Setelah burung Hudud selesai bercerita, burung-burung yang lain mulai bersemangat membahas kebesaran sang Raja, dan dipenuhi kerinduan untuk menerimanya sebagai penguasa mereka. Semuanya tidak sabar untuk segera berangkat. Mereka memutuskan untuk pergi bersama, masing-masing ingin menjadi sahabat yang lainnya dan menjadi musuh untuk dirinya. Tetapi, ketika mereka menyadari betapa jauhnya perjalanan dan betapa beratnya menempuh perjalanan itu, mereka mulai ragu.
Walaupun setiap burung sudah berniat untuk menempuh perjalanan, masing-masing mengajukan keberatan. Burung bulbul yang sedang kasmaran, maju ke depan dengan penuh perasaan. Ia mencurahkan gelora hatinya pada ribuan nada lagu-lagunya. Pada setiap nada ada satu alam rahasia. Ketika ia menyanyikan seluruh misteri ini, burung-burung menjadi bungkam. “Rahasia cinta sudah aku ketahui, kata dia. “Sepanjang malam, aku ulang lagu-lagu cintaku. Tidak adakah Dawud yang malang supaya aku dendangkan baginya Mazmur cinta yang penuh kerinduan? Rintihan seruling yang manis terjadi karenaku, begitu pula jeritan suara biola. Kuciptakan goncangan di antara bunga mawar dan juga hati para pecinta. Selalu kuajarkan misteri yang baru. Ketika cinta menguasai jiwaku, nyanyianku seperti lautan yang mendesah. Siapa saja yang mendengarku, meninggalkan akal sehatnya walaupun ia termasuk orang yang bijak.
Jika aku berpisah dari Mawar kesayanganku, aku berduka cita. Kuhentikan nyanyianku dan tidak kuceritakan rahasiaku kepada siapapun. Rahasiaku tidak diketahui oleh siapapun, hanya Sang Mawar yang tahu pasti. Begitu dalamnya aku mencintai sang mawar, aku tidak pernah memikirkan wujudku sendiri. Aku hanya memikirkan sang Mawar dengan putik sarinya. Perjalanan menuju simorgh di luar kemampuanku. Cinta sang Mawar sudah cukup bagi burung bulbul. Untuk dakulah sang mawar berbunga dengan ratusan putiknya, apalagi yang aku inginkan sang mawar yang merekah hari ini penuh dengan kerinduan dan ia tersenyum bahagia buatku. Ketika ia menampakkan wajahnya di balik kelambu, aku tahu itu dilakukan untukku. Bagaimana mungkin sang bulbul melewatkan satu malam pun tanpa kecintaan pesona ini?
Burung Hudhud menjawab : “ Hai bulbul yang terpesona oleh bentuk luar, berhentilah dalam kebahagiaan karena keterikatan kepada hal yang menipu. Kecintaan sang mawar mengandung banyak duri, ia telah mengganggu dan menguasaimu. Walaupun mawar itu indah, keindahannya akan segera hilang. Siapa saja yang mengejar kesempurnaan diri, tidak boleh menjadi budak bagi cinta yang segera berlalu. Jika senyum bunga mawar membangkitkan gairahmu, senyum itu akan mengisi siang malammu hanya dengan rintihan. Tinggalkan mawar, karena pada setiap musim semi yang baru, ia menertawakanmu. Setelah itu, ia tidak pernah tersenyum lagi, malulah pada dirimu sendiri
(Dalam Tafsir Al-Fatiha, Kang Jalal)
Gambaran di atas adalah gambaran yang sangat indah yang dihadirkan ulama dalam menasehati umat agar tidak terjebak pada cinta yang sementara, padahal kian banyak umat terjebak pada cinta-cinta semu. Cinta yang menjebak, cinta yang liar dan cinta yang menipu. Ia hadir pada tiap orang, walau mereka yang berjubah dan bersimbolkan kesalehan sekalipun............wallahu a’lam.
Mojokerto, 19: 33 tanggal 16 Mei 2010
Al-Fakir
Senin, Mei 17, 2010
Budak Cinta
Diposting oleh Goze IsnoLabel: Tasawuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar