Selasa, Oktober 13, 2009

Keuangan Yang Maha Kuasa


Time is money. Demikian sebuah kata mutiara yang selalu didakwahkan oleh setiap orang bila dikaitkan dengan masalah bisnis, atau untuk memarahi orang yang kurang menghargai waktu dengan bermalas-malasan tidak menghasilkan uang sama sekali. Abang punya uang tak sayang, abang tidak punya uang maka tak tendang, demikian juga joke yang sebenarnya mengarah kepada penghargaan terhadap uang. Hal yang sama dengan arti yang mirip dalam sebuah lirik lagu “ Duwit...... duwit, mau makan pakai duwit, mau gaya pakai duwit, mau nikah pakai duwit, mau buat anak pakai duwit, mau mati pake duwit, SEMUANYA PAKE DUWIT, SEMUA ORANG MABUK DUWIT”. Hingga terakhir sebuah seloroh yang sering dipakai oleh orang yang berputus asa dalam mencari rizki halal dan orang yang tidak mampu membedakan uang “apa” mengatakan “Yang Haram saja sulit apalagi yang halal”????????!!!!!!!!
Maka tepatlah bila tulisan ini saya kasih title “ Keuangan Yang Maha Kuasa”. Tetapi jangan ditafsiri macam-macam. Saya hanya berkeinginan untuk mengkritik konsep banyak orang yang tega-teganya menggantikan posisi Alloh Yang Maha Kuasa mengjadi Keuangan Yang Maha Kuasa. Harus kita akui, bahwa dalam kehidupan kita ini sudah banyak mengarah kepada uang yang dituju, bukannya ALLOH ( Buka tulisan saya dulu “La Maksuda Ilalloh”). Tidak ada yang ku tuju kecuali Uang, mungkin gambarannya demikian. Kalau begitu, apa hal ini tidak menjadikan orang terpleset ke wilayah syirik??????? MENDUAKAN TUHAN. Apa hal ini tidak berbahaya bila dibandingkan orang memuja keris, atau kuburan yang sering di sesat-sesatkan?????? Kenapa???? Karena hampir penyakit ini menggerogoti kita semuanya. Kalau keris itu sih!!!!! cuma yang punya keris saja dan itu paling sedikit. Kalau uang????????? Bedakan dengan pertanyaan ini, Anda punya keris?????? Dengan, Anda punya uang???? Anda kepingin keris banyak???????? Anda Kepingin uang yang banyak!!!!!!!????????? Anda ingin menjadi penguasa keris??????? Anda ingin menjadi penguasa uang????? Pertanyaan dan jawabannya dijamin rasanya beda.
Coba anda membayangkan dan kalau bisa mencoba untuk diam sambil memejamkan mata. Melihat kehidupan disekeliling kita. Pada pukul tiga dini hari, lihatlah ada saudara-saudara kita yang terbangun malam dan melaksanakan wudlu kemudian sholat dengan diiringi sujud sambil beruraian air matanya mengadukan keluh kesah kesalahan serta kehidupannya kepada ALLOH. Di sisi lain ada saudara kita yang baru pulang dari diskotik sambil berjalan terhuyung huyung mabuk. Dia masuk kerumahnya, menggedor-gedor pintu agar dibukakan oleh istrinya. Istrinya membukakan dan dipukul karena terlalu lama membuka pintunya. Dia menangis. Dan suaminya langsung tersungkur ke kursi rumah. Sang istri sambil menangis kemudian membukakan pakaian dan membuat minuman kopi. Ada juga saudara kita yang baru pulang dari mencuri, mencopet, merampok, kerja malam dan juga ada yang baru pulang dari hotel karena semalaman baru dapat bokingan dari orang kaya untuk melayani anunya yang sedang berusaha untuk dihibur. Ada juga saudara-saudara kita yang menyiapkan dagangan sambil mengendari sepeda bututnya. Tidak berapa lama kemudian terdengar lantunan TARKIM. Kemudian dilanjutkan dengan Adzan. Kemudian berduyun-duyun orang berdatangan ke Masjid. Yang laki-laki memakai sarung, perempuannya memakai mukena. Sehabis dari Masjid, sang istri menyiapkan masakan. Anak-anak muda masih ada dalam selimut-selimut tebal mereka. Namun ada saudara kita yang bangun kemudian berolah raga. Riuh ramai di lapangan. Beberapa lama, sudah ada hiruk pikuk dalam keluarga. Si kecil bangun merengek-rengek minta diantar kencing. Saudaranya ada yang langsung melihat televisi. Anak-anak sekolahan menyiapkan keperluannya untuk sekolah. Ia mandi dan berganti pakaian. Pemuda-pemuda yang barusan bangun langsung menuju ke warung warung kopi. Tidak berapa lama pada pukuk setengah tujuh, terdengar suara yang hampir bersamaan. Brung brung brung.........det det det......... suara sepeda motor dan mobil bersahutan bergerak ke tempat kerja mereka masing-masing. Nun jauh disana, para petani telah mencangkul di sawahnya tanpa harus membisingkan jalannya. Di jalan-jalan agak sunyi. Karena semua orang bekerja sesuai dengan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang dikantor, di sekolahan, di pasar-pasar, di sawah, di gedung DPR dan dimanapun. Sampai pukul sekitar dua belas......jalan mulai ramai kembali. Kendaraan mulai bersahutan. Anak-anak SD pulang dan orang tua menjemput anaknya masing-masing. Setelah itu orang tuanya kembali ke kantor mereka masing-masing lagi. Tidak berapa lama, anak SMP dan SMA juga baru pulang dari sekolahnya masing-masing. Sampai jam 4 kendaraan di jalan-jalan mulai ramai kembali. Pekerja-pekerja kantoran mulai pulang. Jalan-jalan mulai ramai kembali. Mereka berebut. Para kondektur bersahutan merayu-rayu penumpang. Peluit ke sana kemari, para pengamen, pedagang asong, sampai pencopet lebur dalam arus manusia yang berseliweran. Sampai menjelang malam, sudara adzan magrib bersahutan antar speaker. Orang berbondong-bondong menuju Masjid. Setelah maghrib, orang-orang disbukkan dengan makan dan aktivitas lainnya lagi. Di Alun-alun akan kita lihat betapa ramainya orang berjual beli. Di pinggir-pinggir sungai, anak-anak muda sudah nongkrong berduaan disana. Pekerja-pekerja malam, Tempat karaoke sudah menyiapkan dengan baik untuk menyambut malam yang meriah. Di Mal mal mulai ramai. Ditengah hiruk pikuk, adzan isya’ berkumandang. Namun toh lebih ramai Mal daripada Masjid Agung sekalipun. Hiruk pikuk itu baru selesai sekitar pukul sembilan-sepuluh. Pedagang-pedagang mulai mengemasi dagangannya. Tetapi pedagang Bakso dan pedagang Tahu tek terus berjalan menyusuri rizki yang belum dia dapat. Tek....tek.....tek......tok....tok.... di club-club justru semakin lama. Masjid-masjid di kunci. Orang tertidur, melanjutkan kehidupan seperti KEMARIN.
Hidup yang mekanik. Mereka bergerak, membanting tulang, menghilangkan kehormatan, merampas hak saudara mereka sendiri, membunuh, semua demi UANG. Dari waktu subuh sampai terpejamnya mata mereka bergerak demi UANG. Tanpa sadar mereka melupakan tugas mereka hidup. Untuk apa aku hidup??????? Yang diketahui adalah dengan UANG aku bisa melakukan segala apapun. Termasuk membeli kehormatan sekalipun. Kalau kita memakai alat yang bernama RONTGEN (baca Rongsen), maka yang terlihat di otak mereka Cuma UANG. Uang yang berwarna merah dan biru. Kalau kita bedah hatinya, ternyata terselip UANG. Pegawai bekerja karena UANG, Pelajar belajar ujung-ujungnya ingin menjadi orang sukses dan mendapatkan uang banyak, DPR berdebat sana sini ujung-ujungnya uang, Kyai berkutbah ujung-ujungnya uang, tender-tender yang diumumkan ternyata ujung-ujungnya uang, semuanya LIL UANG. Tetapi tetap dalam tanda kutip. Kalau kita simpulkan ternyata keuangan benar-benar YANG MAHA KUASA. Uang menguasai seluruh pikiran hati dan kehidupan manusia yang ada di bumi ini. Semuanya LA ILA HA ILA UANG. Kita berdzikir La Ilahaillaloh, itu hanya di bibir, hati dan pikiran tidak. Kita pandai bersilat lidah, bahwa apa yang kita lakukan hanyalah amaliah sosial kita, tetapi kalau kita peres teryata juga UANG. Kita terlalu pandai dengan mengatakan bahwa doa itu baik tetapi ujung-ujungnya REG SPASI. Kita terlalu pandai mengatakan bahwa ayat-ayat suci sangat bagus untuk memecahkan segala persoalan tetapi ujung-ujungnya UANG. De el el.......................APA YANG TIDAK UANG????????? SYETAN MENARI DISANA!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Perhatikan firman ALLOH dalam surat Al’Ala ini, renungkan dan kira-kira kita termasuk di dalamnya ataukah bukan..........
Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. ,Dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*