Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah : 183)
Anda orang Muslim????? Pasti berpuasa. Jika tidak????? Pasti sedang Menstruasi. Kalau ndak lagi Menstruasi, tapi tidak puasa????? Pasti sakit. Kalau tidak sakit, tapi ndak puasa????? Itu juga sakit. Sakit Buta Hati, Sakit Pendengaran, Sakit beku hati. Kalau Muslim pasti puasa, kecualia ada Udzur Syar’i. Semua wajib puasa sebagaimana perintah Al-Baqarah ayat 183. Dalam surat Al-Baqarah ayat 183 itulah dasar dan diperintahkannya orang beriman untuk berpuasa. Dalam kaidah ushul fiqh, adanya perintah menunjukkan adanya kewajiban. Kewajiban kepada siapa????kepada orang yang beriman. Anda orang beriman?????orang beriman pasti puasa. Tidak peduli engkau dari golongan apa. Dari Islam yang model apa!!!!!
Namun ternyata, tidak semua orang berpuasa itu mampu untuk meneladani dalam puasa itu sendiri. Puasa itu artinya menahan. Orang menahan itu mempunyai khas-khas tersendiri, tingkatan-tingkatan sendiri. Ada orang yang hanya mampu menahan makan dan minum saja, tetapi tidak mampu menahan nafsu bicaranya, nafsu pikiran kotornya. Ada orang yang mampu menahan nafsunya tapi tidak ingat Alloh. Karenanya disini beberapa ulama membagi tingkatan-tingkatan dalam berpuasa. Saya hanya menampilkan tiga tingkatan yang saya uraikan dalam bahasa saya sendiri.
Pertama, tingkatan orang awam. Tingkatan orang ini dalam berpuasa hanya sampai pada puasa yang sifatnya menahan makan dan minum saja. Dia waktu sahur, juga sahur dengan sangat sempurna. Dan waktu berbuka juga berbuka lebih sempurna. Namun dalam tingkatan ini dia masih melakukan berbagai hal yang dianggap dosa dan maksiat. Orang ini masih suka ghibah (Bahasa Mojokertone, rasan-rasan), suka misuh, suka mencaci maki sehingga menyakiti temannya, masih sms-an dengan pacarnya, masih suka berboncengan dengan pacarnya, masih mendengarkan musik yang tidak mengingatkan seseorang kepada Alloh, masih melihat TV yang menampilkan pakain bikini-bikini atau yang merangsang syahwat atau yang memperlihatkan gosip-gosip dan berita-berita fitnah, Fb-an dengan cara merayu-rayu, masih suka membayangkan makan enak, berbukannya juga balas dendam, tidur melulu, masih suka membayangkan berduaan dengan perempuan, berandai-andai, dll. Amaliahnya pun tidak melakukan amal-amal yang berguna untuk manambah pahala di bulan ramadhan ini. Seperti tadarus, ta’lim, dzikir dan amaliah-amaliah lainnya. Mungkin golongan ini akan terkena hadis, bahwa banyak orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, karena perilakunya yang kurang sesuai dengan maksud dari perintah berpuasa, agar menjadi orang yang bertakwa.
Kedua, tingkatan orang khusus. Orang ini telah mampu menahan semua panca indra yang menjadi sumber dosa. Ia tidak hanya mampu menahan nafsu makan dan minumnya saja, tetapi dari semua unsure nafsu-nafsu indra-indra lainnya. Karena dalam dirinya ada perasaan sangat takut jika ibadahnya tidak diterima oleh Alloh. Karenanya dia melakukan ibadah dengan benar-benar.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr : 18)
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (An-Nahl: 50
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. (Al Maidah : 44)
Orang dalam tingkatan ini merasa takut jika lidahnya berbohong, bergunjing, mengadu domba, membual dan mengobral perkataan tidak berguna. Ia akan menjadikan lidahnya sibuk dengan dzikir kepada ALLOH, membaca al-Quran, berdiskusi dan mengkaji ilmu.
Ia takut jika melihat hal-hal yang diharamkan oleh Alloh baik mengenai makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya yang Alloh tidak meridloinya. Dia tidak memandang dengan nafsu ambisi dan keinginannya, tetapi dia memandang dengan mengambil ibrah (pelajaran) setiap kejadian. Hadis Rasul: “Barangsiapa yang memenuhi matanya dengan sesuatu yang haram, maka ALLOH akan memenuhi matanya dengan api neraka, kelak di hari kiamat.
Ia juga takut, jika perutnya dimasuki oleh hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, walau satu suap nasi. Karena yang demikian bagi mereka merupakan dosa yang besar. Sebagaimana hadis Nabi : “ Apabila sesuap nasi jatuh ke dalam perut anak cucu adam, maka malaikat yang ada di bumi dan di langit melaknatinya selama suapa makanan itu berada dalam perutnya dan kalau ia mati dalam keadaan demikian, maka tempatnya adalah neraka jahanam.
Tangannya tidak mau dipergunakan untuk menerima yang haram tetapi selalu berusaha menggapai dan meraih unsure ketaatan dan dapat mendekatkan dirinya kepada Alloh. Dia bersedekah, berzakatt, menyediakan ta’jil, ikut Baksos SKI, dan kegiatan lainnya yang sifatnya memberi untuk kebaikan sesame.
Kedua kakinya dia pergunakan untuk berjalan di jalannya ALLOH tidak dipergunakan untuk maksiat kepada Alloh. Kakinya selalu ringan jika diajak untuk kebaikan. Bersama orang-orang alim dan orang-orang muslim lainnya yang sangat membutuhkan.
Intinya dalam tingkatan ini, orangnya telah mampu menahan semua panca indra dari perbuatan dosa.
Tingkatan terakhir, orang terkhusus. Yakni orang yang telah mampu menahan hati dan pikirannya tidak selain Alloh. Ia memandang Alloh sebagai kekasih. Karena menganggap kekasih dia tidak mau mengingat selain dengan kekasihnya. Dia tidak mau menyakiti apa yang menimbulkan hati kekasihnya sakit. Diriwayatkan bahwa bukti kebenaran cinta itu ada tiga hal, yaitu :
1. Dia akan memilih perkataan kekasihnya daripada perkataan yang lain.
2. Dia akan memilih duduk dalam satu majlis bersama kekasihnya
3. Dia memilih keridloan kekasihnya daripada keridloan yang lainnya.
Setiap kekasih biasanya akan mengorbankan apa yang dia mampu. Ketika kekasihnya menyuruh puasa, maka dia akan mengorbankan dirinya untuk melakukan itu. Ketika kekasihnya menyusuh taraweh maka dia akan melakukannya. Ketika kekasih menyuruhnya bangun malam untuk menemuinya maka dia akan melakukannya. Apapun ia rela berkorban untuk kekasihnya. Bukti pengorbanan itulah merupakan dasar dari wujud cintanya.
Orang dalam tingkatan ini, tidak sempat memikirkan lain-lainya, apalagi makanan, apalagi ngurusi orang lain, yang dia urusi adalah urusannya dengan Kekasihnya, ALLOH. Dia berpuasa untuk tidak memikirkan selain Alloh. Inilah puasa orang yang terkhusus. Hatinya dipenuhi oleh Alloh. Tidak lainnya. Lillah, Billah, Fillah.
Jogodayoh 09.04
Rabu, Agustus 26, 2009
Tingkatan Orang Yang Berpuasa
Diposting oleh Goze IsnoLabel: Tasawuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar