Senin, Juli 27, 2009

Tangan Malaikat Mikael



Pada hari sabtu kemarin, saya mengadakan tasyakuran masuk rumah. Undangannya guru-guru SMA Negeri 3 Mojoketo dan SMA PGRI 2. Saya menyiapkan 100 mangkok soto Lamongan asli untuk hidangannya (tentu dengan isinya bukan hanya mangkoknya saja). Karena jumlah guru plus karyawan dua sekolahan itu sekitar 100 lebih. Jumlah yang menurut ukuran saya sudah sangat banyak. Sangat banyaknya dihitung dari jumlah pengeluaran yang akan saya gunakan untuk menjamunya. Tetapi beruntung Alloh memberi pertolongan rejeki tanpa diduga kepada saya, sehingga saya memberanikan diri untuk mengundang teman-teman. Mungkin Alloh tahu kalau saya sedang kepepet. Kepepet dalam hal mendanai basa-basi social. Basa-basi social yang saya maksudkan adalah, berbaik-baik dengan masyarakat agar lingkungan disekitar kita tidak ghibah kepada kita. Saya mendengar, dilingkungan kanan kiri pengajar, ada istilah jawanya nyemoni, “Pindah kok ndak bilang-bilang”, “kapan syukurannya”dll. Demi menghentikan perilaku ghibah mereka, aku memberanikan diri untuk tasyakuran, walau sebenarnya pindah rumah itu sudah lama saya lakukan bersama dengan family sendiri dan tetangga sekitar. Hitung-hitung menolong mereka agar tidak melakukan dosa. Tetapi lebih jauh dari itu, sebenarnya acara itu sudah ingin aku lakukan, tetapi menunggu sampai punya uang. Tetapi yang namanya manusia, ya tetap manusia. Mereka punya pikiran, punya hati, punya mulut yang berbeda-beda. Yah! Begitulah kita harus arif menyikapinya.
Lagi-lagi dengan bahasa kearifan, yang namanya manusia, ketika tidak diundang berbicara, ketika diundang tidak mau datang. Ternyata dari jatah 100 orang yang kuundang, hanya 50 orang saja yang datang. Aduh!!!! Jika aku gunakan dengan bahasa emosional ingin sebenarnya marah. Masak acara yang kupaksakan untuk menghormati beliau-beliaunya dengan segala keterbatasan kemampuanku eh!!!!!ternyata tidak datang. Yang 50 mangkok harus kukemanakan. Padahal sudah aku beli semuanya. Apa akan dibuang????? Wah sayang sekali. Lama aku berpikir, akhirnya aku menemukan ide. Yang 10 aku akan berikan kepada santri pondok yang ada didepan rumahku, yang 10 lagi ke anak yatim piatu, yang 10 aku akan mengirimkannya ke PGRI 2, sedangkan sisanya kuberikan kepada murid-muridku yang membantuku dan satpam di SMA 3. Akhirnya aku sebar nasi bungkus itu ke semua tempat yang aku rencanakan itu. Alhamdulillah selesai. Dalam hatiku aku bersyukur sekali, pada hari itu aku benar-benar seakan menjadi orang kaya, yang mampu membagi rejeki kepada sesama. Pada hari itu seakan-akan aku disuruh malaikat mikail untuk membantunya membagikan rejeki kepada 100 orang. Tanganku seakan dipinjam oleh malaikat mikail membagi-bagikan rejekinya. Alhamdulillah luar biasa rasa plong dan tentram telah menyelimuti hatiku. Rasa jengkel bahkan rasa tidak ikhlas kemudian lebur menjadi satu dalam penyatuan spiritual. Mudah-mudahan Alloh ridlo dan menerima pengabdianku. Aku hanya perantara, bukan pemberi rejeki. Karena hanya Alloh sajalah yang sebenarnya pemberi rejeki. Sebagaimana ayat di atas “Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah" (As-saba ayat 24). Mungkin Alloh pada hari itu menggerakkan rejekinya kepadaku untuk disalurkan kepada 100 orang. Mungkin Alloh yang menggerakkan orang 50 saja yang hadir agar anak santri dan anak yatim serta orang-orang lainnya yang mendapatkan sapaan rejekinya. Mungkin Alloh menggerakkan aku untuk membeli soto kepada orang lamongan itu agar ia mendapatkan rejeki dari Alloh untuk mencukupi istri dan anak-anaknya. Mungkin Alloh yang menggerakkan hatiku untuk membeli kerupuk, semangka, kacang kepada pedagang karena mereka seharian belum mendapatkan penghasilan yang besar. Dan Alloh memenuhi kebutuhan mereka. Mungkin saja ada makanan yang tersisa dari jamuan itu kemudian terbuang. Tetapi terbuangnya itu karena sudah direncanakan Alloh untuk menghidupi makhluk Alloh lainnya yang belum makan seperti cacing, ayam, bakteri dan lain sebagainya. Subhanalloh. Subhanalloh. Subhanalloh. Alloh yang memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk membagi rejeki kemudian malaikat mikail meminjam tangan manusia dermawan untuk menyebarkan rejekinya kepada manusia lainnya. Jadi jika antum menjadi orang dermawan sebenarnya tangan antum telah berubah menjadi tangannya malaikat Mikail. Indah bukan????? Semakin banyak antum memberi kepada sesama semakin lama antum bersama malaikat Mikail. Hakikinya antum adalah tangan kananya malaikat mikail, sedangkan malaikat mikalil sendiri adalah tangan kanannya Alloh. Indah bukan?????. Banyak orang yang bangga menjadi tangan kanannya bupati, wali kota, gubernur, menteri atau presiden, tetapi apakah antum tidak lebih bangga jika antum adalah tangan kanannya ALLOH????

Dusun sayun, Lamongan, 10.04
Isno Al-Kayyis

0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*