Banyak SMS maupun dari Facebook yang berasal dari siswa-siswaku, baik yang sudah alumni maupun yang masih duduk dibangku SMA, yang menanyakan “Bagaimanakah caranya supaya bisa menjadi orang Ikhlas?”. Pertanyaan seperti ini ternyata tidak hanya ditanyakan oleh mereka yang masih dalam proses pencarian seperti siswa maupun alumni, tetapi juga orang-orang dewasa. Dari pengalaman saya, pernah mengisi di majlis ta’lim Ibu-ibu, banyak yang menanyakah hal yang serupa. Kalau kita lihat di Majalah Cahaya Sufi, juga banyak yang menanyakan apa itu ikhlas??? Bagaimana caranya supaya bisa menjadi orang Ikhlas???? Menjawab pertanyaan ini memang sangat sulit. Karena tidak hanya sekedar menyampaikan definisi. Tetapi sudah berkutat kepada masalah “ROSO”.
Prof. Dr. Kautsar (Guru Besar UIN Jakarta) saja mengakui bahwa menjelaskan hal tentang ikhlas itu sulit. Hal yang sama juga ditegaskan oleh KHM Lukman Hakim bahwa mendefinisikan Ikhlas secara tepat itu sulit. Dan menjelaskannya pun juga sulit. Begitupun juga apa yang ditulis oleh Erbe Sentanu dalam sebuah bukunya “Quantum Ikhlas”, kalau salah boleh menilai, masih belum tuntas dan sulit dicerna dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.
Tapi satu hal, pesan dari Kyai Lukman, bahwa Ihlas itu bisa dilakukan oleh tiap pribadi. Kadang begitu mudah dilakukannya. Terkadang untuk mendapataknnya, memang harus berjuang sampai berdarah-darah. Asal tahu kuncinya demikian kata Erbe Sentanu. Kita pasti bisa. Ya!!!!! Seperti dulu ketika kita belajar naik sepeda motor. Awal ketika kita belajar begitu angat sulit. Namun ketika kita membiasakan terus menerus, maka lama kelamaan kita akan lihai. Bahkan hanya dengan satu tangan saja kita bisa menyetir sepeda. Kalau kita bilang sulit terus menerus, menurut Kyai Lukman, itu adalah nafsu saja yang ogah diajak untuk menuju Allah. Titik.
Kalau saya sendiri, ketika menerangkan hal ikhlas, saya akan menjawab agak puitis. “Ketika Engkau memberi tidak mengharap untuk diberi, ketika engkau membantu tidak mengharap untuk dibantu, ketika engkau menolong tidak mengharap untuk ditolong, ketika engkau mencintai tidak mengharap untuk dicintai......”. Karena apa yang kita lakukan bukan untuk siapa-siapa tetapi hanya untuk Allah. Apa yang kita lakukan kita pasrahkan saja kepada Allah. Apapun takdir kita, kita jalani saja. Pokoknya semuanya terserah Allah. Mau dijadikan susah silahkan Ya Allah. Mau dibuat bahagia Silahkan Ya Allah. Mau Engkau Mulyakan terserah Ya Allah. Mau Engkau Hinakan terserah Engkau Ya Allah. Dalam bahasa yang sederhana “Allahuma “Embuh””. Embuh Sak karepmu Gusti Allah..............................
Jumat, Januari 01, 2010
Allahuma "EMBUH"
Diposting oleh Goze IsnoLabel: Tasawuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar