Beberapa
tahun yang lalu saat terjadi gempa di Padang dan Tasikmalaya beredar sebuah sms
yang menerangkan tentang hubungan waktu gempa dengan Al-Quran. Misalnya gempa
Tasikmalaya terjadi pukul 15.04, dihubungkan dengan surat yang ke lima belas
yakni Q.S Al Hijr ayat 4 yang berbunyi, “Dan
Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa
yang telah ditetapkan”. Begitupun
dengan gempa di Padang yang terjadi pukul 17.16 yang bisa dilihat pada Surat al
Isra (17) ayat 16 : “Dan jika Kami hendak
membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup
mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan
(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. Dan
yang sangat mengerikan lagi, saat gempa susulan yang terjadi di Padang tepat
pukul 17.58, sms tersebut menerangkan, sebagaimana bunyi Surat Al Isra (17)
ayat 58: “Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab
yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh
Mahfuzh)”.
Hal
yang sama saat ini terjadi saat Gunung Kelud meletus. Beredar sms dan FB
beberapa ayat mendukung pembenar akan kutukan Allah kepada manusia. Bunyi sms
tersebut, bahwa Gunung Kelud meletus pada pukul 22: 49, yang dihubungkan dengan
surat Al Haj ayat 49 yang berbunyi
“Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi
peringatan yang nyata kepada kamu".
Menelaah
tafsir “Gathuk Mathuk”
Sekilas
membaca sms tersebut menimbulkan decak kagum akan adanya pembenar atas suatu
kejadian dengan menukil surat dan ayat dalam Al-Quran yang sangat sesuai. Namun
seakan pula ada kesan yang memunculkan makna bahwa orang yang ditimpa bencana
tersebut banyak melakukan dosa daripada daerah lain yang tidak terkena bencana.
Bahkan seringkali penulis menemukan kesan, misalnya pantas saja tsunami melanda
Aceh, sebab orangnya banyak makan ganja dan maksiat. Begitupun tatkala Gempa
Jogja, ada kesan yang tertangkap bahwa masyarakat Jogja wajar diberi gempa,
sebab mereka banyak melakukan hal mistis yang berbau syirik. Karenanya Adzab
bencana alam itulah yang menjadi jawabannya.
Hal
ini sungguh berhaya dan sangat tidak etis ditengah saudara-saudara kita yang
terkena musibah. Sudah tidak membantu, malah menyesatkan dengan opini-opini
menuduh dengan tuduhan yang mendiskreditkan sebuah kawasan. Lebih-lebih memakai
Al-Quran sebagai justifikasinya. Apabila berbicara dosa dan mau membandingkan
antar daerah satu dengan daerah lain, muncul pertanyaan, kenapa Las Vegas sebagai
tempatnya maksiat dunia tidak diberi bencana? Kenapa pula Negara-negara
penindas seperti Negara-negara Eropa,
Rusia atau Israel tidak mendapatkan bencana? Pun juga tempat-tempat kasino,
lokalisasi-lokalisasi yang telah dibangun di kota-kota China atau Jepang bahkan
Macau-Thailand, kenapa pula tidak segera dikirimkan adzab? Begitupun dengan
daerah-daerah lokalisasi yang menjamur di negeri ini. Pun juga dengan
tempat-tempat para Koruptor yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat, kenapa
tidak segera digulung dengan bencana?
Logika kejadian yang disesuaikan dengan
Al-Quran sebagaimana kiriman sms-sms tersebut, patut kita bertanya, apakah
semua bencana juga telah diramalkan oleh Al-Quran? Bukankah dinegara kita juga
beruntun banyak bencana? Apakah bencana seperti Lumpur lapindo, Gempa jogja, Gempa
Pangandaran, Situ Gintung, Banjir Jakarta, Banjir di Pekalongan, Banjir di
Wonosobo, Longsor di Jombang juga telah terdapat dalam al-Quran? Jangan-jangan
kita hanya menggunakan ilmu tafsir “gathuk
mathuk” untuk memahami al-Quran saja. Dan lebih berbahaya lagi apabila kita
menganggap al-Quran sebagai kitab untuk meramal.
Sepertinya
kita perlu belajar lagi Ulumul Quran,
agar mampu memahami Al-Quran dari sudut ilmu yang dibenarkan? Sebab di dalam ulumul Quran ada seperangkat disiplin
ilmu yang sangat jauh dari ilmu tafir gathuk
mathuk tersebut. Ilmu tafsir “gathuk
mathuk” tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah apalagi dijadikan
sebagai hujjah. Selain mempelajari ulumul Quran, kita juga perlu belajar
ilmu Geografi sehingga debu kedunguan akan tersingkap. Bahwa ada ayat-ayat kauniyah yang perlu kita Iqra, agar kita menjadi melek dengan alam ini.
Rusaknya
Alam versi Al Quran
Bahwa
kejadian-kejadian alam bahkan rusaknya alam yang disebabkan oleh ulah tangan
manusia memang dibenarkan di dalam Al-Quran, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Quran :“Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu.
kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
(Allah)." (Ar-Rum : 41-42). Rusaknya
kerusakan di darat dan di laut memang disebabkan oleh manusia. Namun tidak semua kerusakan disebabkan oleh
tangan manusia apabila kita menggunakan pendekatan ilmu geografi bahwa ada
bencana-bencana yang disebabkan oleh ulah manusia dan ada bencana yang memang
itu adalah fenomena alam. Hal ini bukan berarti mengabaikan ayat di atas yang
menjelaskan bahwa kerusakan di darat dan di laut itu disebabkan oleh ulah
tangan manusia. Namun harus ada pengelompokan-pengelompokan. Mengenai
pengelompokkan bahwa ada kerusakan akibat ulah manusia dan fenomena alam,
bukankah di dalam keterangan ayat lain kita dipersilahkan untuk memahami
kejadian alam? "Perhatikanlah apa
yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman"
(Q.S. Yunus : 101)
Mengintip
Ilmu Geografi
Wilayah Indonesia secara geologis memang
merupakan tempat bertemunya 3 Lempeng Litosfer Dunia, yaitu Lempeng Dasar Asia, Lempeng Dasar
Pasifik, dan Lempeng Dasar Indo-Australia. Serta sekaligus wilayah geologisnya
merupakan tempat bertemunya 2 Sabuk (Sirkum) Pegunungan Dunia, yakni Sirkum
Pasifik dan Sirkum Mediterania (di mana kedua rangkaian alur pegunungan ini
bertemu di Laut Banda).
Akibat benturan ketiga lempeng tersebut, membuat
retaknya beberapa bagian pada kerak bumi. Selain menimbulkan panas, juga
memproduksi batuan cair (magma). Melalui retakan-retakan tersebut yang bisa dikatakan
sebagai bidang lemah, magma cair tersebut terdorong naik ke permukaan bumi dan
membentuk kerucut-kerucut gunung api. Gunung meletus itu terjadi akibat endapan
atau cairan magma di dalam perut bumi terdorong keluar oleh gas yang bertekanan
tinggi. Jadi apabila memaknakan gunung berapi sebagai sebuah adzab,
disandingkan dengan pengetahuan ini adalah sebuah persepsi yang perlu diberi
ilmu. Sebab erupsi adalah kepastian disebabkan karena memang begitulah
aktivitas dari gunung berapi. Entah kurun berapa tahun.
Dan adapun gempa, ia juga merupakan kerusakan
yang memang disebabkan oleh alam itu sendiri. Gempa bumi disebabkan dari
pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan
yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai
pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi.
Dengan penjelasan tersebut, menjadi teranglah
bahwa erupsi gunung kelud adalah gejala alam yang memang demikianlah aktivitas
dari sunnatullah yang diberikan pada wilayah di Negara kita yang kaya dengan
gunung berapi. Menyatakan itu adzab adalah sebuah kesalahan berpikir. Apalagi
mengesankan bahwa masyarakat Kediri atau Blitar penuh dengan dosa sehingga di adzab
oleh Allah. Bukankah kita juga banyak dosa?
Mensikapi kehendak
Tetapi sebagai Muslim, harus diyakinkan bahwa
segala gerak apapun di dunia ini tidak lepas dari kehendak Allah. Allah
memiliki qadha dan qadharnya. Allah yang menentukan segala apapun dan gerak
apapun. Karena Allah-lah sumber dari segala sebab dan sumber dari segala gerak.
Adapun dengan bencana yang beruntun ini harusnya
membuat kita semua tersadar, bahwa kita perlu menjalin persahabatan yang lebih
mesra lagi kepada alam yang senantiasa bertasbih kepada Allah. Kita selama ini
telah memperkosa bahkan menganiaya alam ini dengan semena-mena. Alam
memberontak. Ia men-tune up dirinya
agar terjadinya keseimbangan, manakala ketidakseimbangan oleh ulah kita ini. Alam
dituntun oleh Allah untuk bergerak. Termasuk gerak erupsi. Pesan dalam Al-Quran
:
“Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S Al A’raf : 56)
Mojokerto. Jumat, 14
Februari 2014 Pukul 17.15
Isno Woeng Sayun
Gmail :
Isnobisa@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar