Jumat, Februari 28, 2014

ERUPSI GUNUNG KELUD : ANTARA ADZAB DAN SUNATULLAH


Beberapa tahun yang lalu saat terjadi gempa di Padang dan Tasikmalaya beredar sebuah sms yang menerangkan tentang hubungan waktu gempa dengan Al-Quran. Misalnya gempa Tasikmalaya terjadi pukul 15.04, dihubungkan dengan surat yang ke lima belas yakni Q.S Al Hijr ayat 4 yang berbunyi, “Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan”.  Begitupun dengan gempa di Padang yang terjadi pukul 17.16 yang bisa dilihat pada Surat al Isra (17) ayat 16 : “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. Dan yang sangat mengerikan lagi, saat gempa susulan yang terjadi di Padang tepat pukul 17.58, sms tersebut menerangkan, sebagaimana bunyi Surat Al Isra (17) ayat 58:  “Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh)”.
Hal yang sama saat ini terjadi saat Gunung Kelud meletus. Beredar sms dan FB beberapa ayat mendukung pembenar akan kutukan Allah kepada manusia. Bunyi sms tersebut, bahwa Gunung Kelud meletus pada pukul 22: 49, yang dihubungkan dengan surat Al Haj ayat 49 yang berbunyi “Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan yang nyata kepada kamu".
Menelaah tafsir “Gathuk Mathuk”
Sekilas membaca sms tersebut menimbulkan decak kagum akan adanya pembenar atas suatu kejadian dengan menukil surat dan ayat dalam Al-Quran yang sangat sesuai. Namun seakan pula ada kesan yang memunculkan makna bahwa orang yang ditimpa bencana tersebut banyak melakukan dosa daripada daerah lain yang tidak terkena bencana. Bahkan seringkali penulis menemukan kesan, misalnya pantas saja tsunami melanda Aceh, sebab orangnya banyak makan ganja dan maksiat. Begitupun tatkala Gempa Jogja, ada kesan yang tertangkap bahwa masyarakat Jogja wajar diberi gempa, sebab mereka banyak melakukan hal mistis yang berbau syirik. Karenanya Adzab bencana alam itulah yang menjadi jawabannya.
Hal ini sungguh berhaya dan sangat tidak etis ditengah saudara-saudara kita yang terkena musibah. Sudah tidak membantu, malah menyesatkan dengan opini-opini menuduh dengan tuduhan yang mendiskreditkan sebuah kawasan. Lebih-lebih memakai Al-Quran sebagai justifikasinya. Apabila berbicara dosa dan mau membandingkan antar daerah satu dengan daerah lain, muncul pertanyaan, kenapa Las Vegas sebagai tempatnya maksiat dunia tidak diberi bencana? Kenapa pula Negara-negara penindas seperti  Negara-negara Eropa, Rusia atau Israel tidak mendapatkan bencana? Pun juga tempat-tempat kasino, lokalisasi-lokalisasi yang telah dibangun di kota-kota China atau Jepang bahkan Macau-Thailand, kenapa pula tidak segera dikirimkan adzab? Begitupun dengan daerah-daerah lokalisasi yang menjamur di negeri ini. Pun juga dengan tempat-tempat para Koruptor yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat, kenapa tidak segera digulung dengan bencana?
 Logika kejadian yang disesuaikan dengan Al-Quran sebagaimana kiriman sms-sms tersebut, patut kita bertanya, apakah semua bencana juga telah diramalkan oleh Al-Quran? Bukankah dinegara kita juga beruntun banyak bencana? Apakah bencana seperti Lumpur lapindo, Gempa jogja, Gempa Pangandaran, Situ Gintung, Banjir Jakarta, Banjir di Pekalongan, Banjir di Wonosobo, Longsor di Jombang juga telah terdapat dalam al-Quran? Jangan-jangan kita hanya menggunakan ilmu tafsir “gathuk mathuk” untuk memahami al-Quran saja. Dan lebih berbahaya lagi apabila kita menganggap al-Quran sebagai kitab untuk meramal.
Sepertinya kita perlu belajar lagi Ulumul Quran, agar mampu memahami Al-Quran dari sudut ilmu yang dibenarkan? Sebab di dalam ulumul Quran ada seperangkat disiplin ilmu yang sangat jauh dari ilmu tafir gathuk mathuk tersebut. Ilmu tafsir “gathuk mathuk” tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah apalagi dijadikan sebagai hujjah. Selain mempelajari ulumul Quran, kita juga perlu belajar ilmu Geografi sehingga debu kedunguan akan tersingkap. Bahwa ada ayat-ayat kauniyah yang perlu kita Iqra, agar kita menjadi melek dengan alam ini.


Rusaknya Alam versi Al Quran
Bahwa kejadian-kejadian alam bahkan rusaknya alam yang disebabkan oleh ulah tangan manusia memang dibenarkan di dalam Al-Quran, sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran :“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (Ar-Rum : 41-42). Rusaknya kerusakan di darat dan di laut memang disebabkan oleh manusia.  Namun tidak semua kerusakan disebabkan oleh tangan manusia apabila kita menggunakan pendekatan ilmu geografi bahwa ada bencana-bencana yang disebabkan oleh ulah manusia dan ada bencana yang memang itu adalah fenomena alam. Hal ini bukan berarti mengabaikan ayat di atas yang menjelaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut itu disebabkan oleh ulah tangan manusia. Namun harus ada pengelompokan-pengelompokan. Mengenai pengelompokkan bahwa ada kerusakan akibat ulah manusia dan fenomena alam, bukankah di dalam keterangan ayat lain kita dipersilahkan untuk memahami kejadian alam? "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (Q.S. Yunus : 101)
Mengintip Ilmu Geografi
Wilayah Indonesia secara geologis memang merupakan tempat bertemunya 3 Lempeng Litosfer Dunia, yaitu Lempeng Dasar Asia, Lempeng Dasar Pasifik, dan Lempeng Dasar Indo-Australia. Serta sekaligus wilayah geologisnya merupakan tempat bertemunya 2 Sabuk (Sirkum) Pegunungan Dunia, yakni Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania (di mana kedua rangkaian alur pegunungan ini bertemu di Laut Banda).
Akibat benturan ketiga lempeng tersebut, membuat retaknya beberapa bagian pada kerak bumi. Selain menimbulkan panas, juga memproduksi batuan cair (magma). Melalui retakan-retakan tersebut yang bisa dikatakan sebagai bidang lemah, magma cair tersebut terdorong naik ke permukaan bumi dan membentuk kerucut-kerucut gunung api. Gunung meletus itu terjadi akibat endapan atau cairan magma di dalam perut bumi terdorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Jadi apabila memaknakan gunung berapi sebagai sebuah adzab, disandingkan dengan pengetahuan ini adalah sebuah persepsi yang perlu diberi ilmu. Sebab erupsi adalah kepastian disebabkan karena memang begitulah aktivitas dari gunung berapi. Entah kurun berapa tahun.
Dan adapun gempa, ia juga merupakan kerusakan yang memang disebabkan oleh alam itu sendiri. Gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Dengan penjelasan tersebut, menjadi teranglah bahwa erupsi gunung kelud adalah gejala alam yang memang demikianlah aktivitas dari sunnatullah yang diberikan pada wilayah di Negara kita yang kaya dengan gunung berapi. Menyatakan itu adzab adalah sebuah kesalahan berpikir. Apalagi mengesankan bahwa masyarakat Kediri atau Blitar penuh dengan dosa sehingga di adzab oleh Allah. Bukankah kita juga banyak dosa?
Mensikapi kehendak
Tetapi sebagai Muslim, harus diyakinkan bahwa segala gerak apapun di dunia ini tidak lepas dari kehendak Allah. Allah memiliki qadha dan qadharnya. Allah yang menentukan segala apapun dan gerak apapun. Karena Allah-lah sumber dari segala sebab dan sumber dari segala gerak.
Adapun dengan bencana yang beruntun ini harusnya membuat kita semua tersadar, bahwa kita perlu menjalin persahabatan yang lebih mesra lagi kepada alam yang senantiasa bertasbih kepada Allah. Kita selama ini telah memperkosa bahkan menganiaya alam ini dengan semena-mena. Alam memberontak. Ia men-tune up dirinya agar terjadinya keseimbangan, manakala ketidakseimbangan oleh ulah kita ini. Alam dituntun oleh Allah untuk bergerak. Termasuk gerak erupsi. Pesan dalam Al-Quran :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al A’raf : 56)

Mojokerto. Jumat, 14 Februari 2014  Pukul 17.15
Isno Woeng Sayun
Gmail : Isnobisa@gmail.com



0 komentar:

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*