Seutama-utama tauhid adalah La Ilaha ilalloh. Tidak ada Tuhan Kecuali Alloh. Di dalam La Ilahailalloh itu ada arti la ta’buda ilalloh. Tidak ada yang ku sembah kecuali Alloh. Apa saja yang kita lakukan harus diniati sebagai perwujudan ibadah kepada Alloh. Karena semua perbuatan yang tidak ditujukan kepada Alloh berarti bukan ibadah. Karena bukan ibadah maka hasilnya akan muspro, tidak ada gunanya, tidak ada manfaatnya, tidak memiliki arti apa-apa dihadapan Alloh. Apapun itu. Karena tidak memiliki faedah apa-apa maka orang ini akan mendapat amaliah kosong dan rugilah nanti diakherat kelak. Orang yang belajar, tujuannya bukan untuk mencari pekerjaan, tetapi untuk beribadah kepada Alloh dengan cara mengetahui ilmu Alloh dan kelak diamalkan kepada semua umat manusia. Bekerja merupakan ibadah kepada Alloh kalau diniati sebagai ibadah, “Dengan bekerja kemudian mendapat uang, akan kugunakan untuk menghidupi keluarga, dan menguatkan jasadku agar lebih giat beribadah”. Termasuk jabatan politik pun bisa menjadi ibadah kalau diniati ibadah kepada Alloh. Kalau diniati berjuang dijalan Alloh. De el el. Kalau manusia yang ia tuju hanya sifatnya material maka material itulah sesembahannya. Kalau yang diniati adalah ketenaran maka ketenaran itulah yang disembah. Kalau yang ia tuju adalah kekayaannya maka kekayaannya itulah tujuan hidupnya.
Sebenarnya sudah jelas, Alloh Tidak Menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Beribadah (ad-Dzariat :56). Artinya tujuan kita diciptakan adalah beribadah. Karena tujuannya beribadah ya harus beribadah. Kalau tidak beribadah, berarti menyalahi fungsi dari penciptaan manusia sendiri. Mungkin saya contohkan, manusia di dunia ini banyak diibaratkan seperti tamu. Yang namanya tamu, itu ad duyuf kal mayyit, Tamu itu ibarat mayit. Yang namanya mayyit diapa-apakan ya harus mau. Kalau tidak mau berarti bukan mayyit. Kita hidup di dunia ini tergantung yang punya. Kalau hanya disuruh beribadah ya beribadah. Tamu juga kalau disuguhi hidangan sebelum dipersilahkan belum boleh untuk makan. Kalau dimakan, sebenarnya tidak haram, Cuma suuladzab. Tidak punya tata krama. Begitu juga dengan kita, apa-apa saja hidangan di dunia ini, tidak boleh sembarangan makan. Harus izin dulu sama Alloh. Harus dipersilahkan dulu oleh Alloh. Mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak boleh dimakan. Ini halal dan ini haram. Suruhannya Alloh dan larangannya Alloh kita patuhi itulah sebenarnya wujud dari la ma’buda ilalloh. Tidak ada yang ku sembah kecuali Alloh.
Senin, Agustus 24, 2009
La Ma'buda Ilalloh
Diposting oleh Goze IsnoLabel: Tasawuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar