Jumat, Maret 27, 2009

Gendeng Dunyo



Satu kisah lagi yang menggambarkan perangai orang yang rakus dunia. Yaitu seoang yahudi yang ikut berkelana dengan nabi Isa a.s, beliau mendidik yahudi itu dengan penuh kesabaran, tetapi kelak tidak berhasil karena orang itu hubbun dunya (senang dunia), ia tidak bisa diarahkan, suatu hari orang itu mendatangi nabi Isa untuk menyampaikan maksudnya, nabi Isa member syarat “jika kamu ingin berkelana bersamaku, bawalah bekal dua potong roti, begitu juga aku, dan jika kita sama-sama sebagai teman makan roti itu kita kumpulkan jadi satu, siyahudi menerima syarat itu, esok harinya siyahudi menemui nabi Isa hanya membawa dua potong roti seperti yang disyaratkan, sedangkan nabi Isa hanya membawa satu potong roti dengan tujuan untuk menguji kejujuran siyahudi. Saat siyahudi melihat sepotong roti ditangan nabi Isa, dalam hatinya bergumam; ini tidak adil, aku membawa dua potong roti sedang dia hanya sepotong, tentu jika dikumpulkan dan dimakan bersama, aku akan rugi separuh dan dia untung separuh dari milikku.

Dengan penuh kecurigaan dihati yahudi, nabi Isa mengajaknya berangkat dengan bekal tiga potong roti mereka. Satu hari berlalu saat pagi tiba, nabi Isa bangkit untuk melakukan sholat, tanpa memberitahu siyahudipun memakan sepotong roti miliknya, dengan harapan agar dua roti itu dibagi adil menjadi satu satu, sehingga jumlah roti sekarang menjadi dua potong. Selesai sholat nabi Isa mengajak yahudi sarapan, “ayo kita sarapan”. Rotipun dihidangkan, nabi Isa melihat hanya ada dua potong roti, maka beliau bertanya “Dimana roti yang satunya, kenapa hanya dua potong?” yahudi beralasan “anu nabi, saya hanya membawa sepotong dan anda membawa sepotong, jadi jumlahnya dua potong, kan pas.” Nabi Isa menjawab, “tidak! Tadi jumlahnya ada tiga potong,” yahudai bersumpah “sungguh tidak nabi, saya hany membawa sepotong”. Nabi tidak melanjutkan pertanyaannya karena sudah tahu yang sebenarnya, beliau memahami, memang begitulah sifat orang yang rakus dunia, tidak ingin dirugikan.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang yang lumpuh. Oleh nabi Isa kaki silumpuh diusap dan doketok kakinya dengan tongkat. Langsung saja silumpuh itu sembuh dan bangkit berjalan. Yahudi terheran menyaksikan peristiwa itu dan menyanjung “nabi, anda hebat sekali, orang lumpuh itu dappat sembuh dan bisa berjalan” lalu nabi Isa menjawab “yang hebat itu Allah!, kamu percaya kepada Allah?yahudi menjawab “ya, aku percaya” kemudian nabi bertanya lagi “baik, jika kamu percaya, katakana dimana sepotong roti itu ?”ternyata yahudi tidak mau jujur.sambil bersumpah ia menjawab “Billahi, saya hanya membawa sepotong” nabi berkata “ya sudah”.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi, dan bertemu dengan seekor kijang, nabi Isa memanggilnya “hai kijang! Kemarilah” kijang itu mendekat dihadapan beliau, nabi Isa bertanya “kijang, apakah kamu bersedia disembelih dan kumakan bersama temanku” kijang itu mengangguk, singkat cerita kijangb itupun disembelih kemudian dimakan, seterusnya sisa-sisa tulang itu diusap oleh nabi dan diketok dengan tongkat, atas izin Allah dari sisa tulang itu tiba-tiba muncul wujud kijang yang utuh seperti sedia kala, akhirnya kijang itu beranjak pergi meninggalkan keduanya. Untuk kesekian kali yahudi menggeleng-gelengkan kepala terperangah penuh keheranan dan memuji seperti semula.nabi Isa member penjelasan pada yahudi yang sama pula dan mendesaknya untuk berkata jujur “Demi Dzat yang menghidupkan kijang yang tinggal tulang-tulangnya. Aku Tanya lagi, dimana sepotong roti itu?”, namun siyahudi tetap saja keras kepala , tidak mau berterus terang, tapi nabi Isa tetap tegar dan sabar.

Kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Sepanjang jalan nabi Isa berkata; sebesar daging kijang itu tidak mampu menyadarkan hati yahudi itu, ia tetap merasa rugi atas sepotong roti dari pada harus berkata jujur. Barangkali kurang besar “pancingnya untuk membuat siyahudi mengaku. Akhirnya mereka bertemu dengan seorang pengembala sapi, lalu nabi Isa memanggilnya, “Hai pengembala sapi kemarilah! Bagaimana kalau sapimu yang paling besar saya minta dan kusembelih serta kumakan bersama temanku ini”, pengembala itu menjawab, “silahkan nabi”. Keduanya pun pergi dan seterusnya memperlakukan sapi itu seperti kijang, mulai dari menyembelih, makan danseterusnya sampai pada pertanyaan nabi Isa seperti sebelumnya, “Demi Allah yang menghidupkan sapi yang tinggal tulangnya, dimana roti itu, tapi tetap saja yahudi tidak mengaku.

Nabi Isa mengajaknya berangkat lagi, hingga mereka tiba ditepi sungai Nil. Kali ini “pertunjukan kehebatan” lebih mengagumkan, Dimana nabi Isa bisa berjalan diatas sungai itu. Pada mulanya yahudi merasa ragu dan takut untuk menirukan nabi Isa, tapi beliau berkata, “jangan takut peganglah ujung sarungku dan angkat (jalankan) kakimu pada bekas langkah kakiku”, “Baiklah” kata yahudi menurut. Akhirnya mereka berdua menyeberang sungai itu dengan selamat dan tiba di pantai seberang. Sebelum melanjutkan perjalanan, seperti biasa, yahudi tergeleng kepalanya penuh keheranan atas peristiwa yang baru saja dialami. Nabi Isa menghibur, “kamu kan juga bisa berjalan diatas air”, “Tapi itu kan karena sampean” kata yahudi. (dan seterusnya)…nabi Isa bertanya Demi Allah, yang member kita berdua dapat berjalan diatas air, dimana roti itu? yahudi tetap bersumpah tidak tau dan tidak mau mengaku. Sungguh perjalanan yang melelahkan dan menguji kesabaran. Akhirnya mereka menemukan sebuah Goa.

Nabi Isa masuk dulu dan meletakkan tongkatnya didekat pint goa. Karena begitu capk dan lelah nabi Isa tertidur pulas, sementara yahudi duduk didekat pintu sambil mengamati tongkat yang diletakkan nabi Isa.ide jahatpun muncul dibenak siyahudi, dia berpikir bahwa, kehebatan nabi Isa terletak pada tongkatnya, pasti jika saja tongkat ini ada di tanganku, maka kesaktiannya akan berpindah kepadaku”. Akhirnya yahudi membawa kabur tongkat tersebut.

Begitulah pengaruh dunia. Karena dunia seseorang berani menghianati teman bahkan nabi, seperti yang seringkali kita jumpai diantara sesame bahkan ahli waris rebutan harta.

Sesampainya yahudi kabur dan tiba di kota, ia lalu berteriak lantang mengumumkan layaknya penjual jamu, “saudara-saudara ini kehebatan, keajaiban-keajaiban. Barang siapa yang memiliki saudara sakit saya bisa menyembuhkannya, yang punya saudara gila saya bisa menyembuhkannya, yang punya saudara mati saya bisa menghidupkannya kembali.” Para penduduk pun sama berdatangan ramai mengelilingi siyahudi, dan secara kebetulan , polisi melewat dijalan itu lalu mendatangi kerumunan massa. Polisi itu kemudian bertanya: “Benarkah apa yang kau katakana itu”. “Betul” jawab yahudi dan melanjutkan: “Kebetulan sekali, saat ini tuan qodli sedang menderita sakit, coba kau obati”. “Ya mari, tunjukkan kepadaku dimana rumahnya” (Tanya yahudi).

Keduanya kemudian menuju kediaman qodli dan mendapatinya sedang terbujur sakit tak berdaya diatas ranjang, yahudi merapat didekat qodli, sejemak ia memandangi tongkat yang ada ditangannya dan mengingat-ingat cara bagaimana nabi Isa saat “memainkan” tongkatnya, lalu dengan yakin ia memukulkannya tepat dibagian kening qodli. Tapi celaka, apa yang terjadi, qodli itu malah mati. Sudah menjadi keputusan yang lazim “Barang siapa yang membunuh seseorang, maka ia akan dihukum sama”, akhirnya karena perbuatan yahudi itu, ia ditangkap dan diajukan didepan hakim. Pagi harinya dia digiring ketengah lapangan, ia disalib pada pohon dan akan dipanah.

Sementara itu (kita beralih ke) nabi Isa terbangun, kaget dan bahaya besar akan terjadi saat mendapati temannya (yahudi) dan tongkatnya yang hilang. Beliau terus mencari kesana kemari hingga tiba dikota, tempat dimana siyahudi dihukum. Prajurit telah siap dengan panah ditangan, nabi Isa segera datang dan berkata:”tahan dulu,tahan dulu sebentar” dan bertanya: “hai saudara ada apa ini? Kemudian polisi menjelaskan duduk masalahnya, lalu nabi Isa bertanya memohon: “sudah begini saja, seandainya saya yang mengobati tuan qodli, bersediakah kalian mengampuni teman itu? mereka usyawarah sebentar kemudian menjawab: “mau, mau saya akan mengampuninya”. Akhirnya mereka membawa bersama nabi Isa menuju rumah qodli, setiba disana beliau mengambil kembali tongkatnya untuk menghidupkan qodli dan berhasil. Sesuai kesepakatan, yahudi kemudian dilepas dan dibebaskan dri hukuman.

Nabi Isa mengajaknya segera pergi dari tempat itu. belum jauh perjalanan, nabi Isa menghentikan langkahnya ditempat yang dirasa sepi, dan kemudian bertanya pada yahudi: “Hai ! rojul, Qodli telah hidup kembali setelah mati kau pukul tadi, dank au terbebas dari hukuman mati, aku ttanya; siapa yang menghidupkannya ?”, “Ya tentu, Allah” (jawab yahudi),jika kau percaya, Demi Allah, yang telah menghidupkan qodli dan menyelamatkanmu, dimana roti itu ? saya tidak tahu nabi, sungguh saya tidak memkannya. Rojul bersumpah dan tetap berkeras kepala tidak mau mengaku. Ya sudah , kata nabi Isa.

Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanan, hingga tiba disuatu pegunungan. Dari dekat tampak tiga gundukan tanah yang moncong ke atas seperti pucuk gunung, lalu nabi Isa menyuruh siyahudi ; hai rojul, coba kau carik-carik gundukan tanah itu apa isi di dalamnya. Siyahudi lantas menuju ke gundukan itu dan mencarik-cariknya, ternyata di dalamnya adalah emas yang tertutupi oleh tanah,yahudi itu nterus mencarik dan menggali tanah itu sampai dalam betul, semakin galianya semakin tampak bagian emas itu, dengan penuh kekaguman dia berkata pada nabi Isa: “Emas nabi, ini emas”. Nabi Isa hanya menyahut sambil tersenyum. Belum selesai siyahudi menggali nabi lantas mengajaknya pergi, namun siyahudi bertanya: saya dan anda dua orang sedang emasnya berjumlah tiga, bagaimana membaginya, nabi Isa menjawab: oh itu mudah kaarena saya yang menemukan emasnya maka bagianku satu dank arena kamu yang menggalinya dapat satu juga. Diam sesaat yahudi itu bertanya kembali: terus yang satunya. Nabi menjawab: oh itu mudah, emas yang satu itu akan kuberikan pada orang yang memakan sepotong roti. Berkali-kali siyahudi diterpa kebimbangan memilih mengaku tapi gengsi yang selama ini berhasil ia pertahankan, atau memilih untuk tidak jujur tapi tidak mndapatkan emas yang satunya lagi. Tapi kali terakhir ini tidak, ia telah terjebak untuk berkata jujur, matanya telah tertutupi oleh segunung emas, harga dirinya telah tersingkirkan demi mendapatkan emas, dan ia tidak malu untuk sekedar mengaku saja apa sulitnya! Nabi Isa kemudian bertanya dengan penuh yakin akan berhasil: “jadi siapa yang makan ?”, dan yahudi dengan malu-malu menjawab:”iya nabi, sebenarnya yang makan roti itu adalah saya sendiri”, “oh kamu tho”, sahut nabi Isa “ya sudah! Aku senang kau mengakui perbuatanmu, aku senang punya teman yang jujur. Sekarang, karena kau sudah jujur, emas yang satu itu kuberikan padamu dan sebagai tanda terima kasihku karena kau telah membantu menggali tanah maka bagianku kuberikan juga padamu”. Dengan senang hati yahudi menerimanya. Seorang nabi Isa tidak tidak butuh harta seperti itu, bahkan pernah suatu ketika Allah menegurnya saat beliau tidur berbantal batu: “Hai Isa, orang yang tidur berbantal itu adalah tidurnya orang yang lemah” (hatinya dan termasuk hambanya dunia). Kemudian nabi Isa mengajak yahudi itu berjalan lagi: “Ayo kita berangkat karena tugas kita adalah mengembara”. “Ya” sahut yahudi, namun ia tak segera bangkit dan malah bertanya: “Bagaimana dengan emasnya ?”, nabi Isa menjawab: “Bawa sendiri emas itu kalau kamu kuat”. Lalu yahudipun mencoba mengangkatnya, tapi ia tak kuasa karena betapa besar dan berat emas itu. sekali lagi emas yang tampak itu baru “pucuk gunungnya”. Kemudian nabi Isa mengatakan: “tinggalkan saja emas itu”. wah betapa sayangnya emas ini ditinggalkan (gumam siyahudi), ia bertanya, “tapi nabi kita akan kesini lagi kan?”, “Ya” sela nabi Isa. “Sungguh kah nabi?” Tanya siyahudi kembali. “Oh tentu” nabi Isa menyakinkan. Akhirnya mereka berdua berangkat juga. Ntah dari arah mana, tiba-tiba tiga orang perampok datang ketempat itu, mereka penasaran saat melihat ada tiga gundukan emas tadi.

Kemudian mereka lekas mengahampiri lalu mencongkel satu persatu bagian emas itu sedikit, sekedar memastikan emas itu murni, “ayo kita angkat emas ini” ajak salah satu dai mereka, namun usaha mereka tak satupun yang berhasil, “Barangkali memang kita lelah dan lapar, bagaimana kalau istirahat dulu dan salah satu dari kita pergi ke kota untuk mencari kendaraan dan makanan setelah itu baru masing-masing kita mengangkat emasnya dan mengangkutnya pulang”. Akhirnya mereka sepakat, salah satu berangkat ke kota, sememntara yang dua otang tinggal disitu untuk menngguinya, mereka adalah kakak beradik, mereka merencanakan siasat jahat, siadik bertanya: “Kak, kalau nanti kakak dapat bagian satu emas atau satu setengah, kakak pilih yang mana?”, ya tentu saya pilih satu setengah”, jawab kakaknya, “kalau begitu setibanya teman kita dari kota nanti, kita pukul saja dia, bagaimana?” kata siadik, “Oh bagus itu” sela kakaknya.

Sementara itu tidak ketinggalan pula teman mereka ang pergi ke kotapun juga merencanakan pembunuhan: “enak saja! Mereka duduk santai sedangkan aku, yang mencari kendaraan dan makanan, aku hanya mendapat satu bagian satu sama, lebih baik emas itu aku ambil semua dan kuracuni makanannya ini”angan-angannya dalam hati.

Dengan semangat, akhirnya teman dari kota itu berangkat menuju ketempat emas dengan membawa kendaraan dan makanan yang dicampuri racun. Tapi saying, naas lebih dahulu menjemputnya, setibanya disana, kepalanya dipukul dan mati. Dengan girang kedua kakak beradik yang menunggu itu menyatakan: “kita berhasil, sekarang ayo kita santap makanannya”, belum selesai makan, tiba-tiba dari mulut mereka keluar buih, tubuh mereka mengejang dan mereeka mati keracunan. Sungguh kerakusan berbuntut kehancuran, mereka semua akhirnya mati tergelepar tak berdaya, berserakan disekitar tempat itu. sementara nabi Isa mengajak yahudi menuju tempat emas itu “ayo kita kembali, mengambil emasnya”, keduanya berangkat.

Setiba disana, mereka terkagetkan mendapati ada tiga orang mati mengenaskan. Nabi Isa sudah paham pasti mereka rebutan emas. Beliau bertanya pada yahudi, “kamu tahu sebab kematian mereka?”, “tidak tahu nabi”jawab yahudi, “coba sekarang saya akan menghidupkan mereka lagi!”, kata nabi Isa, dan akhirnya ketiga orang itu hidup kembali. Kemudian beliau bertanya pada mereka: “Ini tadi bagaimana ceritanya? Apa sebabnya kalian mati semua”, lalu mereka menceritakan tentang semua yang telah terjadi. Seterusnya, nabi Isa menasehati yahudi: “Rojul lihat! Demikian itulah orang yang telah tertipu oleh dunia, mereka akan lupa terhadap ttemannya sendiri”. Hal ini erupakan I’tibar (peringatan) bagi siapapun yang telah terbujuk oleh dunia yakni; yang berupa sesuatu yang tidak membawa manfaat untuk akhirat itu pada akhirnya, pemiliknya akan ikut terperosok bersama dunianya.,nabi Isa kemudian mengatakan pada mereka: “Kalian brttiga apakah kalian bertiga bersedia mengikutiku dan bertaubat”, mereka menjawab “kami bersedia wahai nabi”.

Ketiga orang itupun bersyahadat, bertaubat dan setia engikuti nabi Isa. Sebelum itu, nabi Isa berbalik dan bertanya pada yahudi, “Hai Rojul, bagaimana denganmu?”, ia menjawab: “tidak nabi, saya akan tetap disini, sayang kalau emas ini ditinggalkan”, nabi Isa membujuknya: “sekarang begini saja, keputusanku terakhir, kamu pilih ikut aku atau memilih emas, kalau kau memilih saya, maka emas itu harus kau tinggalkan dan jika kau lebih memilih emas itu, maka aku harus meninggalkanmu”, siyahudi tetap dengan kerakusannya menjawab: “sudah saya pilih emasnya saja”. Akhirnya tiga orang bekas perampok itu menikuti nabi Isa, sementara siyahudi seorang diri disitu dan tetap ingin mengambil emasnya. Dengan nafsu yang membara dan penuh dengan kerakusan terhadap dunia, ia terus menggali tanah yang mengitari emas itu. ia mncoba berkali-kali mengangkat emas itu. tanpa terasa tubuhnya terperosok bersama emas itu kebawah tanah sedikit demi sedikit, sampai pada akhirnya ia terkubur bersama dengan nafsu serakahnya, terlahap oleh bumi dan mati bersama dengan yang ia cintai.

Sebagaimana kisah syaikh Hasan Al Bashri dimasa mudanya, beliau adalah seorang pemuda kaya raya yang berwajah tampan, setiap sore ia berkeliling kota dengan mengendarai kuda yang bagus dan gagah untuk menggoda wanita, suatu saat ia bertemu dengan seorang wanita cantik, kemudian ia membuntuti wanita tersebut, karena tahu dibuntuti seseorang wanita itu menoleh kebelakang, sehingga tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Hasan Al Bashri, memang wanita itu diberi anugerah kecantikan dan mata yang sangat indah, bagaikan mata bidadari, akhirnya membuat Hasan Al Bashri tertarik padanya.

Kemudian wanita itu berkata, “hai pemuda apakah kamu tidak malu kepada Allah, yang mengetahui seluruh dosa yang dilakukan oleh mata?! Sebetulnya, apa yang kamu inginkan driku?” hasan Al Bashri menjawab, “aku tertarik pada mata kecantikanmu” wanita itu membalas, “Tunggulah disini, nanti apa yang kamu inginkan akan aku penuhi”. Kemudian wanita itu beranjak pergi, hati Hasan Al Bashri sangat gembira karena ia merasa telah berhasil memikatnya.

Dalam perjalanan pulang wanita itu menangis, ia telah merasa dirinya melakukan dosa dengan melihat pria tampan. Sesampainya dirumah sambil menangis ia mengambil pisau dan mnusuk matanya untuk mengeluarkan mata dari tempatnya, karena dengan mata itu ia dan laki-laki itu berdosa. Walaupun sebenarnya, dosa yang ia lakukan adalah dosa kecil, akan tetapi seorang sufi tidaklah memandang besar kecilnya dosa menurut syariat fiqh, namun seorang sufi memandang dosa dari segi Siapakah yang aku durhakai.

Menurut pandangan syariat melihat yang bukan mahramnya adalah dosa kecil, dengan cara berwudhlu saja insaya Allah dosa itu dimaafkan. Pemikiran seperti inilah yang menyebabkan ahli-ahli fiqh/syariat teledor terhadap dosa. Setelah mata itu terlepas dari kelopaknya lalu ia menaruhnya diatas bokor (talam:jawa) yang diberi tutup selendang, kemudian ia menyuruh pembantunya untuk mengantarkan pada Hasan Al Bashri, sesampainya pembantu itu didepan Hasan Al Bashri, Hasan Al Bashri dalam hatinya bergumam, “yang kuinginkan bukanlah makanan, melainkan diri wanita tadi”, Hasan Al Bashri menerima bokor itu, kemudian tutupnya dibuka, dan ternyata isinya adalah dua bola mata gadis tadi, melihat mata wanita itu spontan Hasan Al Bashr menangis, sejak saat itulah Hasan Al Bashri merasa bersalah dan selalu koreksi diri serta melakukan munajat kepada Allah dengan puasa dan sholat tahajud, sampai akhirnya, Hasan Al Bashri bermimpi bertemu dengan wanita itu berada di surga yaitu surga yang paling tinggi. Di dalalm mimpinya ia bertanya “apakah sebab engkau berada disurga wanita itu menjawab “karena taubatku,sampai aku melepas mataku karena aku tidak suka punya mata menggoda orang lain”, lalu Hasan Al Bashri berkata “nasehatilah aku!” wanita itu menjawab, “taubatlah, dan taqorrublah kepada Allah”.

1 komentar:

ERROReapper mengatakan...

assalamuallaikum.
waduh kayaknya Pak.Isno makin bkembang dan makin sukses aja dengan idealisme idealismenya.. haha salam sukses pak. dari muridmu (karena hubungan murid-guru g pnah tputus karena manusia selalu belajar tanpa henti makanya tidaK saia beri embel2 "mantan" di depan kata murid heheheh.
jangan lupa mampir pak ;)

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*