Selasa, September 01, 2009

Ilmu Faham



Untuk mempersiapkan Baksos SKI pada tanggal 12 September 2009 di Desa Tawangrejo, saya berharap bisa memberikan yang terbaik bagi desa tersebut. Salah satunya adalah dengan mengadakan pengajian akbar yang akan diisi oleh seorang kyai. Saya pun mencari informasi kyai-kyai yang masih punya kepedulian terhadap orang-orang kecil dan mau diajak blusuk’an kesana kemari. Alhamdulillah saya ditaqdirkan oleh Alloh bertemu dengan Kyai Nurcholis. Awal bertemu dengan beliau sewaktu diundang bersama-sama diperumahan Lawang Asri. Disitu kita kenalan, ujung-ujungnya kita sambung rasa. Ternyata, beliau adalah tokoh Islamisasi di Desaku dulu. Beliau dulu sering ceramah di desaku, cuma waktu itu saya masih kecil. Setelah tahu darimana aku berasal, beliau banyak bertanya tentang kabar-kabar di desa sana itu.
Sambung rasa itu ingin kujaga dengan mengundang beliau di acara Baksos SKI. Maka aku ajak Pak Sodiqun (guru Matematika) dan Pak Sudarkajin (Guru Agama) untuk sowan kerumah beliau. Pencarian pertama, ternyata gagal karena ternyata beliau tidak dirumah klinterejo, tempat istri pertamanya. Kata anaknya Kyai Nurcholis ada di Istri mudanya. Pada hari kamis, habis ngisi Kajian SKI, aku pun berniat untuk melacak rumah beliau di Curah Malang (perbatasan Mojokerto Jombang). Disana aku bersama dengan Pak Diqun dan Pak Kajin menemuinya. Dia sedang tidur-tiduran di dalam Mushola Panggung di dekat rumahnya. Beliau bertanya-tanya tentang kabar kami, darimana dan mau apa. Ternyata beliau lupa dengan pertemuan di Lawang Asri, maklum beliau sudah sepuh. Tanya kabar itu berlanjut dengan perbincangan Intens. Beliau bercerita bahwa dulu waktu mudanya dia berdakwah sampai ke desa saya memakai Sepeda Ontel (Bayangkan Jarak Mojokerto dengan desaku, Desa Jejel Ngimbang Lamongan, yang kutempuh dengan sepeda motor berkecepatan 70-80 KM, kutempuh dengan jarak 1 jam perjalanan). Itupun kalau mau masuk ke desaku, dititipkan di desa sebelah yang masih ada jalan baiknya. Mau masuk ke desaku, harus jalan kaki. Saking jeleknya jalan. Ternyata menurut beliau, dalam satu bulan dia tidak satu daerah saja yang didatangi, hamper dalam satu bulan beliau harus mendatangi tempat berdakwahnya sekitar 70 tempat. Semuanya memakai sepeda ontel. (hehehe…..bayangkan dengan mental da’I sekarang)……menjadi guru Madrasah sudah 50 tahun. Bayarannya????????? “tapi dik, alhamdulillah Alloh iku sugih, saya yang miskin ini punya istri tiga, punya sembilan anak, semuanya sarjana, 7 diantaranya hafal al-Quran, alhamdulillah semuanya sekarang sudah punya rumah, ada satu yang menjadi doctor……alhamdulillah Gusti Alloh sugih…..saya dikasih kekayaan yang tidak terlihat…..sugih ora katon”. “Kok bisa Kyai seperti itu?” Pak Sodiqun bertanya. “Ya Bisa kalau kita pasrahkan hidup kita pada Alloh, Ya Kita akan diurusi oleh Alloh” beliau menerangkan “Saya ini tidak punya apa-apa, ketika saya disodorkan dunia dan do’a, saya memilih doa. Doa itulah yang aku pakai, sehingga saya menyekolahkan anak tidak memakai uang tapi Alloh yang mengatur dengan diberinya beasiswa”. Kita bertiga tergeleng-geleng kepalanya. “Ketika banyak orang rebut pension Pegawai Negeri, saya malah dikasih pension oleh Alloh tiba-tiba ada saja orang yang memberi saya beras, uang, katanya mendapat mimpi untuk memintakan doa kepada saya” tutur Kyai Nurcholis. Kita makin geleng-geleng takjub. “Lalu bagaimana dengan istrinya, kyai???? Apa tidak bertengkar???” beliau menarik nafas “Orang itu kalau sudah dikasih ilmu faham, maka tidak akan ada pertengkaran. Tidak ada ceritanya Kyai Nurcholis itu bertengkar dengan istri, meskipun tiga. Karena saya sudah punya ilmu faham. Orang yang bertengkar itu kan salah faham. Coba kalau fahamnya tidak salah. Coba kalau dia tahu ilmu faham. Maka tidak akan ada pertengkaran itu, karena orang yang sudah punya ilmu faham dia mudah memahami orang lain. Orang tidak akan mudah marah. Bahkan ketika dicaci maki, kita akan bersabar, karena kita faham. Rasulullah dicaci maki, tetapi beliau sabar, karena beliau faham terhadap umatnya. Umatnya masih tertutup hatinya”. Subhanalloh. Kalimat itu seakan menampar kami bertiga. Karena terkadang kami-kami masih banyak balutan nafsu untuk menyulut kebencian dengan sesama manusia. Suudzon, fitnah, iri drengki dan penyakit lainnya, terkadang menempel dalam hati. Kadang kita mangkel kalau dakwah kita dihalang-halangi. Karena kita tidak faham. Indonesia dan Malaysia mau bertengkar karena tidak faham. Antar politikus bertengkar karena tidak faham. Suami istri bertengkar karena tidak faham. Coba kalau faham. Aduh-aduh kalimat sederhana itu ternyata begitu membekas. Mudah-mudahan kita semuanya bisa faham terhadap diri kita sendiri, orang lain dan KEHENDAK ALLOH.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ilmu Paham itu apa si pak???
Di LKS belom ada ya??
Saya masi belum ngerti..

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*