Dalam diskusi kecil di Mushola tempat anak SKI SMA Negeri 3 Mojokerto nongkrong disana seorang siswa bertanya kepada saya “pak, apa sih yang dinamakan bahagia? Kenapa banyak orang yang mencari kebahagiaan? Mendapat pertanyaan tersebut, saya menjadi bingung untuk menjawabnya. Karena kebahagiaan itu tidak mudah untuk dijelaskan dengan teori, tapi dirasakan. Membahas rasa tidak hanya sekedar menjelaskan tentang definisi tapi menganalisis apa yang dirasakan oleh kita sendiri maupun orang lain.
Oleh karenanya dalam tulisan ini saya mencoba untuk menganalisis rasa bahagia yang kita rasakan bersama-sama itu. Mudah-mudahan kita bisa ngerti semua. Tapi sebelum membahas kebahagiaan kita harus membedakan dulu rumpun kata yang mirip dengan kebahagiaan, agar kita tidak salah kaparah dalam memahami arti kebahagiaan. Ada kata asyik, nikmat dan bahagia, kira-kira apa ya bedanya? Salah satu teman kalian biasanya dipojok ruangan akan menjawab “beda hurufnya pak?” inilah cermin siswa yang malas berpikir. He….he….just kidding. Kalau kita melihat seseorang melakukan “sebuah perbuatan yang sama” dengan berulang-ulang, maka seringkali kita mengistilahkan bahwa orang tersebut sedang asyik dengan sesuatu itu. Ada yang sedang asyik dengan pacar atau orang yang dicintainya, maka namanya orang itu sedang berasyik-masyuk. Ada yang sedang asyik berolah raga Ada yang sedang asyik berlaku fujur seperti mencuri, berzina, ngegelex, ngeinex, berjudi, benci, bertengkar dan marahan, tidak khusyuk, dsb.Kalau tidak berulang, maka perbuatan itu dinamakan orang hanya sebatas perbuatan “kebetulan” saja. Betul!!!!!
Menurut penelitian para ahli neurologi otak (maaf agak ngilmiah), pengalaman dan pengetahuan yang dialami dan didapat oleh seseorang, betapa pun kecil dan redupnya, ternyata akan membentuk anyaman neuron di dalam otak kita. jejak (foot print) dari pengalaman dan pengetahuan itu masuk ke dalam otak melalui berbagai alat indra kita berupa gelombang-gelombang dengan berbagai frekuensi yang kemudian dikirimkan kebagian-bagian tertentu di dalam otak berupa energi kimia dan energi listrik.
Di dalam otak, berbagai frekuensi yang masuk lewat alat indera tadi dengan cara yang sangat menakjubkan kemudian dikirim ke bagian-bagian otak lewat jutaan neuron sesuai dengan penggunaannya masing-masing. Jika masuk ke dalam pusat penglihatan dan pendengaran, maka kita lalu bisa melihat dan mendengar. Sehingga kita lalu bisa berpersepsi terhadap apa-apa pengetahuan yang kita dapatkan lewat pusat pengindraan kita itu tadi.
Nah…, asupan pengetahuan ke dalam otak kita itu lalu merangsang bagian-bagian otak tersebut untuk aktif yang ditandai dengan meningkatnya fungsi otak tersebut. Aktifnya bagian otak tertentu ini dapat di lihat dengan bantuan sebuah alat pencacat gelombang otak atau melalui teknik scanning tertentu. Semakin sering bagian otak tertentu diaktifkan atau teraktifkan dengan rangsangan dari luar, maka semakin cerah bagian tersebut berpendar yang kemudian akan membentuk kapalan memori yang terbentuk dari anyaman neuron di area tersebut. Kapalan memori di dalam otak ini akan semakin kental dan kuat tatkala kita dengan sengaja menanamkan suatu keinginan secara berulang-ulang melalui teknik-teknik afirmasi tertentu. Wirid, niat, dan dzikir adalah sedikit dari sekian banyak teknik afirmasi dalam bingkai agama Islam.
Pada tataran universal, pengetahuan-pengetahuan yang dimasukkan ke dalam otak kita hampir dapat dipastikan akan mengkotak-kotakkan kita manusia ini menjadi berbagai ahli sesuai dengan file-file pengetahuan yang masuk tersebut. Kamu yang sering memasukkan pengetahuan kimia saja ke dalam otakmu maka kamu akan menjadi ahli kimia. Sedangkan pengetahuan lainnya kamu kurang (Makanya jangan sok pintar, bisa jadi kamu pintar pelajaran ini tapi belum tentu pintar lainnya) Dengan dominannya pengetahuan kimia dalam otakmu maka kamu akan merasakan asyik berlama-lama dengan soal-soal kimia atau apa saja yang ada hubungannya dengan kimia.
Begitu dia asyik dengan pekerjaannya itu, maka berbagai hormon akan disekresikan ke dalam pusat-pusat pengontrol setiap gerakan dan ekspresi tubuh yang ada di dalam otak, sehingga otak lalu menghantarkan aliran rasa ekstasis yang masuk dengan deras ke dalam dada maupun ke seluruh tubuh kita. Aliran rasa ekstasis ini pun lalu akan mempengaruhi mimik atau ekspresi wajah seseorang.
Pergerakan pengalaman dari emosi ke emosi inilah yang memberikan dorongan kepada setiap orang untuk melakukan sesuatu, karena pada emosi itu ada daya yang akan mempengaruhi otak untuk mengirimkan perintah kepada bagian-bagian yang mengontrol gerakan otot-otot sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap perintah itu akan menimbulkan rasa nikmat yang akan membuat seseorang ketagihan untuk melakukan sebuah perbuatan tertentu. Seperti orang pacaran, ia akan merasakan nikmat jika berada disisi sang pacar, ia akan merasakan ketagihan untuk selalu berada disisi sang pacar. Rasa seneng mendengar pengajian akan ia cari demi mendapatkan ngeh rasa nikmat tersebut. Dan macam-macam yang dilakukan manusia demi mendapatkan bahasa ilmiahnya ektasis tersebut.
Tapi inilah anehnya karakater jaringan lunak yang disebut dengan otak ini. Sekali dua kali sang otak mendapatkan informasi dan rangsangan yang sama boleh jadi otak tersebut masih akan mengirimkan rasa nikmat ke bagian-bagian tubuh tertentu, akan tetapi kali berikutnya informasi dan rangsangan yang intensitasnya sama itu mulai tidak direspons lagi oleh sang otak. Informasi, kegiatan, rangsangan yang masuk berulang-ulang tersebut lama-lama sudah tidak mampu lagi memberikan efek ekstasis bagi si otak. Otak tidak bereaksi lagi dengan hebat, yang dalam bahasa umumnya dikenal sebagai rasa bosan. Boring you know!!!
Makanya jalan keluar dari kebosanan otak ini kadangkala sungguh mengerikan. Seorang pencuri atau koruptor, baru akan bisa kembali merasakan ekstasisnya tatkala dia berhasil mencuri atau korupsi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar dari yang sebelumnya. Hutan dicuri, tanah dicuri, minyak dicuri, bank dipreteli, rakyat dirampok, dan anehnya semua itu bisa dilakukan orang dengan bekal aturan-aturan yang sangat logis.
Nah…, dalam istilah agamanya, orang-orang yang mengikuti pengaruh dorongan pemenuhan kebutuhan ekstasisnya otak ini disebut sebagai orang yang terbelenggu atau terjebak dengan dorongan nafsunya (hawa un nafs). Suasana ini pulalah yang dirasakan oleh Nabi Yusuf tatkala mengeluhkan dorongan nafs beliau kepada Tuhan “wama ubarriu nafsii innannafsa laammaratum bissu’…”. Sebuah suasana jiwa yang ternyata sangat “menyiksa” Yusuf yang notabene adalah seorang Nabi. Lho kenapa kok bisa tersiksa, padahal katanya asyik!!!!!!
Rasa tersiksa adalah sebuah keadaan yang muncul akibat adanya konflik di dalam otak kita tentang sesuatu kejadian atau perbuatan yang kita lakukan. Boleh jadi sebuah perbuatan atau kejadian bisa kita lakukan secara berulang-ulang karena ada rasa ekstasis (nikmat) yang dilepaskan oleh otak ke instrumen tubuh tertentu, akan tetapi di bagian otak lainnya, boleh jadi pula ada file pengetahuan yang menentang perbuatan tersebut untuk dilakukan. Dengan kata lain, di satu sisi perbuatan itu mengasyikkan, akan tetapi disisi lain file pengetahuan kita menolaknya. Dengan dua pertentangan ini, otak kemudian memancarkan gelombang yang saling berbeda, kacau. Pertentangan demi pertentangan yang muncul di otak akan menyebabkan badai gelombang otak pada seseorang yang akibatnya akan disebarkan ke seluruh tubuh menuju bagian-bagian yang mampu merespon gelombang otak tertentu. Karena gelombang itu kacau, maka rasa yang disalurkan ke anggota perasa juga menjadi kacau. Kacaunya rasa ini kemudian dinamakan orang dengan tersiksa.
Seorang pencuri atau koruptor, walaupun mencuri dan korupsi itu mungkin mengasyikkan dan memberikan rasa nikmat kepada si pelakunya, apalagi kalau si pelakunya berhasil mengelabui masyarakat dan perangkat hukum, akan tetapi dia akan tetap merasa tersiksa tatkala otaknya berisi file bahwa mencuri atau korupsi itu adalah salah, melawan hukum, hukuman mati, dosa, dan sebagainya. Seorang pezina (khusus yang punya pacar), kendati perzinaan itu mengasyikkan dan memberikan rasa nikmat kepada para pelakunya, akan tetapi dia akan tetap merasa tersiksa ketika perbuatannya itu bertabrakan dengan file di otaknya yang menyatakan bahwa zina itu adalah haram, melawan hukum agama, di rajam, berdosa, dan sebagainya. Ingat ya kata pak isno!!!
Kalaupun ada orang yang mampu untuk korupsi, mencuri, ataupun berzina tanpa merasa tersiksa lagi, maka boleh jadi di otak orang tersebut sudah tidak ada lagi file-file tentang hukum dan moralitas yang nantinya akan membedakan martabat manusia dengan derajat binatang. Karena yang membedakan manusia dengan binatang hanyalah dalam hal hukum dan moralitas saja, disamping juga kemampuan berlogika, yang pada binatang derajatnya sangat-sangat rendah dan primitif, walau tetap ada. Hanya itu saja kok tentang asyik, nikmat dan siksa itu …!. Nggak usah repot-repot, gitu aja kok repot. Lalu bagaimana dengan bahagia?
Bahagia itu juga sederhana saja kok. Tatkala perbuatan dan kejadian atas tindakan yang kita lakukan mampu membuat kita asyik, ditambah lagi dengan munculnya rasa nikmat, dibarengi pula perbuatan tersebut bersesuaian dengan file-file yang ada di dalam otak kita, lalu dibingkai pula dengan hukum, moralitas dan logika manusia yang kemudian diringkas menjadi fitrah manusia (bukan fitrah binatang), dan ditambah pula dengan sangat mudahnya muncul rasa bahagia pada diri kita. Dan rasa bahagia itu dengan sangat jelas terpancar dalam EKSPRESI WAJAH yang sumringah yang bisa dikenal dan ditangkap nuansanya oleh setiap manusia dari suku, bangsa, dan agama apapun dia. Beginilah kira-kira kalau kita mau mendefinisikan rasa bahagia. Susah ya kalau dibahasakan …??.
Jika rasa bahagia itu muncul, rona dan ekspresi wajah bahagia itu akan terpancar dengan jelas di wajah seseorang. Mulai hanya dari sesungging senyuman manis di bibir sampai dengan tertawa terbahak-bahak adalah bahasa universal manusia sebagai pertanda bahwa seseorang itu tengah dialiri oleh rasa bahagia. Dan puncak dari rasa bahagia itu tak jarang pula memunculkan butiran-butiran air bening di sudut mata seseorang yang dinamakan orang dengan tangis. Ya…, tangis bahagia.
Mudah-mudahan kita semua mampu menangkap ayat-ayat kebahagiaan yang dibentangkan Allah dalam rasa yang menghuni kalbu kita semuanya. Sehingga kita akan menjadi orang yang beruntung dengan merasakan kebahagiaan sejati. Semoga. Matur suwun.
Oleh karenanya dalam tulisan ini saya mencoba untuk menganalisis rasa bahagia yang kita rasakan bersama-sama itu. Mudah-mudahan kita bisa ngerti semua. Tapi sebelum membahas kebahagiaan kita harus membedakan dulu rumpun kata yang mirip dengan kebahagiaan, agar kita tidak salah kaparah dalam memahami arti kebahagiaan. Ada kata asyik, nikmat dan bahagia, kira-kira apa ya bedanya? Salah satu teman kalian biasanya dipojok ruangan akan menjawab “beda hurufnya pak?” inilah cermin siswa yang malas berpikir. He….he….just kidding. Kalau kita melihat seseorang melakukan “sebuah perbuatan yang sama” dengan berulang-ulang, maka seringkali kita mengistilahkan bahwa orang tersebut sedang asyik dengan sesuatu itu. Ada yang sedang asyik dengan pacar atau orang yang dicintainya, maka namanya orang itu sedang berasyik-masyuk. Ada yang sedang asyik berolah raga Ada yang sedang asyik berlaku fujur seperti mencuri, berzina, ngegelex, ngeinex, berjudi, benci, bertengkar dan marahan, tidak khusyuk, dsb.Kalau tidak berulang, maka perbuatan itu dinamakan orang hanya sebatas perbuatan “kebetulan” saja. Betul!!!!!
Menurut penelitian para ahli neurologi otak (maaf agak ngilmiah), pengalaman dan pengetahuan yang dialami dan didapat oleh seseorang, betapa pun kecil dan redupnya, ternyata akan membentuk anyaman neuron di dalam otak kita. jejak (foot print) dari pengalaman dan pengetahuan itu masuk ke dalam otak melalui berbagai alat indra kita berupa gelombang-gelombang dengan berbagai frekuensi yang kemudian dikirimkan kebagian-bagian tertentu di dalam otak berupa energi kimia dan energi listrik.
Di dalam otak, berbagai frekuensi yang masuk lewat alat indera tadi dengan cara yang sangat menakjubkan kemudian dikirim ke bagian-bagian otak lewat jutaan neuron sesuai dengan penggunaannya masing-masing. Jika masuk ke dalam pusat penglihatan dan pendengaran, maka kita lalu bisa melihat dan mendengar. Sehingga kita lalu bisa berpersepsi terhadap apa-apa pengetahuan yang kita dapatkan lewat pusat pengindraan kita itu tadi.
Nah…, asupan pengetahuan ke dalam otak kita itu lalu merangsang bagian-bagian otak tersebut untuk aktif yang ditandai dengan meningkatnya fungsi otak tersebut. Aktifnya bagian otak tertentu ini dapat di lihat dengan bantuan sebuah alat pencacat gelombang otak atau melalui teknik scanning tertentu. Semakin sering bagian otak tertentu diaktifkan atau teraktifkan dengan rangsangan dari luar, maka semakin cerah bagian tersebut berpendar yang kemudian akan membentuk kapalan memori yang terbentuk dari anyaman neuron di area tersebut. Kapalan memori di dalam otak ini akan semakin kental dan kuat tatkala kita dengan sengaja menanamkan suatu keinginan secara berulang-ulang melalui teknik-teknik afirmasi tertentu. Wirid, niat, dan dzikir adalah sedikit dari sekian banyak teknik afirmasi dalam bingkai agama Islam.
Pada tataran universal, pengetahuan-pengetahuan yang dimasukkan ke dalam otak kita hampir dapat dipastikan akan mengkotak-kotakkan kita manusia ini menjadi berbagai ahli sesuai dengan file-file pengetahuan yang masuk tersebut. Kamu yang sering memasukkan pengetahuan kimia saja ke dalam otakmu maka kamu akan menjadi ahli kimia. Sedangkan pengetahuan lainnya kamu kurang (Makanya jangan sok pintar, bisa jadi kamu pintar pelajaran ini tapi belum tentu pintar lainnya) Dengan dominannya pengetahuan kimia dalam otakmu maka kamu akan merasakan asyik berlama-lama dengan soal-soal kimia atau apa saja yang ada hubungannya dengan kimia.
Begitu dia asyik dengan pekerjaannya itu, maka berbagai hormon akan disekresikan ke dalam pusat-pusat pengontrol setiap gerakan dan ekspresi tubuh yang ada di dalam otak, sehingga otak lalu menghantarkan aliran rasa ekstasis yang masuk dengan deras ke dalam dada maupun ke seluruh tubuh kita. Aliran rasa ekstasis ini pun lalu akan mempengaruhi mimik atau ekspresi wajah seseorang.
Pergerakan pengalaman dari emosi ke emosi inilah yang memberikan dorongan kepada setiap orang untuk melakukan sesuatu, karena pada emosi itu ada daya yang akan mempengaruhi otak untuk mengirimkan perintah kepada bagian-bagian yang mengontrol gerakan otot-otot sesuai dengan fungsinya masing-masing. Setiap perintah itu akan menimbulkan rasa nikmat yang akan membuat seseorang ketagihan untuk melakukan sebuah perbuatan tertentu. Seperti orang pacaran, ia akan merasakan nikmat jika berada disisi sang pacar, ia akan merasakan ketagihan untuk selalu berada disisi sang pacar. Rasa seneng mendengar pengajian akan ia cari demi mendapatkan ngeh rasa nikmat tersebut. Dan macam-macam yang dilakukan manusia demi mendapatkan bahasa ilmiahnya ektasis tersebut.
Tapi inilah anehnya karakater jaringan lunak yang disebut dengan otak ini. Sekali dua kali sang otak mendapatkan informasi dan rangsangan yang sama boleh jadi otak tersebut masih akan mengirimkan rasa nikmat ke bagian-bagian tubuh tertentu, akan tetapi kali berikutnya informasi dan rangsangan yang intensitasnya sama itu mulai tidak direspons lagi oleh sang otak. Informasi, kegiatan, rangsangan yang masuk berulang-ulang tersebut lama-lama sudah tidak mampu lagi memberikan efek ekstasis bagi si otak. Otak tidak bereaksi lagi dengan hebat, yang dalam bahasa umumnya dikenal sebagai rasa bosan. Boring you know!!!
Makanya jalan keluar dari kebosanan otak ini kadangkala sungguh mengerikan. Seorang pencuri atau koruptor, baru akan bisa kembali merasakan ekstasisnya tatkala dia berhasil mencuri atau korupsi dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar dari yang sebelumnya. Hutan dicuri, tanah dicuri, minyak dicuri, bank dipreteli, rakyat dirampok, dan anehnya semua itu bisa dilakukan orang dengan bekal aturan-aturan yang sangat logis.
Nah…, dalam istilah agamanya, orang-orang yang mengikuti pengaruh dorongan pemenuhan kebutuhan ekstasisnya otak ini disebut sebagai orang yang terbelenggu atau terjebak dengan dorongan nafsunya (hawa un nafs). Suasana ini pulalah yang dirasakan oleh Nabi Yusuf tatkala mengeluhkan dorongan nafs beliau kepada Tuhan “wama ubarriu nafsii innannafsa laammaratum bissu’…”. Sebuah suasana jiwa yang ternyata sangat “menyiksa” Yusuf yang notabene adalah seorang Nabi. Lho kenapa kok bisa tersiksa, padahal katanya asyik!!!!!!
Rasa tersiksa adalah sebuah keadaan yang muncul akibat adanya konflik di dalam otak kita tentang sesuatu kejadian atau perbuatan yang kita lakukan. Boleh jadi sebuah perbuatan atau kejadian bisa kita lakukan secara berulang-ulang karena ada rasa ekstasis (nikmat) yang dilepaskan oleh otak ke instrumen tubuh tertentu, akan tetapi di bagian otak lainnya, boleh jadi pula ada file pengetahuan yang menentang perbuatan tersebut untuk dilakukan. Dengan kata lain, di satu sisi perbuatan itu mengasyikkan, akan tetapi disisi lain file pengetahuan kita menolaknya. Dengan dua pertentangan ini, otak kemudian memancarkan gelombang yang saling berbeda, kacau. Pertentangan demi pertentangan yang muncul di otak akan menyebabkan badai gelombang otak pada seseorang yang akibatnya akan disebarkan ke seluruh tubuh menuju bagian-bagian yang mampu merespon gelombang otak tertentu. Karena gelombang itu kacau, maka rasa yang disalurkan ke anggota perasa juga menjadi kacau. Kacaunya rasa ini kemudian dinamakan orang dengan tersiksa.
Seorang pencuri atau koruptor, walaupun mencuri dan korupsi itu mungkin mengasyikkan dan memberikan rasa nikmat kepada si pelakunya, apalagi kalau si pelakunya berhasil mengelabui masyarakat dan perangkat hukum, akan tetapi dia akan tetap merasa tersiksa tatkala otaknya berisi file bahwa mencuri atau korupsi itu adalah salah, melawan hukum, hukuman mati, dosa, dan sebagainya. Seorang pezina (khusus yang punya pacar), kendati perzinaan itu mengasyikkan dan memberikan rasa nikmat kepada para pelakunya, akan tetapi dia akan tetap merasa tersiksa ketika perbuatannya itu bertabrakan dengan file di otaknya yang menyatakan bahwa zina itu adalah haram, melawan hukum agama, di rajam, berdosa, dan sebagainya. Ingat ya kata pak isno!!!
Kalaupun ada orang yang mampu untuk korupsi, mencuri, ataupun berzina tanpa merasa tersiksa lagi, maka boleh jadi di otak orang tersebut sudah tidak ada lagi file-file tentang hukum dan moralitas yang nantinya akan membedakan martabat manusia dengan derajat binatang. Karena yang membedakan manusia dengan binatang hanyalah dalam hal hukum dan moralitas saja, disamping juga kemampuan berlogika, yang pada binatang derajatnya sangat-sangat rendah dan primitif, walau tetap ada. Hanya itu saja kok tentang asyik, nikmat dan siksa itu …!. Nggak usah repot-repot, gitu aja kok repot. Lalu bagaimana dengan bahagia?
Bahagia itu juga sederhana saja kok. Tatkala perbuatan dan kejadian atas tindakan yang kita lakukan mampu membuat kita asyik, ditambah lagi dengan munculnya rasa nikmat, dibarengi pula perbuatan tersebut bersesuaian dengan file-file yang ada di dalam otak kita, lalu dibingkai pula dengan hukum, moralitas dan logika manusia yang kemudian diringkas menjadi fitrah manusia (bukan fitrah binatang), dan ditambah pula dengan sangat mudahnya muncul rasa bahagia pada diri kita. Dan rasa bahagia itu dengan sangat jelas terpancar dalam EKSPRESI WAJAH yang sumringah yang bisa dikenal dan ditangkap nuansanya oleh setiap manusia dari suku, bangsa, dan agama apapun dia. Beginilah kira-kira kalau kita mau mendefinisikan rasa bahagia. Susah ya kalau dibahasakan …??.
Jika rasa bahagia itu muncul, rona dan ekspresi wajah bahagia itu akan terpancar dengan jelas di wajah seseorang. Mulai hanya dari sesungging senyuman manis di bibir sampai dengan tertawa terbahak-bahak adalah bahasa universal manusia sebagai pertanda bahwa seseorang itu tengah dialiri oleh rasa bahagia. Dan puncak dari rasa bahagia itu tak jarang pula memunculkan butiran-butiran air bening di sudut mata seseorang yang dinamakan orang dengan tangis. Ya…, tangis bahagia.
Mudah-mudahan kita semua mampu menangkap ayat-ayat kebahagiaan yang dibentangkan Allah dalam rasa yang menghuni kalbu kita semuanya. Sehingga kita akan menjadi orang yang beruntung dengan merasakan kebahagiaan sejati. Semoga. Matur suwun.
0 komentar:
Posting Komentar