Senin, Juni 29, 2009

Kesucian Sex


Ketika selesai ijab qabul pernikahanku pada tanggal 7 bulan Juni tahun 2007, aku mengucapkan rasa beribu-ribu syukur karena aku telah diselamatkan oleh Alloh dari godaan syetan selama aku menjadi perjaka. Aku selamat dari penistaan keperjakaanku. Aku utuh tidak ada goresan kehilangan keperjakaanku untuk kuhadiahkan kepada istriku tercinta. Walau buanyak sekali godaan yang menerpa aku. Baik waktu SMA, Perguruan Tinggi, apalagi menjelang pernikahan. Banyak orang yang bercerita kepadaku tentang ketidakberhasilan mereka dalam menjaga “anu”nya. Laki-laki maupun perempuan. Waktu dulu di SMA, teman seangkatanku ada yang hamil gara-gara dihamili dan membiarkan dirinya ikhlas dihamili. Waktu dikampung, ini kebiasaan buruk orang-orang yang bodoh, yakni habis melamar, biasanya mereka sudah menginap dirumah calon istrinya. Seorang teman bilang, padahal dia itu juga sholat, menjelang ke pernikahan, dia menginap di rumah calonnya. Dia tidur dikamar calonnya, tentu bersama calon istrinya. Awal-awal dia tidak merasa apa-apa. Namun tiba-tiba ia sangat bernafsu untuk men duhul istrinya. Namun istrinya tidak mau karena takut dosa. Temanku ini kemudian tersadarkan dari godaan syetan. Namun kemudian, istrinya yang kalap ingin diduhul, tetapi temanku ini menyadarkan akan perbuatan dosa. Akhirnya calon istrinya sadar. Tetapi kemudian kedua-duanya saling kalap bernafsu untuk melakukan hubungan. Maka hancurlah pertahanan keperawanan dan keperjakaannya. Setelah kejadian barulah mereka berdua menangis. Silahkan diteliti, konon perempuan awal-awal kehilangan keperawanannya mesti menangis. Tafsiri sendiri. Waktu di perguruan tinggi, seorang senior di pers, bercerita tentang kejahatan kelamin yang ia lakukan terhadap mahasiswi-mahasiswi. Baik berjilbab maupun tidak berjilbab (makanya dulu saya tidak percaya terhadap keperawanan mahasiswa di Surabaya he….he……..dolek wong ndeso). Rata-rata, mereka melepaskan keperawanan demi……….demikian. Belum lagi di sekolah-sekolah zaman sekarang. Belum kasus-kasus di perumahan. Insya Alloh saya punya referensi banyak tentang kejadian kehilangan keperjakaan dan kehilangan keperawanan. Padahal jika kita berpikir, kalau keperawanan dan keperjakaan sudah hilang, hadiah teristimewa apa yang akan diberikan kepada suami/istri tercinta? Bukankah ketulusan cinta itu yang harus diberikan? Bukankah kesucian cinta itu yang harus diberikan kepada pasangan sebenarnya? Bukannya pasang-pasangan. Bukankah keperawanan/keperjakaan itu adalah bentuk dari kesucian cinta yang akan kita persembahkan teristimewa kepada kekasih hati kita? Jika hilang apanya yang suci? Apanya yang cinta? Apanya istimewa? Apanya yang indah? Kalau anda mengatakan bahwa calonmu tidak tahu bahwa kamu telah hilang keperawanan/keperjakaanmu, engkau tetap meneruskan menuju pernikahanmu, saya katakan, untuk apa sebuah pernikahan jika didasari kebohongan dan kepalsuan????? bukankan nikah itu suci??? Menikah itu disaksikan oleh ribuan malaikat, malaikat tahu kebohongan yang kamu jalankan…he….he….berbicara sex dan menjalankan sex tidak hanya sekedar melakukan (ML). Why????? Karena melakukan hubungan sex itu dekat sekali dengan proses penciptaan manusia yang dilakukan oleh Alloh. Kelamin kita "dipakai" oleh Allah sebagai sarana untuk pembiakan manusia. Bayangkan jika dalam proses itu kita kotori!!!!. Dan alangkah sangat besar siksa Allah kalau "TEMPAT SUCI (rumah Allah)" dimana Allah berkreasi, mencipta, berkendak, dan mengembangbiakkan manusia itu dikotori dengan berbagai tindakan yang negatif (fujur). Tatkala kita mengotori kelamin dengan kehendak percabulan, maka berbagai perbuatan cabul pun akan muncul tak terkendalikan pada diri kita ini. Akibatnya? Anaknya? Ke depan???? Hidupnya??..... Subhanaka????? Subhanaka?????? subhanaka?????

Dsn. Sayun Ds. Jejel Jam 6.52
Goze Isno

1 komentar:

tri wahyu mengatakan...

pak,,,kalau gak sampek ML gmn?
saat pacaran cm bersenang senang dengan ciuman...pelukan,,n pegang pegang ngan,,?
apakah masih tergolong kesucian sex?

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*