Rabu, Agustus 12, 2009

Antara Nurdin M.Top dengan Mbah Surip


Adalah menarik untuk menyandingkan kematian Mbah Surip dan Nordin M. Top dalam bingkai keberislaman. Di satu sisi ada yang kehilangan akan kematiannya disisi lain ada yang berharap dan bahagia akan kematiannya. Mbah surip mewakili salah satu orang yang mati tetapi banyak orang yang merasa kehilangan dan Nurdin mewakili orang yang diharapkan kematiannya. Why? Limada? Mbah surip orang yang mungkin dalam pandangan syariat orang yang tidak agamis karena tidak memakai jubah dan tidak memakai jenggot. Dia juga bukan orang yang pandai ndalil. Dia hanya seniman jalanan. Dia hanya lelaki tua yang berambut gimbal. Tidak punya tempat dan tidak punya kekayaan. Berbeda dengan Nurdin M.Top, dia lulusan pesantren Lukmanul Hakim. Keluarganya juga seorang kyai. Dia pandai baca kitab. Tentu juga dia pandai ndalil. Dia juga pakai jenggot mungkin juga pakai Jubah. Dia juga konon katanya melaksanakan pesan Tuhan dengan Jihad. Menurut kaca mata syariat dhohir dia sudah Islami. Tetapi kenapa dia justru yang dibenci dan dimaki????? Padahal dari kacamata Syariat dia lebih Islami. Sedangkan mbah surip?????? Namun kenapa ia bisa diterima semua kalangan. Kematiannya tidak ada orang yang tidak merasa kehilangan kecuali orang yang tidak pernah tahu mbah surip. Why???why???
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu mari kita menengok kembali sejarah dakwah para Wali Songo, mereka memperkenalkan Islam dengan cinta dan kasih. Sunan Kalijogo mengajarkan Islam kepada siapa saja dengan bahasa mereka. Jika masyarakat yang didatangi suka wayang maka dia memakai wayang untuk berdakwah di sana. Jika masyarakatnya suka music Dangdut maka dia memakai dangdut sebagai sarana untuk memasukkan pesan-pesan nilai Islam. Jika masyarakatnya suka lihat Film maka ia akan memasukkan pesan-pesan Islam lewat film itu sendiri. Ia tidak pernah memaksakan ajaran agamanya. Ia menerapkan la ikroha fiddin, tidak ada paksaan dalam beragama. Ia hanya penyampai dan tidak berhak untuk menghakimi jika orang tersebut tidak mau memeluk Islam. Justru di sinilah letak kecerdikan dan kemuliaan Sunan Kalijogo dalam berdakwah. Ia mampu memasukkan nilai Islam ke dalam alam bawah sadar masyarakat tanpa mereka menyadari terlebih dahulu bahwa mereka telah mempraktekkan Islam. Pelan namun pasti pesan-pesan yang dimasukkan itu lama kelamaan menjadi semacam ugeman, ajaran bagi orang jawa. Ajaran itu kemudian dianggap sebagai ajaran jawa padahal ajaran Islam. Begitulah Sunan Kalijogo.
Sunan kalijogo mirip dengan Mbah Surip. Konon kata seorang teman yang diberitahu salah satu Kyai di Mojokerto bahwa Mbah Surip itu sebenarnya adalah orang laku. Menurut kyai tersebut Mbah Surip itu pengamal ajaran-ajaran tauhid atau dalam istilah keilmuan dinamakan tasawuf. Kita bisa menganalisis dari ungkapannya I love You Full, lagunya tak gendong, sifat kesederhanaannya, sikap berkelananya dll. Mirip sufi. Ungkapan I Love You Full dalam tatanan bahasa Inggris saja kita tidak akan menemukan kata itu. Kita hanya bisa menemukan I Love You So Much. I Love You Full mungkin hanya Mbah Surip yang tahu. Tetapi yang jelas ungkapan tersebut bisa kita rasakan dalam sebuah rasa “rasa cintaku kepada kalian yang sangat teramat sangat”. Dalam ajaran Islam kalimat “Assalamualaikum” adalah bentuk yang mirip kepada kalimat I Love You Full. “Semoga Kalian Semua Wahai Saudaraku Selamat Dunia dan Akherat”. Bentuk doa selamat dunia akherat berarti doa tersebut ikhlas sebagai saudara untuk kebahagiaan saudara dunia akherat. Aku haram tidak menyelamatkanmu. Aku haram membunuhmu. Karena aku mencintai saudaraku seperti cintaku kepada diriku. Seperti cintaku kepada orang yang kucintai. Dalam doaku dalam salamku Alloh senantiasa hadir dan menjadi saksi setiap tindak tandukku kepada saudaraku. Jika apa yang kuucap dan kudoakan tidak sesuai dengan apa yang aku lakukan Allohlah yang menjadi hakim. Jika Alloh sudah menjadi hakim berarti saya siap untuk diadili oleh Maha Adil. Bukankah hal ini sama ketika kita berucap “Bismillahirahmanirahim” dalam setiap gerak. Atas Nama Alloh Yang Penuh Cinta dan Kasih aku bergerak. Atas Nama Alloh Yang Penuh Cinta dan Kasih aku makan. Aku berjalan. Aku mandi. Aku menolong. Aku bekerja. Aku belajar. Dan lain sebagainya. Lagu Tak Gendong, Tidak hanya sekedar dalam gendongan dalam arti dhohiriah. Tetapi gendong gendong yang sejatinya adalah gendongan kasih. Gendongan penuh cinta kepada siapa saja umat manusia. Daripada muter-muter kesana kemari yang tidak jelas jluntrungnya, lebih baik ada dalam gendongan tauhid. Dalam gendongan tauhid manusia akan menemukan kebahagiaan yang mantep, uenak, dan puol pokoknya. Tak gendong. Siapa yang menggendong dan siapa yang digendong???????? Sing nggendong adalah orang yang mau ngemong. Kalau dalam bahasa kambing berarti bocah angon. Yang angon iku adalah orang yang telah mampu angon/mengembalakan sifat kebinatangan dalam diri manusia. Bocah angon siap menggendong dan angon kepada siapa saja yang mau. Karena dalam angonan dan gendongan kita menjanjikan kebahagiaan. Setiap orang akan menemukan kebahagiaan dan kenyamanan dalam gendongan. Seseorang yang bisa nggendong dan ngemong itulah orang yang memberikan cinta. Cinta yang sejatinya cinta. Cinta yang berada dalam kerak hati. I Love You Full. Seperti juga ungkapan kasih seorang ibu yang ikhlas menggendong kemana-mana anaknya dalam lingkupan kasihnya. Ibu mengandung anaknya. Ibu menggendong kemana-mana. Mungkin keihlkasan dalam menggendong semua manusia itulah yang menyebabkan sekian banyak manusia merasa kehilangan karena sudah tidak ada yang menggendong lagi. Karena kita-kita ini kan masih dalam tahapan maqom bayi. Jadi masi ingin terus digendong.!!!!! Anda bisa bayangkan jika yang menggendong kita adalah orang yang tidak punya cinta. tentu ia akan selalu ingin mencekik kita karena dalam hatinya hanya ada dendam. Kasih sayang dalam hatinya telah ditercabut. Meskipun dia memakai mimic-mimik yang mengaku Islam. Tetapi toh keterjalinan cinta dan kasih tidak bisa ditipu. Bukankah begitu??????
Kita sudah cukup panjang menjadi bangsa yang memiliki pengalaman. Bukankah Islam datang ke Jawa Awal kali dan melakukan revolusi Sahadat itu lantaran yang membawanya tidak memakai pedang?????jadi kenapa kita tidak iqro terhadap masa lalu itu. Masa’ lebih cerdas orang dahulu daripada sekarang??????? Iqro’.

Tanggl 11 agustus 2009 jam 16;13
Isno

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*