Alhamdulillah kita mau menemui bulan Ramadhan lagi. Mudah-mudahan Alloh masih memberikan umur panjang kepada kita untuk bisa mengikuti indahnya ibadah dibulan Ramadhan. Namun ikhwan-ikhwanah, sebelum memasuki ramadhan hendaknya kita sudah harus menyiapkan mental yang kuat untuk mengikutinya. Mental yang kuat itu bisa dengan merasakan bahagia dengan kedatangan bulan ramadhan tersebut atau dengan berbagai pengekangan-pengekangan nafsu kita. Tetapi tahukah kawan, bahwa Kanjeng Nabi sebelum Bulan Ramadhan juga menyiapkan mental terlebih dahulu. Kanjeng Nabi Banyak-banyak Ibadah dibulan Rajab dan Bulan Sa’ban. Diriwayatkan dari Aisyah ra.,ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah saw.berpuasa, sehingga kami mengatakan apakah beliau tidak berbuka, lalu beliau berbuka. Dan sehingga kami mengatakan kapan beliau tidak berpuasa, lalu beliau tidak berpuasa. Adalah beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban (selain bulan Ramadhan). Dalam riwayat An-Nasa’I dari hadis Usamah ra.,ia berkata: “ Ya Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada suatu bulan dari bulan-bulan ini, seperti puasamu dalam bulan Sya’ban.” Beliau Bersabda: “Itu adalah bulan yang bisa dilalaikan manusia, yaitu buln antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah sebuah bulan, pada bulan itu amal-amal itu diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan seru sekalian alam. Maka aku suk kalau amalku diangkat, sementara aku dalam keadaan puasa.” Di dalam Sahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Aisyah ra.,ia berkata: “Aku tidak pernah melihat, beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh sama sekali kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau puasa dalam suatu bulan yang lebih bnyak daripada di bulan Sya’ban.” Dalam sebuah riwayat dikatakan: “Beliau berpuasa penuh dibulan Sya’ban.” Imam Muslim berkata: “Beliau berpuasa bulan Sya’ban, kecuali sedikit (yang tidak berpuasa). Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Yang dimaksud dengan puasa sepenuh bulan adalah sebagian terbesarnya. Tetapi banyak riwayat yang masyhur bahwa puasa sunnah itu lebih baik pada tanggal 13, 14 dan 15. Kalau dihitung tanggal masehi ya besok selasa rabu dan kamis. Pada tanggal 15 atau malam jumat besok itu dikatakan sebagai nisfusa’ban. Pada malam nisfusa’ban banyak orang-orang yang merayakan. Entah dengan berdzikir atau dengan sholawatan dan berbagai acara ritual lainnya. Keutamaan nisfusaban dapat dinukil dari berbagai dalil yang mendasarinya. Dikatakan bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memilki dua buah malam hari raya. Sebagaimana orang-orang Islam di bumi juga memiliki dua buah malam hari raya. Lalu hari raya malikat adalah malam Bara’ah yaitu alam Nishfu Sya’ban dan malam Lailatul Qadar. Sedangkan hari raya orang-orang mukmin adalah Raya Fitri dan Adha. Karena itulah, maka malam Nishfu Sya’ban disebut sebagai malam hari raya malaikat. As Subki menjelaskan dalam kitab tafsirnya : Sesungguhnya malam nisfusaban akan menghapus dosa setahun. Sedangkan malam jumat akan menghapus dosa seminggu, dan malam lailatul qadar menghapus dosa seumur hidup. Yakni menghidupkan malam-malam ini dengan memperbanyak ibadah menjadi sebab terhapusnya dosa. Malam nisfusa’ban juga disebut sebagai malam-malam kehidupan. Karena adanya riwayat yang mengatakan “barangsiapa yang menghidupkan dua hari raya dan malam nisfusa’ban maka hatinya tidak akan mati pada saat hati hati dalam kondisi mati”. Malam nisfusa’ban juga disebut sebagai malam syafaat karena Kanjeng Nabi minta syafaat kepada Alloh pada malam ketiga belas dan Alloh memberinya sepertiga. Beliau meminta kepada Alloh pada malam keempatbelas lalu Alloh memberinya dua pertiga, dan beliau meminta syafaat pada malam kelima belas kepada Alloh dan Alloh memberikan seluruhnya, kecuali orang-orang yang lari melepaskan diri dari Alloh seperti larinya unta. Yakni lari menjauh dari Alloh dan mengabdikan dirinya kepada nafsunya dan berteman dengan syetan laknatullah alaih. Malam nisfusa’ban bisa disebut sebagai malam maghfirah, malam kemerdekaan dan malam pembagian dan penentuan. Di sebut malam magfirah karena Rasulullah pernah bersabda “Sesungguhnya Alloh melihat kepada hamba-hambanya pada malam nisfusa’ban lalu ia mengampuni kepada penghuni bumi kecuali dua orang laki-laki yaitu musyrik dan orang-orang pendendam. Disebut malam pembagian dan penentuan karena ada riwayat dari Atha’ bin Yasar : “Ketika malam nisfusa’ban malaikat maut menghapus (mengundur setiap orang yang akan mati dari satu sa’ban ke sa’ban berikutnya. Sementara seorang hamba pada saat itu menahan tanaman, melangsungkan pernikahan, dan melakukan hubungan suami istri, membangun bangunan. Padahal namanya telah disalin dalam daftar orang-orang mati. Dan malaikat maut tidaklah menunggu padanya, kecuali bila ia diperintah, maka barulah ia mencabut ruhnya.
Demikian tulisan ini semoga bermanfaat. Adapun yang ingin menggugat dalil-dalilnya silahkan dikonfirmasikan ke Imam Al-Ghazali. Karena dalil-dalil yang saya gunakan merujuk kepada kitabnya Imam Ghazali. Namun saya hanya menyarankan kita jangan pelit-pelit beribadah. Setiap detik ada ibadahnya. Selamat berNishfu sa’banan.
Pas di Ruang Guru SMA Negeri 3 Pukul 9.32
Isno
Senin, Agustus 03, 2009
Keutamaan Nisfu Sa'ban
Diposting oleh Goze IsnoLabel: Tasawuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar