Rabu, Agustus 05, 2009

Mbah Surip : I Love You Full


Sehabis mengajar di kelas XII aku langsung menuju UKS. Di sana saya berencana akan berkemas-kemas untuk pulang. Belum sampai saya ke UKS, tiba-tiba Bu. Elisabetz terengah-engah sambil berteriak, “Mas, mbah surip mati, mbah surip mati”. Aku kaget antara percaya dan tidak. “mbah surip tak gendong itu ta, bu?” “Iya”, “kok bisa meninggal, bu?”, “Iya, mungkin kecapek’an mas, kasihan dia”. Mendengar kabar itu aku merasa kehilangan sekali dengan kematian mbah surip. Bu Eli juga terlihat begitu sedih dan merasa sangat kehilangan. Padahal kami tidak secara mendalam mengenal Mbah Surip apalagi Mbah Surip mengenal kami. Tetapi seakan ikatan batin itu begitu kuat. Mbah surip seakan merupakan bapak yang menjadi panutan bagi kita semuanya. Terlebih kami-kami orang Mojokerto yang memiliki kesamaan daerah dengan mbah surip. Ya!!!!akhirnya kuhembuskan nafas dalam-dalam dan berucap “Innalillahiwainnailaihirojiun”. Begitulah drama kehidupan. Seperti komidi putar, dari bawah kemudian naik sampai dipuncak terus turun. Setelah turun dia akan pergi dan digantikan oleh penumpang lain. Hanya begitu. Semuanya kembali kepada ALLOH. Kalau Alloh sudah memanggil mau apa kita, selain menerima dengan ikhlas. Sebaik-baik apapun maupun sejahat-jahat apapun, atau sekaya-kaya apapun atau sehebat-hebat apapun, toh akan kembali kepada ALLOH. Kita hanya bisa menerima.
Kembali ke Mbah Surip. Beberapa minggu yang lalu, ketika saya mengajar siswa-siswa saya, saya sangat membanggakan Mbah Surip. Seringkali aku sitir filosofi hidup Mbah Surip. Belajar salah. Ya belajar salah. Orang yang belajar dari kesalahan-kesalahan akan menemukan kekurangan diri untuk menemukan kebenaran. Orang yang mengaku salah dia akan berusaha untuk menjadi benar. Bukannya hanya belajar benar. Karena orang yang hanya belajar benar cenderung menganggap dirinya paling benar. Sehingga dia dalam melakukan segala sesuatu cenderung merasa dirinya benar. Jika dia melakukan kesalahan apapun tetap dia berkeyakinan benar. Karena dia menganggap dirinya paling benar. Bahkan ketika ribut-ribut dengan temannya seringkali berebut benar. Coba bayangkan jika orang bertengkar berebut kesalahan tentu tidak akan terjadi pertengkaran. Karena hakikatnya orang bertengkar itu berebut kebenaran. Bukankah selama ini pribadi berebut benar dan menganggap diri paling benar telah mendarah dalam alam bawah sadar kita. Orang ngebom Hotel menganggap dirinya benar karena dirinya mengganggap sebagai utusan Tuhan dan memperjuangkan kepentingan Tuhan. Orang membunuh, mencopet, memperkosa dll menganggap dirinya benar karena mereka merasa kepepet. Orang korupsi merasa benar karena dia merasa pejabat yang berhak mendapatkan fasilitas lebih. Bukankah itu adalah patologi social yang sangat akut. Bahkan bisa dikatakan di Indonesia ini orang terkena penyakit merasa dirinya paling benar sudah berada pada posisi stadium empat. Mbah surip menawarkan “Ayo, Hai orang Indonesia, koreksi dirimu, sudah benar atau salah. Lihat salahmu agar engkau tahu mana yang benar. Ayo kembalilah-kembalilah. Daripada muter-muter kedinginan karena kesesatanmu lebih baik kesini saja tak gendong dengan balutan Tauhid. I Love You Fuel”. Mungkin begitu yang dimaui Mbah Surip. Bukankah kita ini hanya disuruh iqro. Ada apa dengan mbah surip???? Seseorang yang fenomenal. Artis jalanan yang tidak punya rumah. Pakaian sederhana. Tidak punya rumah. Tua. Gimbal rambutnya. tetapi penuh dengan filosofi kehidupan. Ada apa dengan ketenaran Mbah Surip? Ada apa dengan lagu tak gendong bisa melejit? Ada apa dengan lagu bangun tidur? Ada apa dengan kematian mbah surip yang meninggal pasca ketenaran dipuncak karirnya? Ada apa dengan Mojokerto???? Silahkan anda membaca gerak zaman yang Alloh sebenarnya berpesan disitu. Mungkin sedikit gambaran dari rasan-rasan saya dengan mertua saya, “Mau ada apa ya sekarang ini? Kok lagunya tak gendong kemana-mana? Dulu ada lagu Hanoman Kobong, semuanya banyak terbakar, hutan terbakar, rumah terbakar dan lain-lain. Kalau sekarang ada apa ya?????” Selamat Tinggal Mbah Surip. Engkau meninggalkan kami untuk Iqra bismirobika.

Jam 06:39
Belum mandi, keenakan nulis lupa mau berangkat mengajar

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*