Engkau Patriot Pahlawan Bangsa
Membangun Insan Cendekia
Perubahan pada syair terakhir lagu “ Hymne Guru “, yang semula “ Tanpa Tanda Jasa “ menjadi “ Membangun Insan Cendekia “, ini tidak begitu menarik perhatian saya pada awalnya. Biasa saja. Hanya sekedar perubahan kecil yang dilakukan untuk suatu kebijakan tertentu. Tapi kemudian saya tercenung. Kenapa harus diubah segala? Bukankah ini lagu nasional? Aneh.
Menurut saya pribadi, lagu Hymne Guru yang berbunyi “Engkau Patriot Pahlawan Bangsa, Tanpa Tanda Jasa “ seharusnya memang begitulah seorang guru. Guru yang ikhlas mau mendidik murid-muridnya. Guru yang tidak mengharap imbalan apa-apa untuk melakukan transformasi ilmu kepada siapa saja yang membutuhkan. Guru yang bisa ngemong. Guru yang bisa nggendong. Guru yang bisa dadi bocah angon mengembalakan kebodohan menuju ladang kepandaian. Guru yang bisa menjadi tangga, yang menghantarkan murid-muridnya untuk menuju tangga yang lebih tinggi atau maqom yang lebih tinggi. Maka wajar jika guru dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa, karena apa saja yang digunakan untuk membalas kebaikannya dalam menebarkan benih ilmu tidak bisa dihargai hanya dengan tumpukan uang.
Namun, dalam pandangan saya sebagai seorang siswa, saya banyak menemukan ketidak konsistenan peran guru sekarang ini. Ketidakkonsistenan itu saya lihat dari pengabdian mereka yang tidak memperlihatkan diri mereka sebagai seorang pahlawan tanpa jasa. Mereka mengajar karena memang mereka dibayar. Jika tidak dibayar mereka tidak mau mengajar. Jika gajinya sedikit mereka akan berunjuk rasa, Nah!!!!!!.
Ada saya temui, seorang guru nyambi bisnis. Saking sukses bisnisnya sampai-sampai dia lupa kewajiban dirinya, mengajar siswa-siswinya. Siswa yang ditinggalkan, tentu bosan dengan suasana jam kosong terus menerus. Akhirnya siswanya membuat onar. Namun karena membuat onar akhirnya mereka yang dihukum. Kesalahan-kesalahan ditumpahkan kepada siswanya. Tidak pernah mereka menumpahkan kemarahan kepada dirinya yang tidak mengajar atau menjadikan jam kosong?
Lebih parah, ada guru yang dengan tega memeras para siswanya untuk memuaskan nafsu duniawi mereka. Dengan cara memberlakukan sistem suap-suapan khususnya pada awal tahun ajaran baru. Siswa yang tidak memiliki kualifikasi danem tinggi bisa masuk melalui jalur tikus. Tentunya dengan membayar sejumlah fulus yang sesuai dengan kesepakatan. Dengan kata lain, Asal ada banyak uang, nilai dan otak menjadi pertimbangan ulang. Lalu, bagaimana nasib siswa yang kurang pintar dan kurang beruang? Ada sebuah novel berjudul “ Orang Miskin Dilarang Sekolah” mungkin judul itu menggambarkan kondisi pendidikan itu sekarang. Orang miskin dilarang pintar. Orang miskin dilarang cerdas. Kalau begitu sama saja dengan sistem hukum rimba dong? Memang. Tapi kalimatnya diubah. Bukan lagi yang kuat yang berkuasa, tapi berubah menjadi yang kaya yang berkuasa. Orang-orang yang aneh. Menyamakan diri sendiri dengan binatang.
Terbesit pula sebuah pertanyaan dalam otak saya. Jika proses awal menuntut ilmu sudah nggak bener, bagaimana hasilnya? Apakah ilmu yang mereka peroleh benar-benar murni? Ke realita saja. Dimulai dari guru yang tak lagi menjaga kesucian dalam mengamalkan ilmu, sistem yang tak lagi bersih dalam mencari calon-calon penerima ilmu, dan siswa sendiri yang mau mengotori diri dengan menghitamkan proses pencarian ilmu, apakah ilmunya masih bersih? Hanya hati dan pikiran yang terbuka saja yang dapt menjawabnya.
Sadar atau tidak, dampak dari pengotoran tersebut sangat besar. Ilmu yang mereka dapat tak lagi barokah. Lha, bagaimana mau barokah? Wong prosesnya saja kotor. Akhirnya, siswa-siswa pun belajar dengan cara kotor pula. Nyontek dan ngerpek menjadi jalan pintas untuk mendapat nilai baik. Dan terkadang cara seperti ini dihalalkan oleh sistem sekolah. Karena dari awal sudah diajari korup kecil, begitu ditempatkan dimasyarakat ia akan melebarkan sayapnya menjadi korup besar. Proses kotor, ilmu kotor, dan hasil yang kotor pula.
Dari sini aku menjadi mengerti kenapa lagu itu berubah menjadi guru membangun insan cendekia, tidak menjadi pahlawan tanpa jasa. karena guru memang telah berubah dengan fungsinya. Guru berfungsi membangun. karena membangun maka butuh dana. karena dimanapun sesuatu usaha membangun itu perlu dana. kalau dananya besar maka diperlukan proyek besar. karenanya tidak heran ada proyek buku, proyek bangunan sekolahan, proyek pengadaan barang, proyek Bos, Proyek Bom, dll. Ya begitulah!!!!! aku menjadi berpikir-pikir untuk menjadi guru kelak. Kata gurunya Pak Isno, Janganlah menjadi pegawai negeri jadilah pegawainya Alloh. Mungkin saya akan mengikuti ke sana.
Ya, tetapi kalau memang Alloh menaqdirkan saya menjadi guru. sedikit asa untuk memperbaikinya akan kugunakan seluruh hidupku untuk memperbaikinya. kita harus bangkit dari keterpurukan bangsa ini.Kita jaga diri kita dari kotoran-kotoran yang saya sebutkan tadi. Yang paling utama, kita bersihkan ilmu kita. Kemudian kita amalkan agar nantinya menjadi berkah. Barokallah….
Ditulis oleh :
Rochmatul (Anggota Genk SKI)
Jumat, Juli 31, 2009
Guru Bayaran
Diposting oleh Goze Isno1 komentar Label: pendidikan
Senin, Juli 27, 2009
Tangan Malaikat Mikael
Diposting oleh Goze Isno
Pada hari sabtu kemarin, saya mengadakan tasyakuran masuk rumah. Undangannya guru-guru SMA Negeri 3 Mojoketo dan SMA PGRI 2. Saya menyiapkan 100 mangkok soto Lamongan asli untuk hidangannya (tentu dengan isinya bukan hanya mangkoknya saja). Karena jumlah guru plus karyawan dua sekolahan itu sekitar 100 lebih. Jumlah yang menurut ukuran saya sudah sangat banyak. Sangat banyaknya dihitung dari jumlah pengeluaran yang akan saya gunakan untuk menjamunya. Tetapi beruntung Alloh memberi pertolongan rejeki tanpa diduga kepada saya, sehingga saya memberanikan diri untuk mengundang teman-teman. Mungkin Alloh tahu kalau saya sedang kepepet. Kepepet dalam hal mendanai basa-basi social. Basa-basi social yang saya maksudkan adalah, berbaik-baik dengan masyarakat agar lingkungan disekitar kita tidak ghibah kepada kita. Saya mendengar, dilingkungan kanan kiri pengajar, ada istilah jawanya nyemoni, “Pindah kok ndak bilang-bilang”, “kapan syukurannya”dll. Demi menghentikan perilaku ghibah mereka, aku memberanikan diri untuk tasyakuran, walau sebenarnya pindah rumah itu sudah lama saya lakukan bersama dengan family sendiri dan tetangga sekitar. Hitung-hitung menolong mereka agar tidak melakukan dosa. Tetapi lebih jauh dari itu, sebenarnya acara itu sudah ingin aku lakukan, tetapi menunggu sampai punya uang. Tetapi yang namanya manusia, ya tetap manusia. Mereka punya pikiran, punya hati, punya mulut yang berbeda-beda. Yah! Begitulah kita harus arif menyikapinya.
Lagi-lagi dengan bahasa kearifan, yang namanya manusia, ketika tidak diundang berbicara, ketika diundang tidak mau datang. Ternyata dari jatah 100 orang yang kuundang, hanya 50 orang saja yang datang. Aduh!!!! Jika aku gunakan dengan bahasa emosional ingin sebenarnya marah. Masak acara yang kupaksakan untuk menghormati beliau-beliaunya dengan segala keterbatasan kemampuanku eh!!!!!ternyata tidak datang. Yang 50 mangkok harus kukemanakan. Padahal sudah aku beli semuanya. Apa akan dibuang????? Wah sayang sekali. Lama aku berpikir, akhirnya aku menemukan ide. Yang 10 aku akan berikan kepada santri pondok yang ada didepan rumahku, yang 10 lagi ke anak yatim piatu, yang 10 aku akan mengirimkannya ke PGRI 2, sedangkan sisanya kuberikan kepada murid-muridku yang membantuku dan satpam di SMA 3. Akhirnya aku sebar nasi bungkus itu ke semua tempat yang aku rencanakan itu. Alhamdulillah selesai. Dalam hatiku aku bersyukur sekali, pada hari itu aku benar-benar seakan menjadi orang kaya, yang mampu membagi rejeki kepada sesama. Pada hari itu seakan-akan aku disuruh malaikat mikail untuk membantunya membagikan rejeki kepada 100 orang. Tanganku seakan dipinjam oleh malaikat mikail membagi-bagikan rejekinya. Alhamdulillah luar biasa rasa plong dan tentram telah menyelimuti hatiku. Rasa jengkel bahkan rasa tidak ikhlas kemudian lebur menjadi satu dalam penyatuan spiritual. Mudah-mudahan Alloh ridlo dan menerima pengabdianku. Aku hanya perantara, bukan pemberi rejeki. Karena hanya Alloh sajalah yang sebenarnya pemberi rejeki. Sebagaimana ayat di atas “Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah" (As-saba ayat 24). Mungkin Alloh pada hari itu menggerakkan rejekinya kepadaku untuk disalurkan kepada 100 orang. Mungkin Alloh yang menggerakkan orang 50 saja yang hadir agar anak santri dan anak yatim serta orang-orang lainnya yang mendapatkan sapaan rejekinya. Mungkin Alloh menggerakkan aku untuk membeli soto kepada orang lamongan itu agar ia mendapatkan rejeki dari Alloh untuk mencukupi istri dan anak-anaknya. Mungkin Alloh yang menggerakkan hatiku untuk membeli kerupuk, semangka, kacang kepada pedagang karena mereka seharian belum mendapatkan penghasilan yang besar. Dan Alloh memenuhi kebutuhan mereka. Mungkin saja ada makanan yang tersisa dari jamuan itu kemudian terbuang. Tetapi terbuangnya itu karena sudah direncanakan Alloh untuk menghidupi makhluk Alloh lainnya yang belum makan seperti cacing, ayam, bakteri dan lain sebagainya. Subhanalloh. Subhanalloh. Subhanalloh. Alloh yang memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk membagi rejeki kemudian malaikat mikail meminjam tangan manusia dermawan untuk menyebarkan rejekinya kepada manusia lainnya. Jadi jika antum menjadi orang dermawan sebenarnya tangan antum telah berubah menjadi tangannya malaikat Mikail. Indah bukan????? Semakin banyak antum memberi kepada sesama semakin lama antum bersama malaikat Mikail. Hakikinya antum adalah tangan kananya malaikat mikail, sedangkan malaikat mikalil sendiri adalah tangan kanannya Alloh. Indah bukan?????. Banyak orang yang bangga menjadi tangan kanannya bupati, wali kota, gubernur, menteri atau presiden, tetapi apakah antum tidak lebih bangga jika antum adalah tangan kanannya ALLOH????
Dusun sayun, Lamongan, 10.04
Isno Al-Kayyis
0 komentar Label: Curhat
Kamis, Juli 23, 2009
Sabtu, Juli 18, 2009
Wisata Spiritual
Diposting oleh Goze Isno
Tanggal 20 hari senin, kita akan memperingati Isra’ Mi’rajnya Kanjeng Nabi Muhammad. Isra’ mi’raj sebagaimana keterangan dalam surat bani Israil ayat 1, menjelaskan tentang perjalanan Kanjeng Nabi dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) kemudian menuju ke Sidorotul Muntaha. Dalam perjalanan ini menurut beberapa ulama, sebagai bentuk hiburan yang diberikan Alloh kepada Kanjeng Nabi yang beberapa kali merasakan kesedihan yang terus menerus. Dari ditinggal paman yang melindunginnya Abu Thalib, kemudian istri tercintanya Sayyidati Khodijah, dan dari pengepungan (pemblokiran ekonomi) kaum kafir Qurays Makkah kepada umatnya yang masih segelintir, yang membuat umatnya sengsara. Saking sedihnya, sehingga hari itu jika diperingati, dapat disebut hari berkabung Nasional Makkah. Karenanya kanjeng nabi butuh refresing. Dan Alloh tahu bahwa Kanjeng Nabi butuh refresing, karenanya Kanjeng Nabi diberi Travel Gratis “Wisata Ruhani”. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran jika kita ini stress menghadapi berbagai persoalan dunia maka berwisatalah, berekreasilah. Namun sebaik-baik wisata adalah wisata yang mengandung wisata ruhani. Dengan berwisata maka orang itu akan bahagia. Namun perlu diingat, wisatanya adalah wisata ruhani, jika kita ingin bahagia maka kita harus berwisata ruhani. Orang yang tidak pernah wisata ruhani maka dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Dia juga tidak bisa melepaskan diri dari semua masalah, karena tidak berwisata.
Dalam perjalanan menuju Alloh itu beberapa ulama berbeda pendapat tentang “Apakah Kanjeng Nabi Muhammad melakukan Isra’ mi’rajnya dengan tubuh plus ruhnya ataukah hanya dengan ruhnya saja, tubuhnya ditinggal kemudian ruhnya lepas menuju Alloh seperti rogoh sukma atau moksa begitu”. Yang berpendapat bahwa Kanjeng Nabi melakukan Isra’ mi’raj hanya dengan ruhnya saja berasumsi bahwa tidak mungkin jasadnya itu ikut menuju ke langit. Karena tubuh tidak akan kuat untuk menahan kecepatan buroq yang begitu tinggi. Jarak yang superjauh hanya ditempuh setengah malamnya saja. Pun dengan logika orang awam Makkah kala itu, apa bisa Kanjeng Nabi terbang?. Apa bisa Kanjeng Nabi bisa menempuh jarak dari Makkah ke Palestina dengan kecepatan tinggi. Menurut guru saya, ketika Kanjeng Nabi habis Isra Mi’raj, kanjeng Nabi pernah dites dengan mengangkat kedua kaki, tetapi terjatuh. Karenanya diasumsikan bahwa Kanjeng Nabi melakukan Isra Mi’raj kemungkinan besar adalah ruhnya. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa nabi Muhammad melakukan Isra Mirajnya dengan ruh sekaligus jasadnya, sangat hebat sekali dikemukakan oleh Agus Mustofa. Dia menyatakan bahwa tubuh kanjeng nabi telah diubah menjadi bentuk energi. Malaikat yang memiliki unsur cahaya bertemu dengan manusia yang berunsur tanah. Keduanya bersatu membentuk satu sinergi. Materi bertemu dengan immateri bisa menjadi immateri. Karena tubuh kanjeng Nabi telah berubah menjadi semacam energi maka cahaya (malaikat) dapat menghantarkannya secepat dengan kecepatan cahaya. Ingat cahaya Matahari yang berkilo-kilo meter saja menuju bumi hanya ditempuh oleh cahaya dengan kecepatan 8 menit. Karenanya sangat logis kalau menuju sidorotul muntaha dengan setengah malam saja.
Terlepas dari kedua perbedaan itu, perjalanan kanjeng nabi adalah perjalanan spiritual. Dimana Kanjeng Nabi mencapai Ma’rifatullah, bertemu dengan Alloh. Kemudian Kanjeng Nabi dititahkan untuk memberikan alternatif kepada manusia jika ingin berwisata ruhani maka cukup dengan mengendarai sholat sebagai kendaraannya. Beri’tibar kepada Kanjeng Nabi, kanjeng nabi ketika menghadapi masalah kemudian diberikan oleh Alloh untuk wisata ruhani yakni sholat, sebagaimana dalam Al-quran ayat Al-Baqarah ayat 45. Sholat menurut Abu Sangkan adalah salah satu kunci mengembalikan kesadaran diri manusia untuk mengingat kembali akan ke fitrahan diri. Dengan sholat manusia akan menemukan siapa sesungguhnya dirinya. Apa tugas dia. Dan bagaimana mengenal Tuhannya (An Nahl ayat 99-100, Al Araf ayat 201, Shaad ayat 82-83). Sholat menjadikan orang itu ikhlas, memasrahkan dirinya, hidupnya matinya kepada Alloh. Dan puncaknya sholat akan mencegah perbuatan-perbuatan yang keji maupun mungkar. Tetapi kenapa banyak orang sholat tetapi hidupnya berantakan? Bahkan korup, brandal, rentenir dll? Karena sholatnya tidak memasrahkan dirinya kepada Alloh. Jasadnya sujud namun “ruhnya yang dipenjara oleh nafsunya” tidak tunduk kepada Alloh. Karenanya orangnya masih belum mencapai apa yang dicita-citakan sholat. Memasrahkan diri kepada Alloh. Hidupnya matinya. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak sholat??????anda bisa membalik logika yang saya kemukakan di atas. Berarti orang itu mengalami amnesia spiritual. Lupa tugasnya untuk sujud dan tunduk kepada Alloh. Walahua’lam.
0 komentar Label: Tasawuf
Neo Liberal, Neo Kapitalisme
Diposting oleh Goze Isno
Rabu malam kamis, saya di undang oleh MTs Sunan Ampel Desa Jiyu Kotorejo untuk mengisi kegiatan LDKS dengan ISQ. Jalan-jalan yang kulalui begitu menarik perhatianku. Pasalnya sebelum masuk desa Jiyu banyak berdiri pabrik-pabrik besar. Tetapi yang membuatku tertarik untuk memperhatikannya adalah sebuah pabrik besar yang berdiri kokoh berada di kiri jalan. Pabrik itu adalah pabrik bir. Subhanallah. Dalam benakku aku bertanya, kok bisa ya, pabrik bir itu bisa berdiri di Mojokerto???. Padahal rumah ketua MUI-nya tidak jauh dari tempat itu. Terlebih, bupatinya dulu juga seorang kyai?????? Kyai-kyainya kemana ya?????ustadnya mana ya???? Apa giginya sudah ompong semuanya???? Astaqfirllah. Beberapa teman yang aku ajak diskusi mereka hanya bisa menjawab “oh itu sudah melibatkan skenario besar, mas Isno?” “kok bisa begitu?” aku bertanya. “Ya, bisa. Apa yang tidak bisa di Negara kita ini. Kalau urusannya sudah uang, maka semuanya bisa dibolak-balik”. “masa kyai dibeli” tandasku. “sekarang ini kyai sudah ada harganya” “oh begitu”. Aku manggut-manggut. Setelah aku pikir-pikir benar juga kata temanku ini. Sekarang ini, semuanya sudah dikuasai oleh dunia materi. Uang menjadi segala-galanya. Mau kencing memakai uang, mau berak pakai uang, mau bicara pakai uang, mau bernafas pakai uang, bahkan mau kentut pun pakai uang. Jangankan yang masih hidup, mati pun harus memakai uang. Mungkin benar kata Pak Bambang Sudarmanto, Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila sila pertama sekarang ini telah diganti menjadi “ Keuangan Yang Maha Kuasa”. Uang berkuasa di atas segala-galanya. Dalam realitasnya memang begitu, bukan? Untuk menjadi bupati, seseorang tidak perlu banyak mengambil uang dari bank pribadinya. Cukup dia bisa melobi pengusaha-pengusaha kaya untuk membiayai dirinya. Tentunya, dengan kongkalikong, “jika kamu nanti menjadi bupati, tolong sekian persen proyek aku yang nangani”. Sang calon bupati yang sudah kebelet menjabat bupati setuju saja, karena kepentingannya hanya menjadi bupati. Sang pengusaha, “siapa saja yang mau ke saya, akan saya biayai asal semua proyek aku yang menguasai, entah kamu Islam, Atheis, jelek, ganteng, NU atau Muhammadiyah, yang penting bisnisku untung besar”. Setelah calon bupati benar-benar menjadi bupati, maka sang bupati didekte oleh sang pemegang modal. “cara membangun daerahmu itu begini lho, le”. “Inggih bos”. Akhirnya semua kebijakan-kebijakannya diarahkan untuk kepentingan-kepentingan pemodal-pemodal besar dengan mengindahkan kepentingan-kepentingan masyarakatnya. Ini baru bupati, belum gubernur, belum presiden. Iya kalau satu bupati???? Kalau banyak? Iya kalau satu gubernur? Wong gubernurnya banyak?? Iya kalau satu Presiden?????kalau presidennya banyak??? Ini lho yang namanya neo-liberal, neo-kapitalisme. Penyakit ini sudah melanda negeri ini disemua lini. Dalam pendidikannya pun sudah terkena pendidikan kapitalis. Untuk masuk ke sekolah negeri, orang tua harus siap-siap merogoh kocek tinggi, jika anaknya, danemnya kurang bagus. Pihak sekolah, karena ada stimulus berupa fulus banyak, maka mereka akan mengatakan “monggo-monggo, mau kelas ekonomi, atau mau kelas VIP, harganya terlampir”. Sekolah akan lebih manut jika yang menyuruh memasukkan siswa lewat jalur belakang itu big bosnya. Sekolah akan manut walau banyak hal yang menyalahi aturan. Bukankah aturan itu untuk dilanggar.....he...he.....kalau tidak ada aturan mungkin tidak ada yang melanggar. Semua aturan yang ditata baik-baik itu tidak bisa berkutik bila “Keuangan Yang Maha Kuasa” bicara. Dalam agama, juga ada kapitalisme agama. KBIH, Travel-travel dan bisnis-bisnis lainnya yang mengatasnamakan agama seringkali menipu umatnya demi “Uang”. Sekali lagi disinilah neo-liberalisme dan neo-kapitalisme berperan. Sungguh sebenarnya kapitalisme lebih berbahaya dari sosialisme, karena ia masuk dalam ranah kesadaran tanpa sadar. Kyainya tidak sadar, ustadnya tidak sadar kalau mereka sedang dikibuli sama kapitalisme. Sebenarnya,.saya setuju dengan gerakan Rizal Ramli, untuk menghadang neo-liberal yang telah bercokol sekian lama di negeri Indonesia dengan merubah paradigma dalam perekonomian. Namun aku kurang setuju jika gerakannya hanya masih pada tataran omong doank. Kita perlu gerakan besar untuk menghapus neo-liberal khususnya mentalitas masyarakat kita yang telah dibentuk dan terbentuk. Perlu perubahan paradigma pada seluruh kesadaran semua lapisan masyarakat dan juga perlu penataan sistem lewat kekuasaan. Namun gerakan yang mungkin bisa dilakukan kecil-kecilan adalan merubah paradigma manusia terhadap “dunia” itu sendiri. Bukankah sudah jelas apa yang diperdengarkana oleh para sufi, bahwa jangan terlalu mengukur segala sesuatunya dengan “dunia”. Karena kebahagiaan itu tidak hanya diukur dari seberapa banyak mereka mendapatkan benda. Namun seberapa besar kita mengaktualisasikan nilai ke-Tuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Kyai tujuannya adalah mendidik umatnya, bukannya memeras umatnya, bukannya tempat minta restu mendirikan pabrik atau merestui calon politik. Ustad, guru tugasnya mendidik bukannya melakukan politisasi pendidikan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Politisi tugasnya untuk mengemban amanah kepemerintahan yang demokratis bukannya tawuran dan gontok-gontokkan memperebutkan kekuasaan dan uang. Polisi tugasnya melindungi, bukannya berperan dalam pungli. Hakim tugasnya memberi keadilan bukannya “Maju tak Gentar membela yang membayar”. Bukankah indah itu semuanya daripada segebok uang tetapi ujung-ujungnya memakan tulang saudaranya sendiri?????.
0 komentar Label: Pemikiran
Jumat, Juli 17, 2009
Istri Pertama
Diposting oleh Goze Isno
Dikisahkan ada seorang saudagar yang sangat kaya raya yang memiliki 4 istri. Suatu hari dia sakit. Sakitnya ternyata begitu parah sehingga mendekati sakaratul mautnya. Ketika mendekati sakaratul maut, sang saudagar mengumpulkan keempat istrinya tersebut. Setelah berkumpul sang saudagar bertanya satu per satu istrinya. Sang saudagar bertanya kepada istri ke empat, “wahai istriku, jika aku mati nanti, apakah engkau akan menemaniku?” mendengar pertanyaan ini istri keempat kemudian menjawab “ saya tidak sudi untuk menemanimu”. Mendengar jawaban istrinya tersebut sang saudagar bersedih hati. Kemudian dia beralih ke istri ke tiganya. Sang saudagar bertanya “wahai istriku, kalau aku mati nanti, maukah kamu menemaniku?” Istri ketiga menjawab “jika kamu mati, aku akan menikah lagi dengan orang lain yang lebih ta’jir dari dirimu” sang saudagar bersedih lagi mendengar jawaban istri ketiganya. Ia kemudian beralih ke istri keduanya dan berharap istri keduanya itu yang akan menemaninya “ istriku maukah kamu menemaniku nanti ketika aku mati?” istri kedua menjawab “ Aku akan menemanimu dan mengantarmu namun hanya sampai diliang lahat, setelah itu aku akan pergi meninggalkanmu” sang saudagar agak tentram namun ia tetap bersedih hati karena tidak ada yang menemaninya di alam kuburnya nanti. Dia hanya berharap kepada istri pertamanya, namun ada kekawatiran istri pertamanya itu tidak mau menemaninya, karena selama ini dia selalu menyia-nyiakannya. Namun dengan sedikit keberanian sang saudagar bertanya “istriku, maukah kamu menemaniku?” istri pertama diam sebentar, dan suasana begitu hening, tetapi kemudian dia menjawab “aku siap menemanimu kapan saja dan dimana saja sampai Alloh memutuskan yang terbaik untukmu”. Mendengar jawaban ini sang saudagar begitu bahagia. Karena selama ini istri yang ditelantarkan justru begitu setia menemaninya, walau di alam kubur sekalipun. Sang saudagar bersumpah jika masih ditaqdirkan hidup, ia akan memuliakan dia dan mengasihi dia selamannya.
Kawan!!!!!!cerita di atas adalah sebuah gambaran dan simbol dari sesuatu yang utama tetapi sering kita sepelekan. Emas kita anggap tai. Intan kita anggap kerikil. Besar kita anggap kecil. Kita sia-siakan kemuliaan dengan lebih menguatama sesuatu yang tidak mulia. Tahukah kawan??? Istri keempat tadi pada hakekatnya adalah jabatan/ kemasyhuran atau famaous yang sering dipuja-puja oleh sekian banyak orang. Namun ketika anda meninggal dia tidak mau menemanimu. Tahukah kawan? Istri ketiga adalah harta benda/ kekayaan/rich, banyaknya perhatian kita kepadanya toh dia tetap tidak sudi untuk menemaninya manakala kita dipanggil oleh Alloh untuk menghadapnya. Istri kedua adalah sahabat/famili/kerabat, sebaik-baik mereka, ketika seseorang meninggal mereka hanya mengantarkan kita sampai diliang lahat. Mereka tidak mau menemani kita di alam kubur. Tahukah kawan? Istri pertama tadi sebenarnya adalah amal sholihah kita. Amal sholihah itulah yang akan menemanimu untuk menghadap Alloh. Ia menemanimu di alam kubur. Ia menemanimu ketika malaikat mengintograsimu. Ia menemanimu ketika kamu digiring ke padang mahsyar. Ia menemanimu ketika Alloh memberikan keadilah kepada semua manusia di Istana pengadilan-Nya. Ia adalah istri dan teman yang paling setia menemanimu. Namun berapa banyak orang yang menyia-nyiakannya? Banyak orang lebih memburu kecantikan dunia. Mereka semua tertipu. Karena dibalik kecantikannya ternyata mengandung kepalsuan. Ia memang menggoda dan menggemarkan untuk diajak bercengkrama namun ternyata dia tidaklah setia. Dia hanya mau menemanimu ketika kamu manja dia. Kamu utamakan dia. Namun ketika kamu sudah tidak berdaya kamu ditinggal olehnya. Kerabat dan keluargamu yang kamu puja dan kamu ;pedulikan dalam seluruh umurmu sekalipun ternyata mereka tetap tidak mau menemani di kesendirian tidur panjangmu. Hanyal amal sholiha? Ya hanya amal sholiha yang terpancar dari kebeningan hati yang menemanimu. Ya! Mudah-mudahan kita semua tidak tertipu pada kecantikan istri ke empat dan ketiga sekaligus istri ke dua. Kita boleh “cinta” tetapi cinta yang tidak boleh mengalahkan cinta yang utama. Kita boleh menjadi kaya, menjabat dan lain sebagainnya namun jangan meninggalkan cinta utama. Karena cinta utama itulah cinta yang sebenarnya. Amin.
0 komentar Label: cafe sufi
Kamis, Juli 16, 2009
Rintihan Sekolah Bertarif Internasional
Diposting oleh Goze Isno
Menjamurnya sekolah bertaraf Internasional di beberapa sekolah-sekolah SMA membawa dampak terhadap laju perkembangan dunia pendidikan dewasa ini. Di satu sisi, sekolah tersebut memiliki bargaining position (daya tawar) terhadap pangsa pasar dalam hal ini masyarakat, namun disisi lain membawa sebuah problem kontroversi terhadap kaulitas ke-Internasionalan-nya.
Keunggulan dan Kelemahan RSBI
Sekolah Bertaraf Internasional, harus diakui, pertama, menjadi dambaan setiap sekolah. Karena RSBI menjanjikan penggelontoran dana yang sangat begitu besar dari pemerintah. Seperti halnya SMA Khodijah Surabaya sebagaimana laporan harian Surya (14 Juli), mendapatkan dana bantuan dari pemerintah pusat Rp. 500 juta setelah tahun sebelumnya digelontor Rp. 300 juta. Dari dindik provinsi diberi bantuan sarana senilai Rp. 150 juta. RSBI juga memiliki kewenangan untuk mematok biaya tinggi kepada orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Menurut Surya, di SMAN 2 Pare Kediri yang menerapkan RSBI, sampai mematok orang tua untuk membayar 4 juta untuk kebutuhan fisik sekolah. Di beberapa Sekolah SMA Mojokerto yang menerapkan RSBI, dipatok menurut kemampuan biaya, tentunya orang tua yang mampu menyumbangkan uang yang terbanyak. Kedua, RSBI memiliki image internasional. Karena RSBI mengharuskan sekolah mengacu kepada kurikulum Internasioanl. Yakni kurikulum dari Cambridge. Kurikulum Cambridge mengharuskan sejumlah pelajaran harus menggunakan bahasa Inggris. Pelajaran itu adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Sains (Fisika, Biologi, Kimia), Humanity (Sosiologi, PPKN), social study (sejarah), Editional Math (matematika dan terapan).
Namun RSBI tidak luput dari kelemahan dibalik keunggulannya. Pertama, karena biaya RSBI mahal, maka yang memiliki kemampuan untuk masuk ke RSBI hanyalah anak-anak yang orang tuanya berduit saja. Meskipun dalam tes masuk RSBI ada tes tertulis, namun jika lulus tes tulis tetapi tidak bisa menyumbangkan dana besar kepada sekolah, jangan diharapkan anak tersebut bakal mencicipi sekolah bertaraf Internasional tersebut. Maka jangan heran jika nanti RSBI hanya akan dihuni oleh anak-anak orang kaya tetapi keropos otaknya. Karena yang diukur bukan tes akademiknya, namun seberapa besar sumbangannya. Bukan kualitasnya yang bertaraf Internasional namun tarifnya saja yang bertarif Internasional. Kedua, karena dalam RSBI harus menggunakan standar Internasional, maka diperlukan kaulitas-kualitas guru yang mumpuni, khususnya secara akademik syarat menjadi RSBI sebagaimana standar mutu pendidikan ISO 9001:2008 sekolah harus memiliki 30% tenaga pendidiknya sudah lulusan dari strata dua (S2) dan pengajarannya pun harus menggunakan bahasa Internasional. Kenyataannya dilapangan, masih banyak guru yang belum memiliki ijazah S2, dan belum banyak yang mahir menggunakan bahasa Inggris. Lalu bagaimana bisa menjamin sekolahnya bisa bertaraf Internasional? Jika perangkatnya saja belum siap. Bagaimana bisa menjamin sekolah tersebut sudah pantas dikatakan Internasional? Bagaimana bisa menjamin sekolah tersebut mampu bersaing secara internasional? Jangan-jangan sekolahnya saja seakan-akan Internasional tetapi tetap lokal. Sekolahnya lokal tetapi tetap lokal.
Ada beberapa selintingan dikalangan guru tentang RSBI, sejumlah guru yang ada di lingkungan RSBI, sebenarnya banyak yang menolak diadakannya RSBI, karena mereka belum siap baik secara akademis maupun mental. Namun karena kepala sekolahnya bersikeras dan mengancam akan memutasi jika tidak mau dan setuju dengan penerapan RSBI, maka apa boleh buat. Guru hanya prajurit, mungkin begitu yang bisa dikatakan. Siap tidak siap harus siap. Meskipun mereka tahu bahwa mereka tidak mampu.
Menata Sekolah Lokal rasa Internasional
Dengan menimbang keunggulan dan kelemahan RSBI, sekolah-sekolah lain diharapkan tidak latah untuk merubah menjadi RSBI jika perangkat-perangkat yang diprasyaratkan belum terpenuhi. Karena memaksakan kehendak namun tidak memiliki kemampuan maka akan menjadi blunder bagi sekolah tersebut. Dalam ukuran sederhana, jika siswa yang masuk RSBI ada yang tidak lulus dalam UNAS, maka akan dipertanyakan kualitas RSBI. Jika lulusan RSBI sama dengan lulusan kelas reguler biasa, maka perlu dipertanyakan kualitas dari RSBI itu. Karenanya diperlukan kearifan dari semua pihak untuk berpikir jernih dalam menata pendidikan supa lebih baik lagi.
Banyak sebenarnya sekolah-sekolah yang biasa namun jika dikelola secara baik akan menjadi sekolah luar biasa. Sekolah-sekolah lokal jika dikelola dengan baik maka akan menjadi sekolah lokal rasa Internasional. Bukannya cap yang kita butuhkan tetapi aksi nyata dan niat tulus untuk membesarkan kualitas pendidikan itu. Buat apa cap international tetapi rasanya tetap lokal? Bukankah lebih baik sekolah lokal rasa internasional? Dan yang lebih baik sekolah Internasional benar-benar rasa Internasional. Bukanya menolak RSBI, namun kita hendaknya menggunakan kearifan dalam mengukur diri. Mengukur kemampuan baik masyarakat yang ada disekitar maupun kemampuan akademis dari sekolah tersebut. Jika sudah terpenuhi, kenapa tidak boleh maju? Kemajuan adalah dambaan setiap manusia. Namun maju sendiri tanpa lihat kanan kiri maka akan menjadi manusia sombong ditengah ketidakmampuan. Sekolah hendaknya tetap ingat dengan fungsi dari sekolah itu sendiri. Fungsi dari sekolah adalah untuk proses pendidikan. Bukannya untuk ajang mencari bantuan. Atau untuk ajang pamer. Karena fungsiny adalah untuk proses pendidikan, maka seharunya dimaksimalkan dalam proses pendidikan itu sendiri. Sehingga benar-benar sekolah itu sesuai dengan khitahnya.
0 komentar Label: pendidikan
Mati Konyol
Diposting oleh Goze Isno
Habis subuh aku bertemu dengan seorang teman di Masjid. Aku bertanya “Sekarang kerja apa?” dia menjawab “aku belum bekerja. Sekarang ini susah mencari pekerjaan”. Saya bertanya “Sampean gak nyoba ke pabrik Tjiwi atau Ajinimoto, tapi katanya kalau mau masuk harus membayar dulu”. Dia menjawab“Walah saya tidak mau mas Isno, lebih baik saya ndak kerja saja. Daripada harus membayar, gajinya tidak halal nanti. Urusannya nanti sampek akherat. Hidup di dunia sudah susah, di akherat susah juga. Apa itu tidak mati konyol mas Isno.” Aku mengangguk-angguk tanda setuju. Setuju terhadap cara pandang dia terhadap kerja. Kerja yang halal yang didapat dari kehalalan. Kehalalan yang benar-benar halal. Tidak halal-halalan. Ada kan kerja yang halal tetapi haram. Contoh kerja dipabrik itu halal daripada kerja jual narkoba. Tetapi kerja dipabrik itu menjadi haram karena waktu mau masuk kerja itu memakai suap. Termasuk menjadi PNS itu halal, namun ketika masuk PNS menyuap menjadi haram. Makan kambing itu halal tetapi bisa menjadi haram kalau menyembelihnya tidak memakai bismillah, atau kambingnya hasil curian atau kambingnya menjadikan dia meninggal akibat darah tinggi atau kambingnya terkena penyakit misalnya Flu Kambing. Begitupun makan ayam, bebek, dara dll. Yang halal saja bisa menjadi haram apalagi yang haram pasti haram. Keharaman bisa menjadi halal jika ada unsur darurat contoh ketika manusia tersesat dan berhari-hari tidak makan, dan dia hampir-hampir mati, maka orang ini boleh untuk memakan ular jika sudah tidak ada lagi makanan lain, atau bangkai atau hewan-hewan yang haram. Karena ada unsur menyelematkan nyawa. Kembali ke pekerjaan!!!! Betapa banyak manusia terjebak dalam keinginan. Keinginan bekerja walau dengan cara gelap. Keinginan mendapat gaji lebih walau dengan cara-cara kotor. Keinginan mendapatkan pangkat/jabatan walau dengan sikut sana sikut sini. Dll. Tetapi anehnya mereka sadar bahwa itu perbuatan buruk. Itu perbuatan jahat. Bahkan jika mereka ditiupu mereka marah padahal dianya sering menipu. Mereka berbohong tetapi jika dibohongi tidak mau. Mereka mencuri padahal ketika dicuri mereka bersedih hati. Mereka suka menyakiti hati orang lain padahal ketika disakiti hatinya mereka berduka. Aneh....aneh....aneh. Mereka ingin masuk surga tetapi tidak pernah berusaha beramaliah solihah. Mereka ingin hidup bahagia tetapi tidak pernah berusaha mendapatkan kebahagiaan. Aneh-aneh....... padahal tujuan hidup jelas. Padahal kehidupan yang akan datang jelas. Mati. Akherat. Masuk surga atau neraka. Kalau sudah tahu dan yakin begitu kenapa tidak menyiapkan kesana dengan hati-hati menjalani kehidupan di dunia. Kenapa mereka hanya ngurus perutnya saja? Kenapa mereka tidak sadar bahwa kerja yang tidak halal menjadi mereka tergelincir masuk kelembah kenistaan?. Kenapa? Kenapa? Saya banyak melihat seorang guru untuk mendapatkan sertifikasi harus menipu data sana sini.....demi tunjangan.....lagi-lagi UUD (Ujung-ujungnya Duwit). Seorang guru berani memasukkan siswa walau danemnya rendah padahal untuk masuk kesekolah favorit itu harus danem tinggi....lagi-lagi UUD (Ujung-ujungnya Duwit). Pejabat yang berani memasukkan seseorang menjadi pegawai walau tidak memiliki kualifikasi keprofesionalan ujung-ujungnya duwit. Dll. Apa mereka tidak mengetahui suap maupun yang disuap itu sama-sama neraka. Apa itu tidak mati konyol. Bahagia belum tentu. Dapat uang paling sebentar sudah habis tapi dampaknya dunia akherat. Konyol-konyol......ayo mikir. Mikir. Kecuali jika kamu tidak percaya siksa kubur. Kecuali jika kamu tidak percaya siksa neraka. Atau kecuali jika kamu tidak percaya Alloh. Naudzubillah. Syetan dan Iblis saja masih percaya sama Alloh!!!!!!!!
0 komentar Label: Curhat
Selasa, Juli 14, 2009
14-07-2009
Diposting oleh Goze IsnoHati-hatilah kawan……!!!!!jangan sampai kamu sakiti hati seseorang. Karena sifat hati itu ibarat kaca. Jika sudah pecah sulit untuk digabung lagi.
0 komentar Label: sms
Sabtu, Juli 11, 2009
Michael Jackson Oh Michael Jackson
Diposting oleh Goze Isno
Kematian Michael Jackson beberapa hari yang lalu sempat menggemparkan jagat dunia. Pasalnya tidak dinyana sang Raja Pop Dunia itu meninggal begitu cepat. Padahal dia akan melakukan konser diseluruh dunia. Sang Raja Pop meninggalkan kesan yang mendalam khususnya bagi pengagumnya. Kepiawian dia dalam menyanyi, kehebatan dia dalam menari serta ketenaran yang tak mampu tertandingi penyanyi di zamannya. Namun dia juga meninggalkan kesan kekontroversian, dari pergantian wajah, kulit hitam menjadi kulit putih, kriminalitas yang dia lakukan, pengasuhan anak, warisan, serta isu mualafnya yakni pergantian agamanya menuju Islam. Terlepas dari kehebatan maupun kekontroversialannya, dalam rubric ini saya ingin mengajak pembaca untuk melihat sisi lain dari Sang Maestro Pop tersebut. Saya menjadi teringat dengan sebuah kisah dari dunia sufi, ada seorang sufi sebelum dia beraktifitas dalam kehidupan sehari-harinya, dia selalu mengunjungi tiga tempat. Pertama dia selalu mengunjungi rumah sakit, kedua, sehabis dari rumah sakit terus dilanjutkan menuju rumah tahanan, habis itu dia menuju tempat pemakaman. Ketika ditanya, “wahai Fulan, kenapa kamu selalu mengunjungi ke tiga tempat itu, sebelum kamu melakukan aktifitas sehari-hari?” sang sufi menjawab “aku selalu mengunjung rumah sakit disebabkan dirumah sakit aku banyak mendapatkan pelajaran darinya. Aku melihat banyak orang yang sakit dari sakit jantung, strok, diabetes, gagal ginjal, paru-paru dll. Aku melihat banyak diantara mereka menderita karena sakitnya. Melihat itu muncul rasa syukurku kepada Alloh karena aku masih diberi kesehatan. Aku beruntung dengan kondisiku saat ini disbanding saudara-saudaraku yang lainnya yang ada di rumah sakit ini. Aku bersyukur dengan sehatku. Alhamdulillah….alhamdulillah. Kemudian sang penannya bertanya kembali “bagaimana dengan rumah penjara?” sang sufi menjawab “Aku mengunjungi rumah tahanan dikarenakan aku juga mendapatkan pelajaran yang berharga darinya. Aku melihat disana banyak orang yang tidak bebas hidupnya dikarena ulah mereka melakukan pelanggaran tata tertib masyarakat. Ada kasus korupsi, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, narkoba, pencemaran nama baik dan lain sebagainya. Mereka mengajarkan kepadaku bahwa aku tidak boleh seperti mereka melakukan kejahatan kemanusiaan. Karena akan menyebabkan terkurungnya kebebasan hidupku. Aku bersyukur karena aku masih bebas di dalam melakukan segala sesuatu. Aku ingin mengisi kehidupanku yang lebih baik dan tidak terjeblos dalam penjara yang nista. Subhanalloh….subhanalloh……. Lalu kenapa kamu ke pemakaman? Sang penanya bertanya “ Aku dipemakaman melihat banyak orang-orang yang dulunya terkenal, orang kaya, pejabat tinggi, dan memiliki kemewahan-kemewahan dunia, namun toh mereka tidak membawa itu semuanya, semua kemewahan dunia itu tidak menyertainya di alam kubur, mereka terbujur kaku ke utara hanya ditemani amalnya saja. Karenanya aku mendapatkan pelajaran, jangan sampai aku terbujuk oleh dunia benda sehingga melupakan amalku untuk mempersiapkan menjadi teman di alam kubur kelak. Aku bersyukur masih diberi kesempatan oleh Alloh untuk beribadah mencari ladang amal untuk akherat kelak”
Cerita ini menginspirasiku untuk melihat sosok Jacko dari sisi lain. Jacko member pelajaran kepada kita dari sudut-sudut lain pada sisi drama kemanusiaan. Baik kita bisa melihat Jacko dari Pertama, Jacko memiliki harta benda yang sangat mewah. Konon dia memiliki area khusus untuk tempat tinggalnya serta untuk semua rekaman dirinya. Dia juga pernah dikabarkan memiliki perumahan di Arab. Harta benda yang dia raih diperoleh dari ledakan lagu-lagunya yang menghebohkan dunia. Ada jutaan kopi kasetnya telah terjual. Ada ribuan royalty yang mengalir. Dan harta benda yang melimpah lainnya. Namun, di akhir hidupnya, semua harta benda itu tidak dibawa serta ke pemakamannya. Walau ada emas yang menjadi petinya, itu hanya menemani jasad yang sebentar lagi akan membusuk. Sedangkan ruhnya yang hendak mempertanggungjawabkannya kepada Alloh tidak sudi membawa peti emas, karena ndak nyambong choi……… Harta bendanya?????? justru menjadi bahan rebutan warisan keluargannya. Keluarganya memperebutkan berapa bagian mereka mendapatkan peninggalan harta Jacko. Mungkin termasuk hutangnya……tetapi saya pikir ada ta manusia yang mau mewarisi hutang……paling-paling maunya harta mentahan saja…….tapi mudah-mudahan hutangnya dibayar, kasihan ruhnya nanti menggantung……… Ingat ternyata harta benda itu menjadi fitnah. Aku melihat di sisi ini. Mega konser yang mengiringi pemakaman hanya menjadi sebuah pesta semu ditengah kepiluan ditinggal sang maestro. Benarkah di alam sana, sang maestro bahagia? Bahagia mendapatkan alunan music? Padahal dalam ukuran budaya desa kami, jelas pesta kematian itu adalah sebuah keambiguan, sebuah paradox, derita namun diiringi dengan sebuah konser yang penuh dengan kemeriaahan. Wong kami yang mengadakan tahlilan dengan memberi tamu-tamu hidangan sekedarnya saja sudah dibid’ah-bid’ahkan, apalagi konser. Padahal yang nonton konser juga orang yang membid’ahkan…he….he….termasuk yang makan kenduriannya.
Kedua, Jacko memiliki prestasi yang gemilang. Ketenaran dan kemasyhuran ia raih. Dia dijuluki si Raja Pop. Siapa sih yang tidak tahu dia?. Anak-anak kecil saja tahu siapa Michael Jackson. Saya juga tahu meskipun tidak mengerti lagunya. Saya tahunya cuma njogetnya lucu….he…he maklum saya ini termasuk orang buta lagu music barat. Karena saya hanya tahu lagu barat itu cuma satu yakni “ cempe….cempe barato sing gedhe tak upahi dudoh tape…nek kurang mek’o dewe” he…he….kembali ke Jacko!!!!! Ketenarannya toh ternyata tidak menjadikan dia bahagia. Kenapa????? Pertama, jika kita melihat hutangnya yang menumpuk, menandakan bahwa dia itu mungkin memiliki keinginan yang tinggi yang selalu ingin dia raih. Model seperti ini selalu tidak tenang. Dia berambisi ini dan itu, tidak selalu puas dengan apa yang dimiliki. Hal ini menyebabkan kegersangan diri sendiri. Dia merasa belum memperoleh sesuatu. Dia terus ingin mengejar mimpi itu meskipun harus merogoh kocek dan hutang sana sini. Ini salah satu indikasi tersebut. Kedua, bergantinya wajah. Menurut saya, bergantinya wajah menandakan sebuah mind set yang kurang mapan. Dia lebih bangga dengan kulit putih daripada dirinya sendiri yang berasal dari keturunan Afrika. Jelas-jelas dia korban dan mind set salah dalam perubahan paradigm bahwa kulit putih adalah menjadikan dirinya lebih dibanding kulit hitam. Ketiga, masuk Islam. Seperti halnya Cat Steven yang kemudian menjadi Islam dan berganti Yusuf Islam atau Mike Tyson, dan Muhammad Ali yang berubah menjadi Islam, mereka rata-rata menginginkan kehidupan yang tenang yang didapat dari agama Islam. Artinya sebelum memperoleh ke-Islamannya mereka tidak tenang hidupnya. Mereka masih menempuh jalan dalam pengembaraan menemukan ketenangan dan kebahagiaan. Sang Maestro barangkali baru masuk Islam, namun belum sampai mencapai ketenangan, Alloh keburu mencabutnya. Wallahu’alam apakah dia menjadi muslim yang sebenarnya ataukah hanya keinginan belaka atau hanya kedok. Wallahu’alam apakah dia diterima disisi-Nya ataukah tidak? Wallahu’alam doa tahlil yang dikirim oleh penggemar di Pondok Pesantren diterima Alloh ataukah tidak. Namun satu hal yang menyisakan, pemakaman Jacko menjadi sebuah atraksi konser dengan ticket mahal yang diiringi dengan hysteria luar biasa dari penggemarnya yang kalau boleh dibilang menjadikan orang mengelukan dia, mengkultuskan dia. Padahal dalam konteks Islam, jelas ini tidak diperbolehkan. Jelas ini membahayakan. Namun semuanya kita kembalikan kepada Alloh yang berhak mengadili dan menghakimi. Apakah sang Maestro diterima ataukah tidak. Tetapi yang jelas kita yang ditinggalkan hanya bisa mengambil pelajaran, “sekaya-kaya orang toh akan mati juga, se-hebat-hebat apapun dia toh akan mati juga, se-tenar-tenar dan se-masyhur-masyhur orang toh mati juga, se-sombong-sombong dia toh juga akan mati, menjadi raja apapun dia akan mati, dan se-se-se lainnya akan mati. Semuanya akan mati sebagaimana dawuh Alloh “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati” (Al Imran 145). Atau sebagaimana intisari hadis “ silahkan hidup sesuka-sukamu, silahkan!!!!!! namun ingat bahwa engkau akan mati. Silahkan tertawa dengan penuh kesombongan, silahkan!!!!!!silahkan hidup sak karepe udelmu, tapi ingat perbuatanmu akan dimintai pertanggungjawaban (LPJ) diakherat kelak. Apapun atribut yang pernah dibawa di dunia tidak akan dibawa serta menghadap Alloh. Istri, rumah, mobil, gelar, jabatan, kambing, sapi, sawah, kucing, celana, baju, kutang, celana dalam, semuanya tidak dibawa. Karena yang dibawa kehadirat Alloh adalah amaliah didunia. Kain kafan, peti atau atribut kematian itu hanyalan symbol. Symbol hanyalah pelajaran yang tidak memiliki pengertian apapun dihadapan Alloh. Mungkin dimata manusia itu pertanda kesucian menghadap Alloh karena memakai kain putih. Namun untuk menghadap Alloh, semua atribut di dunia wajib ditinggalkan. Sandal saja kalau kita menghadap ALLOH harus ditinggalkan, apalagi lainnya. Karenanya tinggalkan semua symbol duniawi dalam hati kita ketika kita hendak menghadap ALLOH. Karena adanya duniawi dalam hatimu menjadikan Alloh enggan bersinggasana dalam hatimu. Mungkin tempatnya terlalu sempit. Ingat!!!!!malaikat saja tidak mau masuk ke dalam rumah yang ada gambar atau patung di dalamnya, apalagi Alloh. Padahal sering kali hati kita, kita isi dengan patung atau gambar duniawi. Bagaimana mungkin ALLOH mau masuk ke dalam hatimu??????mungkin ini pelajaran yang bisa kita ambil. Selamat Jalan Jacko!!!!!!! Semoga pengagummu mampu menangkap pelajaran dan symbol kebenaran. Semoga “mudah-mudahan ke-Islamanmu” menjadikan pengagummu mendapatkan hidayah-Nya. Amin.
0 komentar Label: Tasawuf