhan kopi, teh, kripik de el el. Walah sungguh luar biasa. Kami menemukan pada peserta kami, di tempatkan pada seorang janda sebatang kara. Ketika peserta datang, katanya mirip cucunya. Kontan saja mereka menjadi akbrab. Sampai kira-kira jam 10 malam, saya selesaikan kunjungan ke rumah warga. Malamnya kami tim SKI mengadakan evaluasi kegiatan. Jam 12 tepat aku mengajak teman ke MASJID. Pada hari itu Malam 23 ramadhan, saya kemudian melaksanakan sholat malam, siapa tahu Lailatul Qodar jatuh ke aku. Ditunggu-tunggu tidak datang, saya langsung tidur saja. Jam 3 saya bangun. Membangunkan seluruh peserta kemudian saur berjamaah. Hari kedua Baksos, kita isi dengan Senam, kemudian bagi sembako kepada seluruh warga, hadiah kepada seluruh anak kecil, dan pengobatan gratis oleh Dokter dari Rumah Sakit Sakinah Mojokerto. Jam satu baru kami bisa istirahat. Habis ashar, sebagian panitia membagikan ASTOR yang ketinggalan kepada seluruh kampung, sebagiannya menyiapkan pengajian Akbarnya. Pada Malam Harinya, Pengajian Akbar dimulai. Di awali dari TIM JIDOR SKI, kemudian sambutan-sambutan oleh ketua panitia, saya dan kepala desa. Kemudian baru mauidloh hasanah, berhubung kyainya tidak datang, maka saya ingin membuat format seperti Padang Bulanan Cak Nun. Diskusi. Tokoh masyarakat disitu saya suruh ke depan untuk ceramah, kemudian dilanjut oleh pak Sudarkajin, kemudian saya dengan memutarkan film. Semuanya berjalan lancar. Sampai jam 11. Jam satu kami tidur jam 3 kami bangun. Setelah saur dan subuh kita mengadakan pengukuhan anggotan SKI baru. Tahun ini saya diberi hadiah oleh ALLOH berupa anggota SKI semuanya cewek. Ya Alloh Tak terima. Laki-lakinya tidak tahu kemana??? Setelah acara pengukuhan, saya suruh pesertanya untuk pamitan kepada orang tuanya masing-masing tetapi sebelum itu saya berikan lagi beras untuk keluarga masing-masing. Jam tujuh tepat peserta berkumpul di Balai Desa. Saya melihat ada linangan air mata perpisahan di mata peserta. Aku terharu. Aku sebenarnya juga ingin ikut menangis. Tapi aku tahan. Ya Alloh terimakasih, mudah-mudahan program ini membekas di sanubari peserta. Mudah-mudahan banyak hikmah yang akan didapat mereka, khususnya dalam mengarungi kehidupan. Setelah semua berkumpul, kita mengadakan acara penutupan. Dihadiri oleh Pak Lurah dan Pak Tamir. Mereka memberikan sambutan. dan kita tutup dengan pemberian kenangan kepada Masjid berupa Al Quran dan sejumlah Uang. Setelah itu pulang. Sungguh ilmu yang sangat luar biasa yang kami peroleh. Alhamdulilah dengar-dengar, setelah lebaran, ada peserta yang ke Tawang rejo, halal bihalal sama orang tua angkatnya. Aku hanya bisa bersyukur. Mudah-mudahan menjadi lebih manfaat. Tidak sekedar sebagai bakti sosial, tapi apa yang kita lakukan dengan segala persoalan tetek bengeknya menjadi pengabdian kepada ALLOH. ALLOH yang menilai.
Rabu, September 30, 2009
Catatan Bakti Sosial SKI SMAGHA 2009
Diposting oleh Goze Isno0 komentar Label: Catatan SKI
Ramadhan Sepanjang Masa
Diposting oleh Goze IsnoTerlalu indah untuk dilupakan. Mungkin kalimat itu yang bisa kita ukirkan untuk mengenang sesuatu kenangan yang sangat indah. Kenangan akan kehidupan yang pernah kita jalani, kenangan kepada seseorang yang sangat kita cintai atau kenangan kepada apapun yang begitu berarti dalam kehidupan kita. Apa yang berarti buat kehidupan kita?????? Cinta, pekerjaan, uang, harta, atau ketermasyhuran????? Semuanya tergantung kepada hati kita masing-masing dalam menjalani misi dan visi kehidupan kita. Jika kita berorientasi uang, maka seluruh hidup akan dipergunakan untuk mengejar uang itu, apapun yang ia perbuat akan berujung pada UUD (ujung-ujungnya DUIT). Begitupun dengan pekerjaan, harta, cinta dan lain sebagainya. Jika tidak memperoleh keinginanmu dengan harta, pangkat, pujian dkk, apakah kehidupan kita akan berarti??????? Tentu tidak!!!!!! Karena orientasinya memperoleh, mendapatkan, memiliki. Jika tidak ada ditangan dari semua keinginanmu, tentu kecewa. Kecewa satu ditambah kecewa dua ditambah kecewa tiga dan seterusnya ujung-ujungnya STRESS. Namun berbeda jika seluruh kehidupan kita, kita persembahkan kepada ALLOH, maka kehidupan kita pasti akan bahagia. Why????? Karena dasar kita bertindah itu mengabdi, mempersembahkan kepada yang di CINTA. Enak dan tidak enak, pasti akan bahagia. Karena kita mempersembahkan kehidupan ini kepada yang Di Cinta tadi. Dan yang di Cinta itu akan membalas dengan kehidupan yang lebih baik, entah di dunia maupun diakherat. Contoh nyata, dalam bulan Ramadhan, orang berpuasa, padahal orang berpuasa, dari sudut Hedonisme, tentu tidak enak. Karena tidak boleh makan dan minun serta ngesek. Tetapi karena ini adalah perintah yang menuntut pengabdian maka enak tidak enak harus dijalani. Menjalaninya ternyata banyak orang memperoleh kebahagiaan. Dari sudut orang awam, ketika berbuka, tentu makannya sangat enak sekali, karena luaper. Dari sudut kejiwaan, tentu menjalani perintah ALLOH adalah kemulyaan sendiri karena diperintah oleh Yang Di Cinta. Dari sudut Ruh?????? Tidak bisa dikalimatkan. Contoh lagi, sedekah, infak, dan zakat. Dari sudut ekonomi, untung dan rugi, pasti orang bersedekah atau zakat itu rugi, karena melepaskan harta benda kita kepada orang lain. Modal kita berkurang. Namun karena perbuatan itu di dasari dengan Cinta pengabdian, maka tidak menjadi perhitungan untung dan rugi, tapi sudah menjadi kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa diungkapkan. Begitupun dengan sholat, contoh lain, kalau dilihat dari sudut kelelahan dan kemalasan, maka sangat membosankan sekali. Tetapi karena didasari cinta, maka semuanya menjadi sangat indah. Sholat wajib, sholat tarawih, sholat tahajud, sholat dhuha de el el, merupakan sarana mengekspresikan cinta kepada Yang di Cinta. Itu intinya.
Tetapi itu semua, sekali lagi, tetap dari sudut kita dalam memandang. Cara pandang seseorang bisa diukur dari sudut ilmu yang ia peroleh. Kalau ia hanya mengukur dalam tataran fiqh, maka ia akan memandangnya dari sudut Halal Haram saja. Kalau melihat dari sudut Toriqoh, maka ia akan memandang CARA saja. Kalau ia memandang dari sudut Hakikat, maka ia akan terlalu mengutamakan SUBTANSI. Kalau memandang dari sudut Makrifat, ia hanya akan memandang Yang Di LUAR SANA. Tentu idealnya semuanya harus saling berkaitan, Syariate syariat, syariate toriqoh, syariate hakekat, syariate Ma’rifat, Toriqohe syariat, thoriqohe toriqoh, toriqohe Hakikat, toriqohe Ma’rifat, begitupun dengan HAKIKAT dan MA’RIFAT.
Karenanya dari sini kita bisa melihat, bagaimana orang memandang Bulan Ramadhan kemarin??????? Bagaimana orang memandang dan merasakan Hari Raya kemarin??????. Seorang teman mengeluhkan, “ hari raya kemarin kok tidak terasa ya????. Semakin lama hari raya tidak memiliki ngeh dalam hati”. Sebenarnya pernyataan ini, banyak dirasakan oleh orang. Banyak orang merasakan kehampaan di Bulan Ramadhan dan Hari Raya. Mereka melihat tingkat polah manusia yang tidak mencerminkan orang yang berpuasa dan orang yang merasakan kemenangan, di Hari Raya. Entah sadar ataukah tidak sadar, kemenangan yang di agungkan, banyak didengungkan dan diaku-aku sebagai hari kemenangan. Padahal kemenangan itu hanya bagi mereka yang berjuang. Tidak berjuang kok mengaku menang, apa itu bukan mengaku-ngaku. Apa sudah merasa menang, sedangkan nafsunya masih terus menjajah dirinya?????? Apa masih mengaku menang jika di dalam hatinya masih ada dendam, marah, iri hati, dengki????? Kalau masih ada dalam hati sifat-sifat itu berarti belum memperoleh kemenangan. Karenanya hari rayanya tidak merasakan kemenangan. Paling mengaku-ngaku. Anehnya, ini hampir dialami banyak orang!!!!!!!! Karenanya, kita mungkin masih perlu puasa lagi dan puasa terus menerus. Bukannya harus tidak makan, tetapi subtansinya, puasa melawan nafsu angkara murka. Terus menerus sampai nanti lebaran. Lebarannya dan hari Rayanya nanti di Hari Akherat. Kemenangannya setelah bertemu dengan Yang Di Cinta. Di dunia ini kita puasa. Bukankah Kanjeng Rosul pernah bersabda yang intinya, Dunia itu penjara bagi Mukminin, dan Surga bagi orang Kafir. Maksudnya, dalam dunia ini kita ini seakan akan kita terpenjara, ndak boleh ini ndak boleh itu. Dan orang kafir bebas bebas saja, tidak mengenal halal haram. Ya memang benar??????? Bukankah kita di dunia ini diibaratkan Tamu. Tuan rumahnya ALLOH. Yang namanya tamu, kalau disuguhkan makanan dan dipersilahkan baru boleh makan, itu namanya tamu baik. Coba anda bayangkan, jika ada tamu yang belum dipersilahkan tapi sudah makan ini dan makan itu, itu namanya tamu kurang ajar. Mungkin itu yang bisa dibuat gambaran. Kita makan, makan yang dipersilahkan ALLOH. Kita tidak makan, apa yang dilarang oleh ALLOH. Siapa tahu yang tidak boleh dimakan itu ada RACUNNYA. Begitupun dengan tingkah pola hati pikiran serta perbuatan kita. Harus diatur agar tuan rumah tidak marah dengan kita. Jika kita ihklas mengikuti aturan Tuan Rumah, pasti tuan rumah itu akan senang dan akan banyak memberikan hadiah-hadiah kepada kita. Tetapi kebahagiaannya bukan hadiah itu, tetapi kepedualian dan kasih sayangnya serta keramahan dan kesejukan menyambut kitalah yang membuat kita berbunga-bunga. Itu hanya akan terjadi jika kita mengekang nafsu keliaran kita, mengikuti aturan tuan rumah. Mengekang nafsu itulah inti dari puasa Ramadhan. Karenanya semangat Bulan Ramadhan harus kita tanamkan dalam hati, sampai sepanjang MASA. Biar kita menemukan kemenangan sejati. Kemenangan Hari Raya. Kebahagiaan sejati. Kemenangan itu akan kita rasakan. Merasakannya sepanjang masa. Puasa sepanjang masa. Hari Raya sepanjang Masa. Kemenangan Sepanjang Masa. Kebahagiaan sepanjang Masa.
0 komentar Label: Tasawuf
Selasa, September 01, 2009
Ilmu Faham
Diposting oleh Goze Isno
Untuk mempersiapkan Baksos SKI pada tanggal 12 September 2009 di Desa Tawangrejo, saya berharap bisa memberikan yang terbaik bagi desa tersebut. Salah satunya adalah dengan mengadakan pengajian akbar yang akan diisi oleh seorang kyai. Saya pun mencari informasi kyai-kyai yang masih punya kepedulian terhadap orang-orang kecil dan mau diajak blusuk’an kesana kemari. Alhamdulillah saya ditaqdirkan oleh Alloh bertemu dengan Kyai Nurcholis. Awal bertemu dengan beliau sewaktu diundang bersama-sama diperumahan Lawang Asri. Disitu kita kenalan, ujung-ujungnya kita sambung rasa. Ternyata, beliau adalah tokoh Islamisasi di Desaku dulu. Beliau dulu sering ceramah di desaku, cuma waktu itu saya masih kecil. Setelah tahu darimana aku berasal, beliau banyak bertanya tentang kabar-kabar di desa sana itu.
Sambung rasa itu ingin kujaga dengan mengundang beliau di acara Baksos SKI. Maka aku ajak Pak Sodiqun (guru Matematika) dan Pak Sudarkajin (Guru Agama) untuk sowan kerumah beliau. Pencarian pertama, ternyata gagal karena ternyata beliau tidak dirumah klinterejo, tempat istri pertamanya. Kata anaknya Kyai Nurcholis ada di Istri mudanya. Pada hari kamis, habis ngisi Kajian SKI, aku pun berniat untuk melacak rumah beliau di Curah Malang (perbatasan Mojokerto Jombang). Disana aku bersama dengan Pak Diqun dan Pak Kajin menemuinya. Dia sedang tidur-tiduran di dalam Mushola Panggung di dekat rumahnya. Beliau bertanya-tanya tentang kabar kami, darimana dan mau apa. Ternyata beliau lupa dengan pertemuan di Lawang Asri, maklum beliau sudah sepuh. Tanya kabar itu berlanjut dengan perbincangan Intens. Beliau bercerita bahwa dulu waktu mudanya dia berdakwah sampai ke desa saya memakai Sepeda Ontel (Bayangkan Jarak Mojokerto dengan desaku, Desa Jejel Ngimbang Lamongan, yang kutempuh dengan sepeda motor berkecepatan 70-80 KM, kutempuh dengan jarak 1 jam perjalanan). Itupun kalau mau masuk ke desaku, dititipkan di desa sebelah yang masih ada jalan baiknya. Mau masuk ke desaku, harus jalan kaki. Saking jeleknya jalan. Ternyata menurut beliau, dalam satu bulan dia tidak satu daerah saja yang didatangi, hamper dalam satu bulan beliau harus mendatangi tempat berdakwahnya sekitar 70 tempat. Semuanya memakai sepeda ontel. (hehehe…..bayangkan dengan mental da’I sekarang)……menjadi guru Madrasah sudah 50 tahun. Bayarannya????????? “tapi dik, alhamdulillah Alloh iku sugih, saya yang miskin ini punya istri tiga, punya sembilan anak, semuanya sarjana, 7 diantaranya hafal al-Quran, alhamdulillah semuanya sekarang sudah punya rumah, ada satu yang menjadi doctor……alhamdulillah Gusti Alloh sugih…..saya dikasih kekayaan yang tidak terlihat…..sugih ora katon”. “Kok bisa Kyai seperti itu?” Pak Sodiqun bertanya. “Ya Bisa kalau kita pasrahkan hidup kita pada Alloh, Ya Kita akan diurusi oleh Alloh” beliau menerangkan “Saya ini tidak punya apa-apa, ketika saya disodorkan dunia dan do’a, saya memilih doa. Doa itulah yang aku pakai, sehingga saya menyekolahkan anak tidak memakai uang tapi Alloh yang mengatur dengan diberinya beasiswa”. Kita bertiga tergeleng-geleng kepalanya. “Ketika banyak orang rebut pension Pegawai Negeri, saya malah dikasih pension oleh Alloh tiba-tiba ada saja orang yang memberi saya beras, uang, katanya mendapat mimpi untuk memintakan doa kepada saya” tutur Kyai Nurcholis. Kita makin geleng-geleng takjub. “Lalu bagaimana dengan istrinya, kyai???? Apa tidak bertengkar???” beliau menarik nafas “Orang itu kalau sudah dikasih ilmu faham, maka tidak akan ada pertengkaran. Tidak ada ceritanya Kyai Nurcholis itu bertengkar dengan istri, meskipun tiga. Karena saya sudah punya ilmu faham. Orang yang bertengkar itu kan salah faham. Coba kalau fahamnya tidak salah. Coba kalau dia tahu ilmu faham. Maka tidak akan ada pertengkaran itu, karena orang yang sudah punya ilmu faham dia mudah memahami orang lain. Orang tidak akan mudah marah. Bahkan ketika dicaci maki, kita akan bersabar, karena kita faham. Rasulullah dicaci maki, tetapi beliau sabar, karena beliau faham terhadap umatnya. Umatnya masih tertutup hatinya”. Subhanalloh. Kalimat itu seakan menampar kami bertiga. Karena terkadang kami-kami masih banyak balutan nafsu untuk menyulut kebencian dengan sesama manusia. Suudzon, fitnah, iri drengki dan penyakit lainnya, terkadang menempel dalam hati. Kadang kita mangkel kalau dakwah kita dihalang-halangi. Karena kita tidak faham. Indonesia dan Malaysia mau bertengkar karena tidak faham. Antar politikus bertengkar karena tidak faham. Suami istri bertengkar karena tidak faham. Coba kalau faham. Aduh-aduh kalimat sederhana itu ternyata begitu membekas. Mudah-mudahan kita semuanya bisa faham terhadap diri kita sendiri, orang lain dan KEHENDAK ALLOH.
1 komentar Label: Curhat