Sabtu, Juli 18, 2009

Wisata Spiritual


Tanggal 20 hari senin, kita akan memperingati Isra’ Mi’rajnya Kanjeng Nabi Muhammad. Isra’ mi’raj sebagaimana keterangan dalam surat bani Israil ayat 1, menjelaskan tentang perjalanan Kanjeng Nabi dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) kemudian menuju ke Sidorotul Muntaha. Dalam perjalanan ini menurut beberapa ulama, sebagai bentuk hiburan yang diberikan Alloh kepada Kanjeng Nabi yang beberapa kali merasakan kesedihan yang terus menerus. Dari ditinggal paman yang melindunginnya Abu Thalib, kemudian istri tercintanya Sayyidati Khodijah, dan dari pengepungan (pemblokiran ekonomi) kaum kafir Qurays Makkah kepada umatnya yang masih segelintir, yang membuat umatnya sengsara. Saking sedihnya, sehingga hari itu jika diperingati, dapat disebut hari berkabung Nasional Makkah. Karenanya kanjeng nabi butuh refresing. Dan Alloh tahu bahwa Kanjeng Nabi butuh refresing, karenanya Kanjeng Nabi diberi Travel Gratis “Wisata Ruhani”. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran jika kita ini stress menghadapi berbagai persoalan dunia maka berwisatalah, berekreasilah. Namun sebaik-baik wisata adalah wisata yang mengandung wisata ruhani. Dengan berwisata maka orang itu akan bahagia. Namun perlu diingat, wisatanya adalah wisata ruhani, jika kita ingin bahagia maka kita harus berwisata ruhani. Orang yang tidak pernah wisata ruhani maka dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Dia juga tidak bisa melepaskan diri dari semua masalah, karena tidak berwisata.
Dalam perjalanan menuju Alloh itu beberapa ulama berbeda pendapat tentang “Apakah Kanjeng Nabi Muhammad melakukan Isra’ mi’rajnya dengan tubuh plus ruhnya ataukah hanya dengan ruhnya saja, tubuhnya ditinggal kemudian ruhnya lepas menuju Alloh seperti rogoh sukma atau moksa begitu”. Yang berpendapat bahwa Kanjeng Nabi melakukan Isra’ mi’raj hanya dengan ruhnya saja berasumsi bahwa tidak mungkin jasadnya itu ikut menuju ke langit. Karena tubuh tidak akan kuat untuk menahan kecepatan buroq yang begitu tinggi. Jarak yang superjauh hanya ditempuh setengah malamnya saja. Pun dengan logika orang awam Makkah kala itu, apa bisa Kanjeng Nabi terbang?. Apa bisa Kanjeng Nabi bisa menempuh jarak dari Makkah ke Palestina dengan kecepatan tinggi. Menurut guru saya, ketika Kanjeng Nabi habis Isra Mi’raj, kanjeng Nabi pernah dites dengan mengangkat kedua kaki, tetapi terjatuh. Karenanya diasumsikan bahwa Kanjeng Nabi melakukan Isra Mi’raj kemungkinan besar adalah ruhnya. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa nabi Muhammad melakukan Isra Mirajnya dengan ruh sekaligus jasadnya, sangat hebat sekali dikemukakan oleh Agus Mustofa. Dia menyatakan bahwa tubuh kanjeng nabi telah diubah menjadi bentuk energi. Malaikat yang memiliki unsur cahaya bertemu dengan manusia yang berunsur tanah. Keduanya bersatu membentuk satu sinergi. Materi bertemu dengan immateri bisa menjadi immateri. Karena tubuh kanjeng Nabi telah berubah menjadi semacam energi maka cahaya (malaikat) dapat menghantarkannya secepat dengan kecepatan cahaya. Ingat cahaya Matahari yang berkilo-kilo meter saja menuju bumi hanya ditempuh oleh cahaya dengan kecepatan 8 menit. Karenanya sangat logis kalau menuju sidorotul muntaha dengan setengah malam saja.
Terlepas dari kedua perbedaan itu, perjalanan kanjeng nabi adalah perjalanan spiritual. Dimana Kanjeng Nabi mencapai Ma’rifatullah, bertemu dengan Alloh. Kemudian Kanjeng Nabi dititahkan untuk memberikan alternatif kepada manusia jika ingin berwisata ruhani maka cukup dengan mengendarai sholat sebagai kendaraannya. Beri’tibar kepada Kanjeng Nabi, kanjeng nabi ketika menghadapi masalah kemudian diberikan oleh Alloh untuk wisata ruhani yakni sholat, sebagaimana dalam Al-quran ayat Al-Baqarah ayat 45. Sholat menurut Abu Sangkan adalah salah satu kunci mengembalikan kesadaran diri manusia untuk mengingat kembali akan ke fitrahan diri. Dengan sholat manusia akan menemukan siapa sesungguhnya dirinya. Apa tugas dia. Dan bagaimana mengenal Tuhannya (An Nahl ayat 99-100, Al Araf ayat 201, Shaad ayat 82-83). Sholat menjadikan orang itu ikhlas, memasrahkan dirinya, hidupnya matinya kepada Alloh. Dan puncaknya sholat akan mencegah perbuatan-perbuatan yang keji maupun mungkar. Tetapi kenapa banyak orang sholat tetapi hidupnya berantakan? Bahkan korup, brandal, rentenir dll? Karena sholatnya tidak memasrahkan dirinya kepada Alloh. Jasadnya sujud namun “ruhnya yang dipenjara oleh nafsunya” tidak tunduk kepada Alloh. Karenanya orangnya masih belum mencapai apa yang dicita-citakan sholat. Memasrahkan diri kepada Alloh. Hidupnya matinya. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak sholat??????anda bisa membalik logika yang saya kemukakan di atas. Berarti orang itu mengalami amnesia spiritual. Lupa tugasnya untuk sujud dan tunduk kepada Alloh. Walahua’lam.

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*