Kamis, Maret 05, 2009

Mengelola Kebebasan Pergaulan Remaja



Seorang siswi pernah curhat kepada saya, tentang pacarnya. Setiap kali ketemuan dengan pacarnya, ia selalu melakukan ritual berpelukan, berciuman dan lain sebagainya. Anehnya siswi ini tidak mampu untuk menolak ajakan sang pacar, walau ia tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama. Siswi ini kerap diancam pacarnya kalau tidak mau melayani, maka ia akan diancam putus. Ancaman ini membuat siswi ini takut akan kehilangan sang pacar, akhirnya ia biarkan dirinya untuk bergaul ”bebas” dengan pacarnya. Begitulah siswi tersebut bercerita kepada saya. Saya hanya mampu memberikan nasehat nasehat agama dan sekaligus pilihan pilihan rasional dalam kehidupan ini. Tapi semuanya berpulang kepada dirinya sendiri. Apakah ia mau untuk melakukannya ataukah tidak?
Berangkat dari sini, saya berpikir bahwa ada someting wrong dalam kehidupan remaja saat ini. Banyak remaja yang salah dalam memahami etika pergaulan. Para remaja menganggap bahwa berciuman (free sex) adalah ritual yang dianggap wajar dan sah-sah saja bagi mereka yang mempunyai pacar. Sebaliknya bagi mereka yang mempunya pacar tapi tidak di ”apa-apain” dianggap katrok. Terlebih bagi mereka yang menjadikan jomblo sebagai pilihan hidupannya. Naudzubillah.
Trend baru kebebasan remaja
Cerita di atas adalah salah satu bentuk dari gambaran dunia remaja saat ini. Kebebasan pergaulan atau yang sering diistilahkan dalam term barat free sex, sudah menjadi isme tersendiri dalam masyarakat kita. Masyarakat atau khususnya bangsa Indonesia sudah terjebak dalam isme-isme yang sudah keluar dari kodratiah ia sebagai masyarakat timur. Individualisme, materialisme, liberalisme dan isme-isme lainnya telah menjadi personality menggantikan watak timur yang sopan, ramah, pemalu, rukun, peduli dan sifat-sifat ideal lainnya yang konon dulu dipegang sangat erat oleh masyarakat kita.
Kenapa bisa jadi seperti itu? Menjawab pertanyaan tersebut tidaklah mudah seperti membalik kedua telapan tangan. Karena berbagai persoalan yang turut serta sebagai sebab bagai lingkaran setan yang melingkup di dalamnya. Tetapi dalam tulisan ini, saya hanya memfokuskan pada pengaruh media sebagai sebab dalam mempengaruhi mind set masyarakat khususnya remaja masa kini.
Jika kita menengok fenomena yang berkembang di masyarakat, ada banyak hal isu telah dibentuk oleh media. Salah satu bentuk isu dari bentukan media adalah pergaulan remaja. Pergaulan remaja telah dibentuk oleh media dengan kebebasannya. Sebut misalnya sinetron-sinetron seperti, cinderela, intan, olivia, buruan cium gue, cinta 2020, wajahku paling cakep, pasangan heboh, kawin muda, my heart, romantika remaja dan lain sebagainya, semuanya menggambarkan tentang kebebasan berpacaran dalam lika liku cinta dunia remaja. Parahnya, semua pelaku adalah para remaja yang duduk dibangku SMA dan SMP bahkan ada remaja SD.
Trend baru dalam dunia sinetron tersebut, akan berdampak terhadap perkembangan psikis remaja, khususnya dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Banyak remaja yang terhipnotis untuk melakukan apa yang ada dalam tontonan sinetron tersebut. Mereka menjadikan adegan berciuman, berpelukan sebagai hal lumrah dalam dunia pacaran. Naudzubillah.
Namun, kita tidak bisa hanya menyalahkan media belaka sebagai sebab dalam perubahan nilai pergaulan dikalangan remaja. Karena remaja sebagaimana pendapat Dzakiah Darajat dalam bukunya “Psikilogi Agama” adalah manusia setengah dewasa dengan permasalah yang komplek, karena mereka masih dalam masa transisi menemukan jati dirinya. Remaja mendambakan seorang idola sebagai figur yang mampu menjadi kakak, guru, sahabat, dan bapak yang mampu mengerti akan semua permasalahan yang mereka hadapi. Namun terkadang guru yang ada di sekolah atau orang tua tidak mengerti akan dirinya. Orang tua dan guru tidak bisa menjadi apa yang mereka inginkan. Seringkali mereka egois dan mementingkan dunianya sendiri. Mereka sering menggunakan pendekatan pengekangan yang sebetulnya membawa psikis dendam siswa kepada orang tua atau gurunya. Akhirnya ia alihkan untuk mengidolakan artis yang telah memberikan pelajaran kebebasan yang selama ini mereka inginkan. Dengan mengidolakan para artis, semua prilaku artis akan ia tiru. Termasuk dari cara berpakaian, berbicara, berdandan dan lain sebagainya begitupun dengan gaya berpacarannya. Dan disinilah letaknya kenapa banyak remaja yang suka berperilaku aneh dalam menyalurkan aspirasi cintanya.
Pembinaan dalam bingkai nilai moral
Pergaulan bebas yang dilakukan oleh banyak remaja merupakan momok bagi kita semua. Orang tua akan merasa khawatir terhadap anaknya, begitupun dengan para guru. Siswa sendiri pun akan menjadi korban jika tetap bergaul bebas.
Dari data yang saya kumpulkan dengan teman-teman, sedikitnya ada seratus lebih adegan porno yang dilakukan oleh anak-anak SMP dan SMA dalam rekaman di HP. Itu yang memiliki HP, bagaimana yang tidak terekam? mungkin ribuan. Di Mojokerto sendiri ada seorang guru agama yang merupakan teman, menceritakan bahwa ada satu sekolah di kota Mojokerto yang siswinya mengaku sudah tidak perawan lagi sekitar 10 orang.
Dari data ini, betapa mengerikan akibat pergaulan bebas itu, mau jadi apa para generasi muda ini kedepan?
Untuk membendung arus pergaulan bebas yang memang irama dari efek globalisasi itu sendiri, maka perlu dilakukan berbagai upaya sebagai bentuk preventif dalam menumbang kenakalan remaja tersebut. Dalam tulisan saya, yang dimuat di Radar Mojokerto, saya mengungkap perlunya pendidikan integral dalam dunia pendidikan. Pendidikan integral yang saya maksudkan adalah keluarga, sekolah dan lingkungan. Khusus dalam pendidikan keluarga haruslah kuat. Karena disinilah letak pendidikan awal yang membentuk kepribadian (moral) siswa. Penelitian Sarlito, bapak psikolog Indonesia mengungkap bahwa kenakalan remaja yang paling banyak disebabkan ketidakharmonisan keluarga. Oleh karenanya basis di keluarga perlu untuk dikuatkan khususnya dengan pendidikan berbasis nilai. Begitupun dengan pendidikan di sekolah perlu berbagai upaya dalam menciptakan sekolah berbasis religius. Karena sekolah dengan basis religius akan menjadikan damai dan tentram rasa batin siswa dalam menuntut ilmu. Lingkungan yang baik pun perlu diciptakan khususnya dalam pergaulannya dengan masyarakat sekitar. Karena disini sangat rawan dalam merusak suasana yang telah terbentuk dalam sekolah dan keluarga. Maka di sini pentingnya decision maker dalam mengambil kebijakan strategis sebagai upaya pembinaan moralitas yang merupakan aset terbesar dalam eksistensi bangsa Indonesia kedepan. Para leader perlu memiliki ketegasan dalam mengambil ketegasan disejumlah tempat-tempat ataupun sarana dan prasarana sebagai sumber dari kemrosotan moral. Begitupun dengan tayangan dalam sinetron atau film-film yang tidak mendidik bangsa perlu ketegasan untuk mensensornya. Intinya ada pembenahan sistem disamping kesadaran akan moralitas dari masing-masing individu. Namun semuanya tergantung dari keinginan kita semua untuk berbenah. Apakah kita mau berubah ataukah sebaliknya. Sumonggo.




1 komentar:

Anonim mengatakan...

APA yang qta lakukan saat ini menentukan qta yg akan datang, klo ciuman pelukan bukan muhrim udah jelas haram, pelukan bisa menyebabkan zina , itukan pancingan setan dengan embel2 cara mengaplikasikan perasaan padahal klo udah kebiasaan n klo tindakannya malah lebih?,sedangkan knapa ciuman atau bertemunya 2 bi2r bisa menjadi jalan tertularnya penyakit sariawan, diluar konteks kesehatan ALLAH, melarang pasti ada sebabnya kan pencipta alam semesta, yg mengetahui segalanya termasuk kelebihan dan kekurangan ciptaannya bahkan yg tidak baik bagi ciptaannya pun ALLAh tau, la trus klo qta yg ga tau apa2 dikasih tau sama yang tau kq ga mw tau?
DR 01 < \/

Kethuk Hati © 2008 Por *Templates para Você*